Special Chapter #3

1K 177 8
                                    

"Daddy... Boleh Evony ikut dengan kakak nanti?"

Pertanyaan itu membuat seisi ruang makan yang menatap ke arah bocah perempuan berusia tujuh tahun itu.

"Um... Kakak pergi bekerja, princess. Kakak tidak bisa mengajakmu," Ucap Axeon.

"Tapi, daddy... Evony bosan di rumah,"

Axeon menatap ke arah Aaric yang masih berdiam di mejanya. Aaric sepertinya akan lembur sampai malam, mengingat Axeon sudah mengatakan kalau kedua adiknya mungkin saja menyusul ayah mereka kesini. Aaric pasti akan menghindari kedua adiknya itu. Aaric meletakan alat makannya. Dia berjalan ke arah Evony yang duduk berseberangan dengan Arsen.

"Princess..." Panggil Aaric.

"Kapan-kapan saja, ya kamu ikut ke kantornya?" Bujuk Aaric.

"No! Evony mau sekarang,"

"Tapi, princess harus ke sekolah, kan?"

"Aku bisa sekolah besok,"

Aaric mengusap pelan puncak kepala adiknya. Dia berlutut di sebelah kursi Evony. Tangan besarnya menggenggam kedua tangan kecil Evony sebelum dia mencium kedua tangan mungil itu dengan cukup lama.

"Kamu harus sekolah, princess. Kamu bilang mau menjadi seperti daddy, bukan?"

Evony mengangguk kuat.

"Kalau begitu, kamu harus sekolah. Tidak baik melalaikan pelajaran untuk pergi bermain,"

Mata Evony mulai berkaca. Aaric tahu Evony akan menangis. Evony sangat manja pada Aaric dan Aaric suka hal itu. Aaric menggendong Evonya dan menciumi dengan gemas pipi Evony yang masih tembam.

"Kakak janji hari sabtu ini kita pergi ke taman bermain, okay? Atau princess mau pergi ke tempat aunty Lotta? Kita akan kesana kalau princess mau,"

"Janji?"

"Janji, princess. Kakak janji,"

"Okay... Hari ini Evony main dengan uncle saja,"

Aaric melirik ke arah Arsen sebelum dia berdeham kecil.

"Kalau uncle tidak keberatan. Tapi, Evony janji jangan nakal, okay?"

"Okay..."

Aaric menurunkan Evony dari gendongannya. Dia kemudian bersiap menjalankan aktivitasnya. Dia pamit pada ibu dan ayahnya juga pada Arsen. Walau sangat canggung, Aaric tetap pamit pada Arsen.

"Kedua adikmu akan sampai disini nanti malam," Ucap Arsen.

Aaric hanya mengangguk.

"Mereka akan ikut hadir dalam acara yang dibuat oleh salah satu rekan bisnis Anthony,"

Aaric mengangguk lagi. Tidak banyak menjawab.

"Aku berangkat dulu, pa," Ucap Aaric.

Aaric menjalankan harinya dengan santai. Matanya sesekali melirik ke arah office girl barunya. Aaric sedikit menyeringai kalau mengingat hasil penyeledikannya tentang gadis di depan ruangannya itu. Gadis itu pernah menjadi bagian dari mansion Kenneth. Bahkan beberapa orang di mansion itu pernah memanggilnya dengan sebutan nona.

Entah apa yang terjadi pada gadis itu, ibu, juga adiknya setelah Axeon melempar mereka keluar dari mansion Kenneth. Aaric sedikit terkejut saat pertama kali dia melihat gadis itu. Wajahnya sangat mirip dengan ibunya. Hanya orang bodoh yang tidak bisa mengenalinya, dan Aaric bukanlah orang bodoh.

[DS #3] Save Me Hurt MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang