Pernikahan Abrisham

12 1 0
                                    

Ting

Nong

Cklek

"Kak Sham?" Abrisham tersenyum canggung.

"A..." Belum selesai Aftar memeluk istrinya.

"Ada apa Kak Abrisham datang lagi?" Abrisham menghela nafas.

"Adara, Aftar maafkan aku jika selama ini terlalu bodoh dalam bertindak, tidak seharusnya aku melakukan hal memalukan itu, apalagi ingin melecehkan istrimu, Aftar sekali lagi maafkan aku dan...aku akan menganggap mu Adikku, jika kamu mau datang ke acara pernikahanku." Adara dan Aftar terkejut.

"Pernikahan? Kakak menikah dengan siapa?" tanya Adara.

"Aku dijodohkan oleh Kakek wanita itu seorang model internasional, namanya Sisy dan aku mohon doa dari kalian semoga dia jodoh yang terbaik." Aftar tersenyum memeluk Abrisham dengan haru.

"Maafkan aku karena merasa kamu selalu berniat buruk, aku sempat meragukan kedatangan mu Kak, insyaalloh aku dan keluarga akan datang di pernikahanmu." Abrisham tersenyum.

"Terimakasih Aftar, kau memang pria sejati aku merasa malu jika kau anggap Kakak." Aftar menggeleng.

"Kau tetap Kakakku,walau sempat aku kesal karena sikap mu." Abrisham mengangguk.

"Eh kenapa bicara di luar, mari Kak ke dalam." Abrisham mengangguk.

Setelah itu mereka berbincang mengenai hal apapun terutama kejujuran Abrisham mengenai 3 syaratnya, Adara dan Aftar tidak kecewa mengenai itu karena jujur saja memang perjodohan terkadang sulit dilakukan jika keduanya tidak memiliki komitmen, walau sedari awal ini bukan menjadi salah satu pilihan Abrisham.

Malam hari.

"Hiks..." Mendengar tangisan itu Aftar mendekati sang istri lalu bertanya.

"Kenapa kamu menangis wahai istri cantikku?" Adara langsung memeluk suaminya.

"Malam ini aku hanya bisa memasak tempe dan juga perkedel jagung, bahan masakan kita habis." Mendengar itu Aftar tersenyum, ia tau jika biasanya tersaji makanan namun kini hanya beberapa.

"Alhamdulillah, selalulah bersyukur dengan apa yang ada, walau garam dan nasi pun sudah menjadi rezeki kita sayang." mendengar ucapan lembut suaminya Adara merasa lega.

Malam itu pun mereka makan dengan sedikit candaan dari Aftar karena ia tau suasana istrinya, semoga anaknya bisa mengerti ke adaan mereka kelak.

Esoknya...

Mereka terbangun setelah subuh tadi ketiduran, Adara langsung membangunkan suaminya untuk sarapan, namun Adara mengingat sesuatu segera ia turun dan mengecek persediaan dan sayangnya hanya tinggal ada roti tawar saja itupun hanya tersisa 2 potong.

"Hiks...Yaalloh apa yang harus hamba kata kan pada suami hamba." Tiba-tiba tangan melingkar dari belakang membuat Adara sedikit kaget.

"Hemm kenapa gak bangunin aku sayang?" Adara terdiam, melihat tubuh istrinya sedikit gemetar Aftar menatap bingung.

"Kenapa?"

"K-ita hanya bisa sarapan roti tawar saja suami." melihat istrinya menunduk Aftar merasa sedih.

"Apa kamu mau yang lain?" Adara menggeleng.

"Aku cuman...hiks..sedih aja takutnya kamu gak bahagia." Aftar terkekeh gemas.

"Justru aku takut kamu meninggalkan aku disaat keadaan kita tidak seperti dulu." Adara menggeleng cepat.

"Tidak pernah terbesit dalam pikiranku berpisah dalam keadaan suka maupun duka, kamu imamku kamu ibadahku kamu Aba dari anakku, kamu cintaku tidak boleh suami berpikir demikian." Aftar memeluk istrinya dengan hangat.

Bismillah Ku Memilih (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang