☆SAGARA 28☆

800 54 17
                                    

"Aaaaa Tencuuuuu Sagaraaa" Teriak  Alana sambio berlari menyusul Sagara yang duduk di motornya seekor Alana memeluk lengan Sagara.

"Sagara Ganteng Pinter Baik pokoknya debesssss"

"Ngapain si?" Mata Alana menatap sinis Sagara mendorong tubuh Sagara yang tak goyah sama sekali.

"Itu tadi lu ngasih jawaban essay"

"Oh"

"Ihhh" Alana mencubit tangan Sagara.

Kedua orang itu pun meninggalkan sekolah di jalan pun tidak ada yang mengawali pembicaraan Alana diam Sagara sudah pasti diam hanya deruman motor Sagara yang berderum juga teman Sagara yang berpapasan sesekali memencet klakson hingga akhirnya.

"Na pegang kamu bisa baca maps kan?bisa" Alana terbingung ia di suruh memegang handphone dan apa ini ia disuruh baca maps omg Alana nggak bisa naca garis-garis beginian.

Sagara pun menjalankan motornya sepanjang jalan pun Alana tetap diam sambil menikmati pemandangan alam pohon cemara di sepanjang jalan membuat suasana sejuk tercipta.

"Sagara kita mau kemana?"

"Ada pokoknya"

Alana mengerucutkan bibirnya menyentuh bahu sagara dengan telunjuk dan mengalihkan wajahnya menolak eye contact dengan Sagara dari kaca spion.

Tak butuh waktu lama mereka akhirnya sampai sebuah bukit dengan derasnya air sungai di jurang sana melihatkan pemandangan bukit hijau tanpa ada polusi udara seperti di kota Alana turun dari motor mendekat ke pinggir memegang pembatas menatap kagum pemandangan yang sama sekali belum pernah ia lihat dengan mata kepala nya sendiri.

"Indah banget ciptaan tuhan" Kagum Alana tersenyum menatap sekumpulan langit yang tengah mendampingi matahari.

"Dan sungguh indah ciptaan tuhan di depanku saat ini" Alana berbalik menatap Sagara bingung.

"Gue atau pemandangannya?"

"Ngarep ya?" Sagara bercengir dan berdiri di samping Alana.

"Kalau itu indah kalau ini sangat-sangat indah" Sagara mencubit kecil hidung Alana.

"Dih buaya comberan" Alana memukul lengan Sagara laki-laki itu tersenyum dan menumpu badannya pada pembatas kayu.

"Kamu orang kedua yang tau tempat ini"

"Siapa yang pertama?"

"Aku"

"Pinter juga nyari tempat yang sejuk asri kayak gini di pelosok kota"

"Sagara gitu loh"

Alana sudah malas berbicara dengan Sagara keduanya pun duduk di kursi kayu sama-sama diam memandang langit biru dan tiupan angin meniup-niup rambut mereka.

Dan tiba-tiba Alana merasakan jantungnya yang sesak ia memukul-mukul dada bagian atasnya mencoba bernafas Sagara menarik tangan Alana nafas Alana mulai tersenggal "Ambil....minum...to...long".

Minta Alana bersusah payah berbicara sungguh susah oksigen masuk kedalam tubuhnya Sagara mengambil botol minum nya membantu Alana minum dan Alana mengambil sebutir obat di dalam tasnya.

Sagara curiga dengan pil yang di minum Alana setelah pil itu tertelan nafas Alana mulai membaik dan sesak pun sudah mulai hilang tinggal rasa perih di bagian dadanya.

"Na...kamu nggak papa?" Alana menggeleng memasukkan kembali bungkus obatnya dengan tergesa-gesa.

"Secepatnya ngomong ya sama aku supaya aku nggak khawatir lagi" Sagara menepuk kepala Alana dan mengajak Alana untuk pulang.

S A G A R ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang