#12 ALIAGNAN

4.3K 210 67
                                    

Gue sedang menjalakan satu misi rahasia. Awalnya gue fine aja melakukannya. Gue kira gue akan happy. Tapi setelah gue tau satu hal, gue ragu melanjutkan misi ini. Gue ngerasa jahat banget. Sekarang gue bingung, lanjut atau mengakhirinya.

ALIAGNAN

....

SEPERTI BIASA AKU AKAN BUAT MEME DAN POST KE INSTAGRAM @_kimleaaa
JANGAN LUPA LIKE, KOMEN, AND FOLLOW

HAPPY READING🌻

....

(12)

Wilo tercengang ketika berada di dalam rumah yang akan ia tempati entah berapa lama. Semoga tidak lama-lama banget soalnya rumah besar ini terkesan horror. Seperti rumah angker yang sering ia tonton di netflix.

Rumahnya besar. Semua barang terkesan mewah. Namun, barang-barang tua. Ada piano antik di dekat ruang tamu. Sofanya juga berkayu jati. Guci-guci besar yang ada di setiap sudut rumah. Banyak lukisan-lukisan aneh yang menyeramkan. Lemari panjangan yang berbagai macam isinya juga mengisi ruangan tamu ini. Pokoknya rumah ini seperti musium barang antik.

"Keren 'kan rumah nenek gue?" Ali menyombongkan diri. Merasa bangga diwarisi rumah ini sebab sewaktu kecil sampai usianya 12 tahun ia tinggal di sini. Kalau ditanya ia lebih dekat dan lebih senang bersama siapa? Jawabannya jelas ia senang bersama orang-orang yang berada di rumah ini. Sayangnya keduanya sudah tiada dan ia selalu merindukan mereka. Nenek-kakeknya.

Ali menghirup bau khas rumah ini. Bau-bau parfum neneknya masih melekat. Seminggu sekali ia mampir ke rumah ini karena ada peliharaan kesayangannya yang sengaja ia tinggal untuk menjaga rumah almarhum neneknya.

"Apanya yang keren, menakutkan iya," sahut Wilo. Ia kayaknya gak bakal betah di sini. Lebih baik tinggal di rumah kecil daripada tinggal di rumah yang seperti istana tapi kesannya angker.

"Kita pulang aja yuk. Kayaknya lebih enak tinggal di rumah orang tua lo deh. Gue takut."

"Gak bisa gitu dong. Keputusan gue udah bulat, kita akan tinggal di sini selama lo jadi istri gue. Titik."

Wilo cemberut.

"Rumah ini banyak kenangannya, Wil. Gue suka di sini. Dan gue lebih senang di sini daripada rumah orang tua gue. Gue mohon sama lo, lo terima keputusan gue," lanjut Ali sambil teringat masa-masanya saat tinggal di sini.

Wilo menghela napas pasrah.

Ali merangkul Wilo. "Lo gak usah takut, kan ada gue." Ia tersenyum manis. Menyakinkan istrinya itu bahwa mereka akan baik-baik saja di sini. Hidup bahagia tanpa pengawasan orang tua. Bukankah itu impian semua remaja?

"Jangan curi kesempatan." Wilo melepas rangkulan Ali.

"Masa suami gak boleh nyentuh istrinya." Percuma ia menikahi Wilo jika tidak dapat apa-apa. Merangkul pun gak boleh.

"Gue emang istri lo. Tapi gue masih pe-la-jar. Dan gue gak mau kenapa-napa sebelum lulus dan menjadi mahasiswa kedokteran."

Ali diam. Ia beranjak manaiki tangga. Wilo cepat menyusul pria itu dan menarik ujung baju Ali karena takut ditinggal.

"Katanya jaga jarak? Kok deket-deket gue?"

"Nanti lo ninggalin gue."

"Lo selalu aja mikir negatif tentang gue."

"Gue 'kan jaga diri Li, lagian siapa yang gak tau lo. Lo tuh anak bandel. Suka ngisengin gue. Gak kayak-"

"Gak kayak Aqbar yang sempurna di mata lo." Ali memotong ucapan Wilo.

𝐀𝐋𝐈𝐀𝐆𝐍𝐀𝐍 [END] | REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang