1-1 aku sayang ibu

274 39 9
                                    

.Ketindihan

"UGYAAAAA, BLAZE KETINDIHAN, KAK GEMMM!!!!"

Wah, pagi yang sangat biasa bagi Solar. Dia baru saja keluar dari balik timbunan buku teori konspirasi alam semesta tanpa tidur semalaman dan pukul lima pagi, masih sangat dini Ya Allah tolong, telinganya disambut teriakan cetar membahana dari Duri yang sudah menghilang dari balik selimutnya menuju kamar Blaze.

Dan bisa kalian tebak apa yang terjadi di kamar es teh panas itu sampai Duri bisa berteriak menggetarkan lambung tak berisi Solar.

"ALLAHU AKBAR, ini masih pagi ya tolongg... Kalian kenapa sih 'udah berisik aja??!!"

Suara Gempa yang langkah kakinya bisa membuat gempa beneran, membuat Solar berhenti di tangga yang tinggal setengah perjalan. Lumayan, sinetron pagi wajib dilihat sampai to be continue.

"Tapi... Tapi Blaze ketindihan!!!" Duri yang sudah seperti protagonis yang paling tersakiti sedunia menunjuk ke arah dalam pintu kamar yang terbuka.

"Mana ada ketindihan?! Ketindihan apa pula-?"

"Blaze ketindihan boneka paus Kak Ice!"

Solar pengen resign saja dari jabatan kembaran termudanya sekarang. Au ah, gelap.

.
.
.

.Demam?

"Satu, satu, aku sayang ibu. Dua, dua, juga sayang ayah. Tiga, tiga, sayang adek kakak- eh, aku gak punya adek denk, wkwk lupa."

Tiba-tiba ada sebuah tangan yang menyentuh keningnya lalu membolak-balikkan telapak tangan itu.

"Demam Sol?"

"...."

"Kak Blaze mau nyingkirin tangan Kakak pakai jalur mandiri apa pilih kupelintir?"

"A-hahaha, iya..."

Perhatian Blaze kandas di jalan menuju sekolah akibat sifat dingin adik bungsunya. Sad.

.
.
.

.Ayam

Taufan itu sangat sayang pada saudara-saudaranya. Kalau dia bisa usahakan, dia akan membantu saudaranya yang kesusahan sampai akarnya. Dan dia juga kerap mengabulkan permintaan apapun dari suadara-saudaranya terutama yang lebih muda darinya.

Tapi, kata Solar, kadang Taufan itu terlalu liar dan pemikirannya terlalu awawawawa-- sulit dijelaskan dengan kata-kata.

"Kak Fan, nanti makan ayam yuk."

Taufan tersenyum manis melihat Solar tersenyum manis.

"Ayuk."

Solar melihat Taufan yang bangkit lalu berjalan ke arah lemari khusus dan mengeluarkan sesuatu. Dia kemudian memakai topinya dan mengeratkan tali di senapan anginnya.

".....Mau....Kemana Kak Fan?"

"Lah? Katanya mau ayam. Yaudah ini mau berangkat."

"Kemana-"

"Buru ayam tetangga."

Kan... Solar mau resign aja ah, gak tahu lagi.

.

.

.

.Tahu, kan?

Walaupun Solar jarang keluar dari kamar, tapi kalau dia ingin jajan dia akan membelinya mandiri tanpa pakai jastip (jasa titip) saudara-saudaranya. Malahan, Solar sendiri yang dijadikan tumbal oleh para kakaknya yang ajaibnya entah darimana pasti tahu dia akan pergi keluar.

Contohnya adalah orang dengan bantal boneka paus biru ini.

"Sol, mau beli soimai ya?" Tanya Ice yang baru saja keluar dari alam mimpinya.

Solar melotot terkejut karena Ice yang tiba-tiba berada di sampingnya tanpa ada tanda-tanda apapun.

"AST- astaghfirullah! Kak Ice. Ah, iya aku mau beli soimai." Solar merasakan firasat tidak enak.

Ice tersenyum tipis.

"Titip donk. Soimai. Porsi besar ya. Oh ya, soimainya yang rahasia ya."

"Hah? Rahasia?"

"Iya, jangan kasih tahu, hehehe."

Dalam hati Solar sudah sangat ingin menjambak rambutnya atau rambut kakaknya yang lebat itu.

.

.

.

.Kijang satu

Terkadang, kelakuan absurd saudara-saudaranya yang beragam membuat Solar menjadi memiliki radar tersendiri jika itu terjadi di sekitarnya. Dan kadang, hal itu tertangkap oleh radarnya.

"Abang tukang bakso, bawa walkie talkie, kijang satu ganti."

Blaze di ruang tamu tengah meniup balon, menyalakan handphonenya di lantai, tengah menelepon seseorang. Dan seseorang itu adalah Taufan.

"Kijang dua masuk, cepatlah kemari, target sudah di sini."

Taufan berada di depan pintu utama rumah, melihat ke luar jendela dari balik gorden dan membawa handphonenya.

"Gasp! Target mau masuk, kijang dua lapor, apa boleh didor?"

Blaze berlari tanpa suara ke arah pintu utama rumah sambil membawa balon yang sudah dia tiup tadi.

"Tolong tunggu sebentar, kijang satu datang, jangan dikasih longgar."

Semuanya terjadi begitu cepat. Pintu utama terbuka, Halilintar masuk, dan balon di tangan Blaze meledak. Sementara Taufan sudah siap dengan kamera handphonenya, terpukau.

"EEE, ALLAHU AKBAR! WAALAIKUMSALAM! ASSALAMUALAIKUM! AYAM UCUL CULULU--"

"WAHAHAHAHAAHAHA--EEEEEEEHHHHH!!!! AAAAAAAHHHHH!!!"

Solar yang berada di ruang keluarga, dengan hanya mendengarnya saja, dia sudah bisa menebak bagaimana serangkaian kejadian serta buah yang diraih oleh duo traublemarker itu.

Sudut bibir Solar berkedut antara ingin tertawa, lelah, dan kesal juga.

.

.

.

.xIxiXi

Percaya tidak percaya, Halilintar itu lumayan berbakat dalam melontar jokes khas bapak-bapak walau masih kalah dari Ice (yang ajaibnya fasih). Maksud Solar-

"Sol."

"Apa?"

"Kau kan katanya pinter ya. Coba kasih tahu, hewan, hewan apa yang deket sama temen-temennya?"

Solar membuka mulutnya antara tidak percaya dengan pertanyaan Halilintar (yang tumben-tumbennya ngajak ngobrol) dan berpikir untuk menjawab."

"Semut?"

"Salah."

"Lah? Rayap?"

"Salah."

"...Penguin?"

"Salah. Jawabannya a crab. Ihihihi, gak tau ya? Yaaaaak Solar payah, ihihi."

Solar memandangi Halilintar yang tertawa nista sambil berlalu dari hadapannya dengan tatapan yang sulit diartikan.

Apaan sih???

.

.

.

Dah, kehabisan ide.

Daily SolarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang