Special Chapter #1

1.1K 189 11
                                    

"Young master,"

Panggilan itu membuat semua orang yang ada di ballroom salah satu hotel ternama di Hamburg, Jerman. Sementara sosok yang dipanggil langsung mengangkat tangan kirinya. Tempat dimana arloji bertulisan Patek Philippe berwarna silver melingkar dengan apiknya.

 Tempat dimana arloji bertulisan Patek Philippe berwarna silver melingkar dengan apiknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Excuse me, gentlemen," Ucapnya.

Sosok tersebut pergi dan meninggalkan ruang yang sedikit mencekam itu dengan tenang. Sementara mereka yang masih berada di dalam ruangan itu mulai berbisik tentangnya.

"Mengerikan!"

"Kalau dia benar-benar menjabat sebagai pewaris tunggal, aku rasa kita semua akan tamat!"

"Menghadapi ayahnya saja sudah mengerikan. Dia mungkin lebih mengerikan dari itu,"

"Siapa tadi namanya?" Tanya salah seorang dari para pria di ruangan itu.

"Aaric... Aaric. Tuan muda Eginhardt mulai menampakan diri di setiap kesempatan. Saya jadi ragu. Apa benar waktu itu dia meninggal?"

Seisi ruangan masih saja bergunjing. Sementara yang dipergunjingkan sedang duduk dengan santai di dalam mobil yang membawanya menuju ke mansion Kenneth. Mata cokelatnya menatap ke luar jendela dengan malas. Sudah hampir tujuh tahun dia menetap disini. Dia tidak punya tempat tujuan lain untuk dijadikan tempat pulang.

"Hhh..."

"Young master, ayah anda baru saja mengirimkan pesan. Beliau meminta anda menghubunginya,"

"Ayah?"

"Maafkan saya, young master. Orang yang saya maksud adalah tuan Dimitra,"

"Ah... Aku akan menghubunginya nanti. By the way, apa daddy mengatakan padamu kenapa beliau mau bertemu denganku?"

"Master? Master tidak mengatakan apapun,"

"Paman bisa memanggilku Aaric, kalau paman tidak keberatan. Daddy juga sudah menganggap paman seperti temannya sendiri,"

"Tentu, young master. Maksud saya, Aaric,"

Aaric mengangguk kecil sebelum kembali menatap keluar jendela. Saat mobil yang membawanya berhenti di depan tangga utama mansion Kenneth, dia sudah melihat sang ayah berdiri disana. Tidak sendiri, ada anak perempuan manis yang juga sudah menunggunya disana.

"Kakak!" Pekikkan itu Aaric dapatkan saat dia baru menginjakan kaki di anak tangga pertama.

Aaric tersenyum kecil sebelum dia menangkap dan menggendong adik kecilnya yang menggemaskan.

"Evony, jangan berlari!" Aaric memperingati.

"Maaf. Evony rindu pada kakak!"

Aaric hanya bisa tersenyum dan mencium gemas pipi adik perempuan satu-satunya yang dia punya. Aaric berjalan menaiki anak tangga dan tersenyum untuk menyapa sang ayah.

[DS #3] Save Me Hurt MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang