Chapter 14: Lie

31 10 19
                                    

The dimensional portal is open

-o0o-

Atmosfer ruangan terasa sangat mendebarkan. Meski Geladis tak berada dalam ruangan itu, dia ikut merasakan amarah dalam diri Jayden.

"Jawab!" desak Jayden meminta jawaban. Dia harus mengetahui alasan makhluk asing bisa masuk ke dalam semestanya.

Namun, Shaka malah membuang muka. Dia tak ingin mengungkapkan kejujuran pada Jayden.

Shaka hendak kembali duduk ke ranjang Shanju, tapi Jayden mencengkram pergelangan tangannya.

"Jawab atau akan ada pertumpahan darah di sini!" ancam Jayden penuh penekanan.

Mendengar itu Shaka tersenyum tipis. Dia tidak bisa berdarah, apalagi terluka. Jayden berhadapan dengan orang yang salah.

"Aku tidak bisa terluka di sini. Jadi, jika ada pertumpahan darah, berarti itu darahmu," balasnya sambil menghempas tangan Jayden.

"Percuma jika kuberi tahu, kamu pasti tidak akan paham. Ini tentang manusia dari peradaban maju," tutur Shaka. Tatapannya berubah datar dan sombong. Dia menganggap Jayden hanyalah manusia sok pintar yang ingin melawannya.

"Kepintaran manusia bukan tentang peradabannya, tapi tentang bagaimana manusia itu berusaha menjadi pintar. Peradaban hanya membuka jalan untuk perkembangan manusia, dalam artian bukan berarti kepintaran manusia semestamu bisa melebihi semesta ini," balas Jayden. Tatapannya masih sama, sangat dingin dan menusuk. Terlihat jelas sedang menahan amarah.

"Aku datang dari semesta lain, membuka portal dimensi untuk bertemu Shanju," ucap Shaka.

"Apa alasanmu ingin bertemu Shanju?" tanya Jayden.

"Hanya untuk mengubah takdirnya. Aku kasihan padanya karena memiliki jalan hidup begitu buruk, dia tak bisa bahagia," jawab Shaka. Namun, Jayden tak puas dengan jawaban itu. Dia selangkah mendekat ke arah Shaka.

"Seharusnya kamu tidak perlu repot-repot membenahi takdir Shanju. Menyedihkan atau tidaknya hidup Shanju, tidak akan memberi dampak apapun untukmu. Semesta kalian berbeda." Mendengar itu Shaka terdiam, dia kembali duduk di ranjang, tangannya mulai mengusap pipi Shanju.

"Dalam kisah semestaku. Shanju dan Shaka adalah pasangan abadi." Beberapa detik setelah mengatakan hal itu, Shaka menghilang bak hantu yang tak lagi menampakkan tubuhnya. Persis seperti di film-film horor kebanyakan.

Lantas Jayden mendekat ke arah Shanju. Jari telunjuknya coba menyusuri nadi Shanju. Detak jantung itu masih ada, namun sangat lemah.

Shanju juga terlihat sangat pucat. Bibirnya berwarna biru, tubuhnya cukup dingin.

"Geladis!" panggil Jayden setengah berteriak.

Buru-buru Geladis masuk ke kamar Shanju. Shaka sudah tak lagi menampakkan batang hidungnya, membuat Geladis semakin yakin bahwa Shaka adalah hantu.

"Panggil dokter, Dis!" minta Jayden terlihat panik.

-o0o-

Di sisi lain, raga Shaka berteleportasi menjadi duduk di ruang laboratorium rahasia yang dibangun anak buahnya sejak 2 tahun lalu.

Shaka melihat anak buahnya, pria paruh baya yang selalu mengikuti perintahnya.

"Tuan sudah kembali?" tanya Ganesha pada tuannya. Dia menarik kursi untuk mempersilahkan tuannya duduk.

"Sudah sampai mana penelitianmu?" tanya Shaka.

Wajahnya terlihat cukup serius hingga aura intimidasi memancar cukup kuat. Ganesha menarik laptopnya dari meja, lalu memperlihatkan struktur rencananya.

"Sudah 65%, Tuan. Sebentar lagi keinginan Tuan akan tercapai," tutur Ganesha dengan menunjukkan senyumnya.

"Berapa lama lagi kamu akan menyempurnakan penelitianmu?" tanyanya lagi.

"Hanya butuh 1 minggu, Tuan," balas Ganesha.

Shaka mengangguk puas. Dia merasa Ganesha selalu bisa diandalkan. Shaka melepas softlens di matanya. Dia mulai bersandar di kursi untuk melepas penat.

Tangannya merogoh saku celana, untuk mengambil cip berukuran mungil. Saat Shaka menggesek cip itu, terlihat sosok cantik yang sangat ia rindukan.

"Shanju istriku yang cantik. Sebentar lagi kamu akan kembali hidup. Kita bisa berbahagia bersama lagi." Shaka tersenyum puas. Wajah cantik istrinya itu, terlihat segar bak malaikat. Jika dilihat semakin dalam, renyah tawa Shanju terdengar samar. Shaka berharap Shanjunya benar-benar hidup. Istri yang sangat dicintainya, hingga Shaka rela melakukan apapun untuk menghidupkan kembali.

Drttt ....

Earphone mini Shaka berbunyi nyaring. Shaka berdecak kesal karena lelah. Tapi, dia tetap berniat menjawab. Buru-buru Shaka memasang sebuah benda bulat di telinganya.

"Selamat malam, Prof. Devita,"

"Bagaimana keadaan semesta di sana?"

"Masih sama seperti kemarin, Prof,"

"Seperti apa keadaannya? Tolong lebih jelas lagi, Shaka!"

"Hanya ada perubahan cuaca yang tidak menentu,"

"Syukurlah," terdengar embusan napas lega di sana.

"Ada apa profesor,"

"Semesta yang kamu tempati sedang tidak bisa diprediksi. Sistem kamera pengintai tiba-tiba mati, presentasi makhluk tiba-tiba eror. Semua ini di luar prediksi,"

"Di sini semua masih kondusif, Prof. Hanya ada perubahan cuaca, mungkin karena portal dimensi terbuka,"

"Apa ada hal lain, Shaka? Sistem tidak mungkin eror hanya karena perubahan cuaca. Mungkin ada hal yang lebih besar?"

"Tidak ada, Prof. Sejauh ini semua masih aman,"

"Tolong segera kembali. Masih banyak hal yang harus kita teliti. Meski kamu hanya bayangan yang tidak dapat terluka, tapi kita tidak pernah tahu apa dampak selanjutnya,"

"Baik, Prof,"

"Segera cari bunga edelweis dan kembali ke semesta ini. Jangan melakukan hal lain yang berbahaya, Shaka,"

"Aku akan selalu mengingat itu, Prof."

Sambungan telepon dimatikan oleh Prof. Devita. Wanita kepala tiga dengan kepintaran di atas rata-rata itu sedang dibuat bingung karena banyak hal berubah di laboratoriumnya.

Shaka berdiri dari duduknya. Dia mendekat ke arah kaca jendela. Nampak hujan lebat diikuti angin kencang. Tak hanya itu, muncul makhluk besar dengan sayap mengepak kuat diantara rintik hujan.

"Maaf Prof, saya harus berbohong untuk menjalankan misi saya," gumam Shaka.

Tak ada yang tahu misi Shaka sebenarnya, kecuali dirinya sendiri dan Prof. Ganesha. Sedangkan Prof. Devita hanya menjadi alat untuk menjalankan misinya.

Mencari bunga abadi untuk menjalankan alat terbaru perusahaan Prof. Devita hanyalah dusta seorang Shaka. Nyatanya, dia sedang merencanakan misi lain. Sebuah rencana yang lebih besar, dan mendatangkan sebuah petaka nyata untuk semesta.

The Secret Of Universe Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang