Bagian 42

1.4K 53 0
                                    

Keanehan istrinya makin menjadi-jadi, banyak permintaan aneh yang istrinya lakukan padanya. Bukan berarti Bian tidak senang, dia sangat senang. Tapi, dia seperti merasa aneh dengan istrinya.

Setiap pagi, istrinya selalu merengek ingin ikut ke kantor. Alhasil, setiap hari Airana selalu mengintili Bian kemanapun. Lebih parah lagi, Bian merasa gemmas dengan tingkah istrinya yang menggemaskan saat menggunakan kaos kebesarannya. Seperti sekarang, Bian mencubit pipi istrinya yang semakin berisi dengan gemas.

Airana menggunakan kaos kebesaran milik suaminya, rambutnya ia kuncir dua, dengan sandal lucu tidak lupa tas selempang yang menggemaskan membuat Airana nampak bocah SMP. Bian menjadi takut, takut ia disangka pedofil. Pasalnya, istrinya memang terlihat seperti anak SMP dengan wajah babyfacenya.

Bian membuka pintu mobilnya lalu mengecup pipi istrinya.

"Ihhhh... mas... wajah aku jadi basah ihh.. jangan cium-cium terus". Airana menutup wajahnya

Bian terkekeh geli "Ayo turun".

Airana segera turun dari mobil, Bian menutup kembali pintu mobilnya dan menggenggam jemari mungil istrinya masuk ke kantor. Jangan kira ia tidak tahu soal karyawannya yang mengidolakan istrinya karena sangat cantik dan terlihat seperti bocah SMP. Sialnya lagi Airana selalu berlagak polos saat para karyawannya menatap memuja kearahnya.

"Pagi pak Bian, Bu Airana". Sapa Anton saat melihat atasan serta istrinya berada didepan ruangan Bian.

"Pagi". Sahut Airana antusias.  "Anton, hari ini kamu ganteng". Lanjut Airana membuat Bian menatap istrinya horor.

Sementara Anton mendadak merasakan aura potongan gaji mendadak.

"Sayang..." Tegur Bian kesal sekaligus cemburu. Airana yang peka akan kecemburuan suaminya, ia mengecup singkat bibir Bian membuat Bian nampak malu-malu dengan wajah memerah membuat Anton ingin menertawakan atasannya yang mirip ABG SMA.

"Lebih ganteng lagi kalau kamu berhasil ambilin mangga dari pohonnya untuk aku". Kata Airana polos menatap Anton dengan wajah pupeyesnya. "Aku pengen kamu ambilin mangga muda dari pohonnya buat aku Anton, bisa ngak?"

Anton menggaruk tengkuknya, memanjat pohon mangga? Ahh yang benar saja, kenapa tidak langsung beli, ia yakin atasannya memiliki banyak uang untuk membeli mangga tanpa harus ia yang mengambilnya langsung dari pohonnya.

"Sayang, sekarang masih pagi". Ujar Bian

"Yaudah, nanti malam kamu tidur diluar gausah tidur sama aku, aku...."

"Oke, Anton saya minta tolong kamu manjat pohon mangga, ambilkan pohon mangga untuk istri saya".

"Loh kok cuma Anton doang?, ya sama kamu juga mas Bian". Ujar Airana membuat Bian membelalakkan matanya.

"Tapp.."

"Ga ada tapi-tapian". Airana bersedekap membuat kedua laki-laki didepannya hanya bisa menhela nafas pasrah.

"Ingat ya, ambil langsung dari pohonnya, aku bisa bedain mana yang ambil langsung samaa yang beli dipasar".

"Iya sayang, yasudah kamu tunggi diruangan aku, aku sama Anton cari mangganya dulu".

Airana tersenyum cerah mengecup pipi Bian lalu ngacir masuk kedalam ruangan.

"Mau cari dimana pak pohon mangganya?" Tanya Anton

"Tanyakan sama seluruh karyawan disini, siapa tahu salah satu diantara mereka ada yang punya pohon mangga yang sedang berbuah".

Anton mengangguk singkat lalu bertanya diseluruh grup WhatssApp.

___________

"Anton, kamu pelan-pelan dong lemparnya, kalau kena kepala saya, saya potong gaji kamu 90%".

Anton memutar bola mata malas mendengar atasannya yang sedari tadi selalu berbicara membuat telinganya terasa panas. Padahal atasannya tinggal mengambil saja, sementara ia yang memanjat pohon berkali-kali mengumpat karena semut-semut mengigit lengan dan kakinya.

Setelah ia merasa cukup, ia pun turun dari pohon membantu atasannya memasukkan mangga kedalam kresek.

"Pak, bapak tidak merasa aneh dengan istri bapak sendiri?" Tanya Anton sembari mengusap keringat dipelipisnya.

"Maksud kamu?" Tanya Bian sinis melirik sekretarisnya.

"Saya merada dejavu pak, pasalnya saat bu Airana hamil dulu, saya juga disuruh beli mangga. Apa bu Airana hamil lagi pak?"

Bian mengerjapkan matanya, menatap intens sekretarisnya. Apa iya, istrinya hamil lagi? Hah, sepertinya ia memang harus memastikannya.

"Jika dugaan kamu benar soal istri saya hamil lagi, saya kasih kamu bonus". Ujar Bian menepuk pundak Anton lalu berjalan menenteng kresek mangga menuju mobil.

Sementara Anton, ia yakin dugaannya tidak salah lagi. Anton patut mengakui, jika atasannya benar-benar tocker. Sekali tembak langsung jadi.

_______________

Jangan lupa votenya yaaaa makasiii

Jarak Antara Luka dan Bahagia (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang