Special Chapter #7

1.1K 179 12
                                    

"Minggir!"

Satu kata dari Aaric membuat semua penjaga di sekitar halaman mansion menyingkir. Aaric melangkahkan kakinya ke arah kolam renang di mansion Kenneth. Aaric berjalan santai dengan Vincent berada di bahu kanannya layaknya sebuah karung beras.

"Aaric?" Panggil Greta.

Entah bagaimana Greta memanggil semua anggota keluarganya. Yang jelas, saat Aaric sampai di kolam, paman-paman juga kedua ayahnya ada di belakangnya. Aaric melepaskan sepatunya dan dia langsung melemparkan Vincent ke dalam kolam.

"Astaga! Vincent!"

Aaric ikut menceburkan diri ke dalam kolam dan menarik lengan Vincent. Aaric menepi dengan Vincent berada di depannya. Aaric berdiri dengan bersandar pada dinding kolam. Vincent dia peluk dengan sebelah lengannya. Tangan kanan Aaric mengeluarkan ponsel miliknya yang masih ada di saku celananya. Aaric melempae ponsel itu ke belakangnya.

"Son, kenapa kamu mengajak Vincent berenang malam-malam?" Tanya Axeon.

Aaric mengangkat kepalanya dan menemukan Axeon tengah berdiri di tepi kolam. Aaric menoleh ke belakang dan melihat Arsen juga paman-pamannya sedang menatap dengan khawatir.

"Daddy tahu apa pekerjaan Baren?" Tanya Aaric.

"Rumah bordil?"

"Rigel menjual Vincent pada Baren,"

Axeon langsung mengangguk paham.

"Seberapa keras obatnya?" Tanya Axeon lagi.

"Entahlah. Karena itu aku membawa Vincent kesini. Kalau masih tidak bisa hilang, mungkin daddy bisa memanggil dokter,"

"Papa kalian itu dokter, kan?"

Aaric melirik Arsen. Aaric memejamkan matanya sejenak sebelum dia menghembuskan napasnya dengan perlahan.

"Pa..." Panggil Aaric.

"Bisa tolong bantu aku?" Pinta Aaric.

Arsen sempat terkejut sebelum dia mengangguk. Arsen mendekat dan duduk di tepi kolam dengan kaki yang dia masukan ke dalam kolam.

"Aku tidak tahu obat perangsang macam apa yang bajingan sial itu berikan pada Vincent. Bisa papa melihat seberapa kuatnya obat itu? Atau mungkin papa bisa membantu memberikan obat untuk ini?"

Arsen menatap wajah Vincent. Vincent mungkin masih tidak sadarkan diri. Arsen khawatir pada putra tengahnya itu. Arsen menepuk pelan pipi Vincent.

"Vincent..." Panggil Arsen.

Arsen menghela kecil. Dia menatap ke arah Aaric dan menggeleng kecil.

"Sulit. Obatnya mungkin tidak terlalu kuat. Tapi, selain obat, mereka memberikan minuman beralkohol pada Vincent. Vincent tidak sadarkan diri sementara tubuhnya... kamu lihat kan..."

"Apa tidak ada cara lain?"

"Sepertinya tidak..."

"Haish!"

Aaric mengguncangkan badan Vincent. Dia beberapa kali memanggil adiknya itu agar sang adik terbangun.

"Vincent... Bangun!"

"Kak... Sudah..." Ucap Arsen.

"Lalu? Apa aku harus membiarkan Vincent disini semalaman? Aku sih tidak masalah, lantas Vincent? Memangnya anak ini pernah kuat dengan udara dingin? Tidak kan?"

"Iya, tapi..."

"Apa? Apa aku harus memanggil jalang untuk membantunya?"

"Zack!"

[DS #3] Save Me Hurt MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang