Capitolo 2 | Meet in Arezzo

176 16 0
                                    

༺♤༻

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

༺♤༻


Aku terbangun karena suara bel pintu rumahku yang terus berbunyi. Aku berguling dan meraba nakas di sampingku. Dengan sedikit menyipit, aku melihat jam weker yang menunjukkan pukul tujuh pagi lewat tiga puluh lima menit.

Aku menghirup udara banyak-banyak hingga oksigen memenuhi seluruh paru-paruku dan melakukan peregangan. Semalam aku terbangun dalam posisi tidak nyaman di sofa singleku lalu berpindah ke tempat tidur, butuh usaha agar aku bisa tertidur kembali.

Berusaha mengumpulkan nyawa, aku memfokuskan pandanganku selama beberapa detik pada langit-langit kamar. Sambil menggaruk-garukkan kepala, aku beranjak dengan kaki menyeret sandal rumahku. Sungguh, sebenarnya aku ingin sekali berlama-lama di tempat tidur. Namun, bel sialan itu terus berbunyi sehingga membuatku terpaksa beranjak dari busa nyamanku. Oh, astaga! Hari masih cukup pagi. Siapa yang bertamu di rumahku? Ingin sekali aku berteriak untuk orang itu agar menunggu, namun jarak dari kamar dengan pintu rumah tak memungkinkan suaraku bisa terdengar hingga ke lantai bawah. Bagaimana orang itu menekan bel, agak menyebalkan memang.

Aku berhenti sejenak di depan meja untuk meminum segelas air lalu mengecek penampilanku di depan cermin untuk membersihkan sedikit kotoran pada sudut mata. Dengan tergesa, aku membuka pintu kamar sembari mencepol rambutku asal-asalan dan menuruni tangga dengan terburu-buru.

Saat membuka pintu, aku langsung disambut oleh senyuman cerah yang kukenali-ternyata Matteo. Pemuda itu menjulang tinggi di depanku sembari melambaikan satu tangannya. Aku tersenyum lebar menyambut kedatangannya.

"Buon giorno, Signorina," sapanya dengan raut wajah tampannya yang menawan.

"Buon giorno. Wah, lihat siapa pria tampan yang datang di rumahku pagi ini. Kau berhasil membuatku-Oh, astaga, seketika aku malu sekali dengan tampilan bangun tidurku yang berantakan," ucapku menggodanya.

Matteo hanya terkekeh kecil dan mengibaskan tangannya tersipu. Lucu sekali!

"Kupikir siapa yang bertamu. Ada apa? Masuklah," ucapku sembari menyingkir dan membuka pintu rumah lebih lebar.

Matteo hanya menggeleng dan tersenyum sopan. "Tidak perlu, aku harus ke bar membantu Paman Dante. Aku hanya ingin memberikan ini," ucapnya sembari merogoh saku belakang celana jeans birunya.

"Aaah, astaga." Aku menutup mulutku dan meraih benda yang Matteo acungkan. Ceroboh! Bagaimana bisa aku tak menyadari telah kehilangan dompetku?!

"Kau menjatuhkan dompetmu di bawah meja makan. Aku tahu kau pasti memerlukannya untuk pergi ke Arezzo." Pemuda itu tersenyum tulus.

"Aku sangat berterima kasih dan maaf aku terus merepotkanmu. Masuklah sebentar, apa kau sudah sarapan, Matteo? Di dapurku memang hanya ada tersedia roti, susu, kopi dan sereal. Kita bisa sarapan bersama, aku akan buatkan Capuccino jika kau mau," ajakku. Berniat untuk membalas kebaikannya.

Somewhere Over the Autumn [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang