ANANTA 7 : HILANG SEMANGAT

180 20 0
                                    

Titik keraguan itu mulai datang.
-ANANTA-


Votenya ges :) jangan lupa komentar juga 😆


Hari ini Fadhil berencana untuk mengambil hasil tes milik adiknya. Bersama dengan Ayah, Fadhil menunggu dan saling berbalasan pesan dengan Ananta yang terus menanyakan hasilnya.

"Gimana, Yah?"

Ayah terdiam setelah membaca untaian kalimat yang memberitahu hasil dari tes yang dilakukan beberapa hari yang lalu. Perlahan tangan Ayah terulur untuk memberikan kertas di tangannya.

"Ayah ..."

***

Sore harinya sepulang Ananta dari kampus semuanya sudah berkumpul. Ia terkekeh ketika Lintang berhasil pulang lebih dulu. Ia langsung bersalaman pada semuanya sambil tetap mempertahankan senyuman.

"Wuihh tumben Mas Lintang duluan pulang kerjanya?" pertanyaan itu tidak kunjung mendapatkan balasan karena Lintang memilih untuk memalingkan wajah saat matanya terasa basah karena air mata.

"Mas Tanjung? Mau kemana?" lantas Ananta bertanya demikian ketika Tanjung beranjak meninggalkan semuanya.

"Mau nemenin Ibu ..."

"Oh iya ... Nanti Ananta nyusul!" ucapnya yang mendapatkan anggukan.

"Nan, sini ..." ajak Ayah menepuk tempat kosong di sebelahnya.

"Ananta ganti baju dulu, Yah."

"Jangan lama, ya ..."

Karena tubuhnya lengket dan perlu penyegaran, akhirnya ia kembali melangkah lagi. Membersihkan diri lalu dilanjutkan menjenguk Ibu yang saat itu menyambut kedatangannya.

Tangannya terus saja Ibu remat, berkali-kali juga sorot mata Ibu memandangnya sangat lekat seakan Ananta merupakan pemandangan yang tidak ada bosan untuk dilihat.

***

"Ayah matanya bengkak. Ibu gakpapa, kok. Hehe ..."

Ananta menghampiri Ayah dan beberapa saudaranya setelah keluar dari kamar Ibu. Ia niatnya ingin duduk berdekatan dengan Ayah, namun Lintang lebih dulu menariknya mendekat.

"Nan ..."

"Apaan Mas Lintang kok tiba-tiba meluk sih!" kesal Ananta ketika Lintang masih tetap tidak mau melepaskan tubuhnya.

"Oh iya Mas Fadhil udah bawa hasil tes milik Ananta kan? Gimana hasilnya?" ia bertanya pada Fadhil dan berusaha mengabaikan Lintang.

"Kita semua ada untuk kamu ..." jelas Satria ketika uluran kertas dari Fadhil berhasil Ananta terima.

"Yeahh Mas Satria bisa ae ..."

"Gak bisa serius dikit, Nan?" tanya Lintang yang kesal melihat tingkah adiknya.

"Mas Lintang baperan ..."

Lipatan kertas itu kini Ananta buka, ada banyak kalimat yang tercantum di sana. Perlahan matanya berusaha untuk membaca kalimat awal dengan sangat teliti.

"Baca pelan-pelan, Dek ..." tutur Fadhil membuahkan anggukan.

Butuh beberapa menit untuk si Bungsu percaya pada kalimat yang baru saja ia baca. Bahkan Ananta membacanya berkali-kali untuk meyakinkan diri bahwa tidak ada kesalahan pada kalimat tersebut. Ia mendesah lesu ketika hasil tesnya mampu menggoyahkan seluruh harapan yang terencanakan. Ia sudah membayangkan banyak hal tentang impiannya yang pelan-pelan mengabur dari tekadnya.

ANANTA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang