Bagian 44

1.4K 59 1
                                    

Setelah kegiatan kenikmatan selesai, ia segera mengenakan pakaiannya kembali berserta pakaian istrinya lalu bergegas membuka pintu ruangan. Bian tersenyum tipis melihat Mamad dan pembantu istrinya menatapnya dengan penuh curiga. "Emhhh masuk dulu". Ujar Bian kikuk

Pembantu istrinya lekas masuk kedalam sementara Mamad menatapnya aneh.

"Lo abis bercocok tanam disini??"

Gila, ingin rasanya Bian menyumpal mulut laknat Mamad yang begitu lancar mengucapkan kata begitu.

"Wah parah, istri lu sedang sakit, malah diajak cocok tanam".

"Dia lagi ngidam"

Mamad berfikir sejenak "Anjir, hamil maksud lu?? Airana hamil???"

Bian mengangguk, Mamad tersenyum mengucap syukur dalam hati. "Mantap, tocker bener lo bro, ehh tapi, seriusan kalian bercocok tanam disini?"

Bian memutar bola mata malas "Iya, dia ngidam pengen disini".

Mamad berdecih "Hilih, paling elu yang ngidam," Ujar Mamad tertawa meninggalkan Bian yang menggelengkan kepalanya melihat tingkah absurd sahabat istrinya. Bian pun mengikuti langkah Mamad menghampiri istrinya.

"Wah Ai, selamat yaa, akhirnya hamil lagi, suami lo tocker bener, sekali tembak, kecebongnya langsung jadi".

Airana merona malu mendengar godaan Mamad.

"Aelah, pake malu-malu kucing, wishhh ini mangga kenapa banyak bener, lo mau jualan mangga?" Tanya Mamad heran melihat satu karung mangga didekat sofa dimana tempat ia duduk.

"Airana ngidam mangga" Sahut Bian

"Wahh, gue boleh minta ngak nih? Atau kita ngerujak yuk Ai, asli gue udah lama banget nih ngak ngerujak bareng lo".

Airana langsung berteriak heboh mengiyakan ajakan Mamad, meski Bian berkali-kali melarang istrinya. Airana tetap bersikukuh, hingga pada akhirnya Bian mengiyakan.

Mamad segera ngacir membeli cabai, dan beberapa bumbu lain lalu bergegas kembali keruangan Airana.

_______________

Bian bergidik saking kecutnya, bukan dirinya saja, bahkan Mamad ikut bergidik. Berbeda dengan Airana yang nampak adem ayem melahapnya dengan santai. Pembantu Airana sudah pulanh sedari tadi menyisakan Bian, Mamad dan Ziki.

Jika kalian bertanya kenapa Ziki berada disini? Ahh tentu saja ini atas permintaan bumil. Bian ingin sekali memprotes, namun ia urungkan.

"Kecut banget". Ujar Ziki bergidik dengan mata terpejam.

"Ihhh ini enak banget". Sahut Airana tidak terima.

"Jangan banyak-banyak sayang, nanti sakit perut". Bian menasehati.

"Ish, cabainya cuma dua biji ga akan sakit perut mas," Kata Airana sewot. Jujur saja, ia masih sedikit kesal dengan ketiga laki-laki didepannya yang justru hanya memberikan dua biji cabai dibumbu rujak.

"Ran, ingit lagi hamil, kalau sakit perut kan kasian adek bayinya". Ujar Ziki lembut. Sebenarnya, ia merasa senang mendengar kabar kehamilan Airana, meski ada sedikit perasaan cemburu dan sakit hati. Yaa,,, kalian pikir saja sendiri, laki-laki mana yang tidak cemburu jika orang yang ia cintai hamil dengan lelaki lain dan mau marahpun rasanya tidak bisa karena yang menghamilinya adalah suaminya, yakni pemilik jiwa, raga dan hati Airana secara mutlak. Ck, mengingat itu, Ziki rasanya tidak sanggup duduk disini.

"Ziki, kamu kemana aja?"

"Lagi banyak kerjaan dari kemarin Ran".

Mamad mencebikkan bibirnya, sudah jelas Ziki berbohong, karena ia selama berhari-hari ehh ralat hampir sebulan, duabulan ahh entahlah, intinya Mamad selalu menemani Ziki yang galau-galau. Ya, meski memang Ziki tidak sepenuhnya berbohong, ia benar-benar banyak pekerjaan.

"Kan aku jadi kangen".

Demi apapun, Ketiga laki-laki didepannya keselek, lalu merebutkan air minum untuk meredakan rasa panas ditenggorokan mereka. Ziki melirik suami Airana yang nampak menatap tajam kearahnya.

"Sayang," Bian menegur istrinya, lalu mengecup bibir istrinya didepan Mamad dan Ziki. "Bibir kamu memang perlu dihukum". Bisik Bian, namun masih bisa didengar oleh Mamad dan Ziki.

Ziki berderhem pelan, menunduk tidak mampu melihat pemandangan didepannya.

"Mas Bian jangan cium-cium sembarangan". Rengak Airana mencubit lengan suaminya kessal.

"Kalian berdua emang bener-bener bikin jiwa jomblo gue meronta-ronta". Mamad berujar kesal.

"Lagian Mad, lo kenapa dari dulu jomblo terus sih, lo kaga homo kan?" Tanya Ziki berusaha mengalihkan suasana akward.

Mamad melempar potongan mangga kearah Ziki "Kampret bener lo Ki, gue masih normal, cuman gue mau menikah lewat jalur taatuf".

Ziki terbahak-bahak "Gayalu taaruf, bilang aja lagi nungguin Ana cerai sama tu lakik".

"Astaghfirullah, kaga yaa, gile apa gue, kaga, kaga, gue lagi ngedeketin cewe lain, cuma bapaknya galak men, gila, tiap malem gue harus kesana ngajar anak-anak ngaji, parah bener".

Airana, Bian dan Ziki terbahak mendengar cerita Mamad.

"Aduh BTW, Bian lo ngedapetin sahabat gue gimana ceritanya sih?" Tanya Mamad penasaran.

Bian melirik istrinya "Sebenarnya, sudah lama saya meminta izin pada orang tua dia, mungkin waktu dia masih SMP".

Ketiga manusia menatap terkejut kearah Bian, begitupula Airana yang benar-benar kaget akan pengakuan suaminya. Benarkan begitu??

________________
jangan lupa votenya ya gengss... terimakasih sudah membaca... 😍

Jarak Antara Luka dan Bahagia (SELESAI)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora