👠 Jawaban 👠

16.8K 4.1K 1.2K
                                    

🎼 Bertahan terluka

Sudah part 40 nih, gak berasa yaa

Absen dulu di sini!!!!

Ampe perih mata gue ngetik ginian dari sejam lalu

Sebelum Ragas kembali ke Jakarta sore ini, ia ingin meminta satu hal pada Gaudi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebelum Ragas kembali ke Jakarta sore ini, ia ingin meminta satu hal pada Gaudi. Walau cinta Gaudi ternyata tak lagi jatuh padanya, Ragas ingin perpisahan mereka layak untuk dikenang.

"Kamu yakin mau ngajak jalan di sini pakai motor? Jalanannya licin loh." Gaudi berdiri ragu di samping Ragas yang sedang menghidupkan motor pinjamannya.

"Yakin aja, kenapa kamu ragu gitu? Naik dong Di."

Gaudi naik ke atas motor, rasanya agak canggung dibonceng oleh mantan bosnya sendiri.

Ragas memperhatikan Gaudi dari spion motor. "Deketanlah Di, ntar kalau kamu duduk di ujung malah jatuh."

Gaudi yang merasa tak enak segera memajukan tubuhnya hingga lututnya menyentuh kaki Ragas.

"Udah siap?"

"Iya, pelan-pelan aja, jalannya licin."

"Tanpa kamu minta juga pasti saya pelanin kok Di," jawab Ragas. "Malah makin pelan lebih bagus kan, kita bisa bersama lebih lama."

"Ya? Apa tadi?" Gaudi yang tak begitu jelas mendengar akhir kalimat Ragas meminta untuk mengulangi. Tapi Ragas menolak, mungkin lebih baik jika Gaudi tidak mendengar itu.

Ragas mengendarai motornya ke arah kota, ia ingin pergi ke pasar yang Gaudi bilang, semua tempat yang Gaudi pernah singgahi di sini ia ingin ke sana juga.

"Di, ada tempat selain pasar nggak yang pernah kamu kunjungi?" tanya Ragas dengan suara kencang takut suaranya terbawa angin di jalan.

Gaudi melihat bukit yang ada di kejauhan, tempat di mana Egin memintanya untuk menjadi istri sungguhan.

"Nggak ada kok."

"Oh gitu..."

Melewati kaki bukit itu, Gaudi tak ingin mengalihkan matanya dari sana. Rasanya ia ingin bertemu Egin sekali lagi di puncak itu.

"Di, kalau kamu mau pegangan ya pegang aja di pinggang saya."

"Eh nggak usah, aku megang bagian belakang motor aja," tolak Gaudi.

Sepanjang jalan juga Ragas sesekali melihat Gaudi dari spion motor, hatinya merasa kecewa ternyata Gaudi yang ia cintai dan Gaudi yang sekarang ia bonceng sudah berbeda. Mungkin hanya dirinya yang masih menapaki masa lalu, Gaudi sudah tidak.

Mereka sampai di pasar pinggir kota ketika pasar sedang ramai-ramainya, maklum, ini hari pasar, anak sekolah juga libur.

Gaudi mengikuti kemana Ragas membawanya pergi, ia tahu betul bagaimana Ragas ketika datang ke tempat baru seperti ini, pria itu kadang melupakannya yang tertinggal di belakang karena keasikan memotret hal-hal baru yang ia temui.

My "Minyak Telon" Hubby Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang