66. Pergi diam-diam.

467 54 1
                                    

Aku mau minta maaf, karena baru bisa kembali update hari ini.

Happy Reading...

****
Hari demi hari berganti setelah kejadian itu, Rayhan benar-benar di batasi dalam bergaul dan pertemanannya. Raka maupun Dinda melarang Rayhan berteman dengan orang sembarang di sekolahnya, setelah di beritahu oleh Rafa bagaimana sifat asli Raja. Namun, mereka belum tahu, siapa sebenarnya Raja itu.

Tentu sebagai orangtua, Dinda maupun Raka yang notabenya sangat menjaga Rayhan dari orang-orang yang berniat jahat, kini mulai mempekerjakan dua orang bodyguard kemanapun Rayhan mau pergi. Bahkan di sekolah sekalipun, ia tetap harus memakai bodyguard agar tak ada yang berani menyakitinya.

Tentu Rayhan tak menyetujui keputusan orangtuanya. Bagi Rayhan, ia akan malu jika dijaga oleh dua bodyguard padahal ia sudah remaja, apa kata teman-temannya nanti. Tapi, apa yang bisa ia lakukan. Tak bisa menolak saat mereka membicarakan soal home schooling. Jika tak menurut dengan kehadiran bodyguard untuk menjaganya selama keluar dari apartemen, maka ia harus sekolah di rumah sampai lulus.

Hal yang tak Rayhan setujui adalah dirinya di larang berteman dengan Raja. Karena mereka berfikir kejadian beberapa minggu lalu karena Raja, padahal bagi Rayhan, Raja tidaklah bersalah. Dan secara diam-diam pula, ia masih berteman dengan Raja. Masih akrab seperti biasanya. Dan semoga, Dinda tidak akan tahu atas kebohongannya yang mengatakan sudah menjauhi anak itu.

Tapi, yang Rayhan tak mengerti dengan orangtuanya itu adalah karena tindakan mereka seolah-olah dirinya itu berada dalam bahaya. Namun, bahaya yang sama sekali Rayhan tak pahami, bahaya dalam artian apa? 

Kini, anak itu sedang duduk termenung di dalam kamarnya. Ia sedang bimbang memikirkan bagaimana cara agar bisa keluar dari apartemen ini. Diluar ada dua orang bodyguard yang berjaga di depan kamarnya, meski orangtuanya sedang keluar namun tentu Rayhan tak akan bisa kabur dari para bodyguard itu.

"Apa yang harus Ray, lakukan?"

Rayhan tampak berfikir. Ia sudah berjanji pada Raja bahwa ia akan datang ke rumah sahabatnya itu. Raja tadi, mengundangnya untuk ikut serta merayakan ulangtahun pamannya yang baru balik dari luar negeri. Dengan semangat Raja meminta Rayhan untuk datang, berharap ia bisa membuat ulangtahun pamannya akan semakin bermakna.

Rayhan tadinya, ingin menolak. Namun, ia tidak ingin membuat sahabatnya bersedih. Jadi, meskipun sangat sulit akan ia usahakan. Dan sebuah keberuntungan karena orangtuanya yang sedang kencang ke luar. Tadinya Rayhan di ajak oleh Dinda, namun Raka menolak, karena ia ingin seperti anak muda yang berjalan berdua dengan sang kekasih. Jika Rayhan ikut, katanya gak seperti pasangan muda yang lain.

Helaan nafas berat dilakukannya. Raja sudah mengirim pesan, apakah ia jadi pergi atau tidak.

Meskipun masih kurang yakin, tapi Rayhan malah menjawab ia sudah otw. Padahal cara untuk keluar dari kamar saja belum ia dapatkan.

Karena lelah berpikir tanpa mendapatkan jawaban yang ia inginkan, akhirnya Rayhan mencari cara di internet, untuk mengelabui agar bisa kabur dari bodyguard yang sedang berjaga.

Rayhan langsung tersenyum senang, saat jawaban yang ia cari-cari ketemu. Di situ salah satunya adalah memberikan obat tidur, agar bisa kabur. Tapi masalahnya, apakah ia punya obat itu?

"Dapat obat tidurnya dimana? Aku kan gak punya,"batin Rayhan yang tampak lelah, kalau harus berpikir dan mencari cara lain.

"Eh tunggu-"

"Sepertinya papa punya deh. Karena biasanya papa itu gak bisa tidur, jadi kadang mengonsumsi obat tidur."

"Duh. Untuk ingatan Ray masih berfungsi baik," ujar Rayhan yang kembali merasa senang.

Ia langsung bergegas mencari obat tidur di kamar ini, kamar orangtuanya. Ia mulai mencari di lemari, dan Laci.

Dan dugaannya benar. Ia menemukan obat tidur itu. Ia lalu memasukkannya ke dalam saku celananya juga ponsel agar nanti bisa langsung pergi.

Ceklek!

Rayhan membuka pintu kamar. Kedua bodyguard berbadan lumayan besar dan tinggi itu, membungkuk hormat pada Rayhan.

"Apakah tuan muda, sedang membutuhkan bantuan?" tanya salah satu di antara mereka.

"Enggak. Ray lagi mau bikin susu coklat paman. Apakah paman mau dibuatkan kopi gitu?" tanya Rayhan menawarkan minuman, sebagai awal rencananya.

"Tidak perlu tuan muda. Jangan merepotkan diri anda. Kalau tuan muda mau minum susu, biar saya yang ke dapur untuk membuatkan. Tuan muda tinggal duduk saja," ujar bodyguard yang lainnya. Mana mungkin mereka berdua berani membiarkan Rayhan membuatkan mereka kopi, sedangkan Rayhan itu majikan keduanya. Mereka ditugaskan untuk menjaga dan mengawasi Rayhan.

"Tidak. Tidak. Saya yang menawari jadi tolong jangan membantah. Kalau kalian masih menolak, nanti Rayhan kasih tau papa. Terus paman di marahi," tentu yang dikatakannya hanyalah sebuah ancaman. Agar mereka tak menolak dan berjalan sesuai dengan rencananya.

Meski dengan berat, kedua bodyguard itu akhirnya menganggukkan kepalanya.

"Baiklah, tuan muda jika memaksa. Kami mohon maaf karena merepotkan tuan muda," ujarnya dengan tak enak hati.

Rayhan tersenyum tulus,"gak papa. anggap ini sebagai rasa terimakasih Ray, karena kalian telah menjaga Rayhan satu minggu ini."

"Paman duduklah, sambil nunggu kopinya siap. Dijamin kopi buatan Ray itu mantap banget."

Setelah berucap hal itu, Rayhan segera bergegas ke dapur. Ia tak punya waktu untuk mengobrol bersama mereka. Ia pun mulai membuatkan kopi keduanya, tak lupa mencampurkan obat tidur itu.

"Duh paman. Ray beneran minta maaf ya. Ray salah, tapi ini terpaksa Rayhan lakukan agar bisa ke rumah Raja. Raja udah janji akan datang, jadi Rayhan harus tepati janji itu. Maafin Ray yang sudah berdosa gini pada paman berdua," ujar Rayhan merasa sangat bersalah. Namun mungkin ini cara yang terbaik.

Setelah siap, ia membawa cangkir kopi itu ke depan ruang tamu, dimana para bodyguard itu berada.

"Paman, kopinya sudah siap, silahkan diminum," Rayhan meletakkannya diatas meja.

"Terimakasih banyak tuan muda. Maaf merepotkan."

"Gak papa, paman," balas Rayhan sembari tersenyum.

Kedua bodyguard itu mulai meneguk kopi yang di berikan Rayhan. Mereka tampak menikmati, sedang Rayhan mengawasi sedari tadi. Menunggu obatnya bereaksi.

Seperti yang di harapkan, tak lama dari itu. Kedua bodyguard itu mulai merasa ngantuk. Lalu menutup matanya menuju alam mimpi.

"Maaf ya paman. Ray terpaksa. Selamat tinggal, mimpi indah."  Rayhan berkata lirih menatap kedua paman bodyguard itu yang sudah tertidur akibat ulahnya.   Tak lupa juga ia meletakkan sebuah note kecil di atas meja. Setidaknya mereka tidak terlalu panik nantinya.

Rayhan yang sudah merasa situasi aman, lantas segera bergegas ke luar dari apartemen. Ia sudah memesan taksi online untuk membawanya ke rumah Raja.




6 november 2022

 Rayhan StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang