7 - Hadiah Kecil

5.9K 100 2
                                    

Rafa merasakan ada getaran di ponsel yang sedang ia genggam. Getaran itu tak lain adalah panggilan masuk dari seseorang bernama Dey dengan emotikon ular sebanyak dua ekor di belakangnya.

"Halo," bisik Rafa takut membangunkan Shani yang sedang tertidur.

"Eh kenape bisik-bisik gitu lu? Kerasukan ape?"

"Nggak, gak kenapa-kenapa. Ada apa nelpon tengah malem gini? Ganggu aja orang jam istirahat."

"Ilah sok iye banget. Biasa jam 11 gini masih seger lu."

"Iya gue emang masih seger, tapi Sha- temen gue udah tidur," Rafa merutuki dirinya sendiri yang hampir keceplosan menyebut nama Shani.

"Sha? Siapa? Siapa itu? Lu bawa cewek nginep!?" Dey meninggikan suaranya.

"Sapto, temen gue itu. Cowok kok," Rafa berusaha menyangkal perkataan Dey.

"Tadi kayaknya 'sha' deh bukan 'sap'?" Dey terus mencecar Rafa.

"Salah ucap aja. Itu si Sapto lagi tidur."

"Halah. Siapa ceweknya?"

"Cowok anjir, maksa banget lu?"

"Gue gak percaya. Siapa gak?" nada Dey terus meninggi.

"Lu kenapa dah? Udah lah, lu mau bahas apa? Malah jadi marah-marah gak jelas gitu."

"Gak jadi. Gue mau tidur aja," Dey langsung menutup teleponnya begitu saja.

"Aneh," gumam Rafa sambil kembali menatap ke arah langit malam.

Di sisi lain, Dey yang sudah terpantik amarahnya langsung membanting tubuhnya ke atas atas kasur. Ia remas sekuat mungkin ponsel dengan kamera bobanya itu sambil mendengus beberapa kali.

"Tadi siang baru ngewe sama gue. Sekarang udah bawa cewek nginep lagi aja. Sialan!"

Berbeda dengan Dey yang emosinya sedang meluap-luap, Shani justru sedang berusaha untuk pura-pura terlelap. Ia tak sengaja mendengar ucapan Rafa yang sedang teleponan tadi. Pikirannya sedikit terganggu karena Rafa mengakui dirinya sebagai seorang teman prianya. Ia berusaha berpikir positif, itu untuk menjaga nama baiknya juga. Tapi pikiran negatifnya berkata kalau Rafa sudah memiliki pacar yang ia sembunyikan darinya.

"Ck," Shani mendecik dan bangkit dari sofa untuk menghampiri Rafa yang masih berdiri di balkon.

"Belom tidur?"

Tubuh Rafa seketika melompat karena kaget dengan kehadiran Shani di sampingnya.

"Sumpah ya, jantung aku mau copot."

"Hehehe maaf," Shani menepuk-nepuk punggung laki-laki itu.

"Kamu kenapa bangun lagi?"

Shani hanya diam tak menjawab. Ia ikut menatap kota Jakarta di malam hari yang baru saja diguyur hujan sore tadi. Kesunyian langsung hadir di antara mereka berdua.

"Tadi kamu teleponan sama siapa?" Shani mencoba buka suara.

"Temen aku."

"Cewek?"

"Hmm," Rafa mengangguk kecil.

"Ngomongin apa?"

"Gak ngomongin apa-apa, dia tiba-tiba matiin teleponnya."

"Ooo, gara-gara Sapto ya?" Shani berucap dengan dingin dengan tatapan yang tak berpaling sama sekali.

"Eh? Kamu denger?"

"Dikit," Shani mengangguk.

Lagi, kesunyian menerpa keduanya. Angin malam yang dingin mulai menusuk pakaian tipis mereka. Meskipun ini Jakarta, udara malam tetaplah dingin.

Lucky BastardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang