Epilog ~

446 29 32
                                        

31 Juli 2022

31 Juli 2022

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

🍂

Sudah tiga jam, pemuda bertopi itu bolak-balik dari satu tempat ke tempat yang lain untuk mencari sosok yang mungkin masih bisa ia temui. Ia meliarkan pandangannya ke arah ratusan manusia yang berlalu lalang di sana.

Setelah mendatangi kediaman Cahaya, ia segera berlari ke bandara meskipun Bi Irna mengatakan kalau gadis itu sudah pergi sejak kemarin. Dalam hati, ia berharap bisa menemuinya sebelum benar-benar pergi. Namun sayang, semakin ia berharap, rasa bersalahnya semakin besar.

Alhasil, ia memilih untuk menyerah dan kembali melajukan kendaraannya, entah akan kemana. Karena pikirannya yang sedang berantakan, ia memilih untuk menepi di dekat jembatan, tempat pertama kali ia bertemu dengan gadis itu. Kembali, ia teringat dengan cerita Reva kemarin.

"Kamu tahu, siapa orang yang udah membuat Kakak pulang ke rumah?"

"Siapa?"

"Cahaya." Fajar tercengang mendengarnya. "Dia datang menemui Kakak dan menjelaskan semuanya. Kakak kira, hanya aku orang yang paling menderita setelah kepergian Galang, ternyata Kakak salah. Dialah yang paling terluka. Jadi, Kakak harap, kamu tidak membuatnya bersedih lagi."

Fajar mengusap wajahnya kasar. Saat ini, ia benar-benar menjadi laki-laki yang paling pengecut. Bagaimana mungkin ia dengan teganya mengatakan hal yang tidak baik kepada gadis itu?

"Cahaya! Maafin gue! Gue nggak pernah bermaksud untuk nyalahin keluarga lo! Lo sama sekali nggak salah, Ca!" teriak Fajar mendongakkan kepalanya ke langit.

"Gue harap, bisa ketemu lo lagi," mohonnya penuh harap, kini dengan suara yang hampir tidak terdengar.

"Jangan bilang, lo mau lompat karena tidak sempat minta maaf sama gue," cicit seseorang.

Seperti sebuah doa yang terkabul, ia menoleh setelah mendengar suara seseorang menyahut dari belakang. Raut wajahnya seketika berubah.

"Cahaya."

***

"Nih. Buat lo." Cahaya menyodorkan minuman pada cowok di depannya. Fajar langsung menerimanya, namun tatapan matanya belum beralih dari sosok itu.

Cahaya yang melihat gelagat Fajar langsung tertawa kecil. "Natapnya biasa aja kali, enggak usah kek gitu. Kayak liat hantu aja."

Fajar tetap diam tanpa menanggapi lelucon yang dibuat gadis itu. "Cahaya," panggilnya pelan.

"Lo pasti bertanya-tanya, kenapa gue masih di sini, kan?" tebak Cahaya meneguk minumannya. "Tapi lo nggak usah khawatir, gue pasti pergi kok. Jadi lo–"

"Jangan!" sela Fajar, membuat gadis di sampingnya sedikit terkejut.

"Gue minta maaf atas perbuatan gue kemarin. Gue cabut semua kata-kata gue kemarin, Ca."

"Kenapa?"

"Gue nggak mau lo pergi."

Cahaya menghela napas panjang, lalu memandangi langit yang semakin bersinar bersamaan dengan lengkungan tipis yang perlahan menghias bibirnya. "Awalnya, gue juga mau tetep di sini, tapi orang tua gue mau gue balik. Toh, misi gue juga udah selesai."

Fajar menundukkan kepalanya, mungkin kali ini dia harus benar-benar mengikhlaskan cinta pertamanya. "Jadi, lo bakal tetep pergi, ya?"

Cahaya mengalihkan pandangannya. Ada rasa bahagia melihat Fajar seperti itu. "Ya, begitulah. But, Uma nggak mau lihat gue sekolahnya setengah-setengah, dan paman juga bakal rugi kalau seragam yang dia kasih cuma dipake beberapa kali."

"Jadi?"

"Jadi, gue bakal selesaiin sekolah dulu, baru deh gue pulang. Itu pun kalau nggak punya misi baru lagi."

"Misi baru?"

"Iya. Misi buat ngejaga orang yang gue suka dari cewe-cewe genit, misalnya," ungkapnya seraya melirik Fajar.

Fajar yang mengerti pembicaraan gadis itu langsung tersenyum. "L-lo suka sama gue?" tanya Fajar ragu.

"Menurut lo?"

"Menurut gue, iya."

"Itu tau," timpal Cahaya membalas senyum.

"Tapi maaf, Ca. Gue belum bisa ngajak lo jalin hubungan kayak orang-orang. Gue mau mencintai dan menjaga lo dengan cara gue sendiri. Gue nggak mau, libatin perasaan ini dalam hubungan yang belum saatnya. Lo mau, kan, nunggu sampai waktu itu tiba?"

Cahaya terlihat berpikir, lalu mengulum senyum. "Hm … sebenarnya gue nggak yakin sih bisa nunggu lo, tapi berhubung lo cowok yang limited edition, gue akan usahain."

"Terima kasih, Cahaya."

Keduanya tersenyum lebar, lalu memandangi semesta yang turut merasakan kebahagiaan mereka. Cahaya Fajar, dua nama yang akan selalu menghadirkan kehangatan baru bagi mereka dan juga orang-orang yang berada di sekitarnya.

***

Alhamdulilah, akhirnya cerita singkat ini tamat juga :)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Alhamdulilah, akhirnya cerita singkat ini tamat juga :)

Terima kasih buat teman-teman yang sudah mendukung perjalanan mereka dari awal hingga akhir 🧡

Dan maaf jika dalam cerita terdapat salah kata, typo dan ending yang tidak memuaskan karena terbatasnya jumkat ^^

Sampai jumpa di cerita berikutnya 👋

*Oh ya, ada yang mau pamitan. Jangan lupa cek sebelah ya.

Cahaya Fajar [SELESAI] ✔️Where stories live. Discover now