Aku perempuan biasa kemarin, sebelum duniaku berubah setelah tertidur malam itu.
...
"Tidak ada yang dapat keluar dari tempat ini. Terjebaklah sampai kamu merasa putus asa untuk mendapatkan jalan keluarnya. "
...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Drtt... Drtt....
Suara getar dari samping membuat ku mengerang frustasi. Meraba nakas untuk meraih handphone, aku menemukannya dan membuka lockscreen menggunakan sensor sidik jari, masih dengan mata setengah terpejam juga kesadaran yang belum sepenuhnya berkumpul.
Aku bahkan melupakan fakta mengenai status mode pesawat dalam ponsel ku saat malam hari. Ponsel ku dekatkan ke telinga, sebelum suara serak yang tidak dikenal keluar dari bibirku.
"Ha---" sapaku terpotong oleh suara nyaring dari balik telepon. "Hei! Aku sudah membunyikan bel rumah mu lebih dari 10 kali, tapi kamu tidak menjawab, apakah kamu telah mati?!! "
Suara gadis itu begitu nyaring di telinga, membuat kedutan samar di sekitar telinga, membangunkan ku dari alam mimpi dengan kejutan besar. Suaranya terdengar asing, meski familiar juga ku rasakan hingga keningku berkerut dalam.
"Ya, aku baru akan sampai ke alam baka jika kamu tidak menarik kembali nyawaku ke tubuh ini, " kataku dengan intonasi datar. Meski tak tahu siapa pembicara di sebrang sana, aku meyakini jika ia akrab.
Tubuhku bergerak untuk bangun, melirik jam yang menampilkan angka 6 lewat 15 menit. Suasana rumah begitu senyap, tidak terlihat biasa saat mendapati ketenangan ini. Apalagi saat melihat jam telah jauh dari waktu dimana aku akan terbangun dengan godaan dari keponakan ku.
Saat ku arahkan pandangan ku ke arah sekitar ruang tempat ku berpijak saat ini, aku menyadari ada yang salah dengan keberadaan ku disini. Bahkan, suara di sebrang telepon semakin terdengar samar.
Serangan panik ku rasakan hingga jantungku berdetak sangat cepat.
Dimana? Aku dimana?
Hanya itu yang ada di pikiranku.
"Phone... "
"... Sephone... "
"Persephone! "
"Ah! Maaf-maaf. Kamu panggil aku apa? " tanyaku ketika nama asing seseorang disebutnya untuk ku.
Terdengar helaan napas tak sabar dari seberang telepon, aku tahu dia tengah kesal. "Berhentilah bercanda, Persephone! Kau tidak ingin terlambat untuk menonton pertandingan hari ini 'kan? "
Kerutan didahi muncul begitu saja saat aku tak mengerti apa yang ia bicarakan. "Pertandingan? Pertandingan apa? "
"Kau tampak aneh. Apa kau mengalami amnesia dalam semalam? "
"Jika benar, kau mau bagaimana? " Aku menanti jawabannya sembari menelaah ruang besar dengan cahaya temaram yang ku tempati saat ini.
Terdengar tawa dari gadis di seberang telepon, yang tak ku ketahui namanya. Dia tampak mengolok-olok aku dengan tawanya. "Seorang Persephone, mengalami amnesia? Tidak mungkin. Kau akan kembali menggila begitu melihat wajah pangeranmu, sayang, " ujarnya setelah tawa gadis itu terhenti.