17b

1.2K 135 6
                                    

"No, salah mbak, yang terakhir ke atas"

Moza mengangguk, "Maaf daddy"

"Oke, sekali lagi"

Mark kembali menekan tuts pianonya disusul oleh suara Moza

Treng trengg

Moza terdiam lalu memandang Mark

"Maaf daddy"

"Ini bolak balik dari kemarin daddy ajarin, gak bisa-bisa Moza?"

"Sorry"

Mark masih memandang bocah itu membuat Moza menunduk

"Sekali lagi, kalo salah belajar sendiri"

Moza mengangguk

Mark kembali dengan tuts pianonya lalu suara Moza yang mengalun diruangan besar kedap suara itu

"Now I'm in a whole new world with you"

"Nah, pelajari lagi bagian yang tadi. Masuk ke lagu kedua, daddy mau mbak hafalin liriknya dulu, kalo udah bisa mbak coba lagu nya, ini daddy udah siapin not nya. Hanya kalo mbak udah hafal liriknya, kalo belum jangan coba-coba pegang piano sama buku not daddy, ngerti mbak?"

Moza mengangguk, "Iya daddy, mbak mengerti"

"Okey, besok mbak ada kegiatan apa?"

"Emm...after school, I'm going to practice archery"

"Kalo daddy tanya pake bahasa Indonesia jawab pake bahasa Indonesia, etika nya dipake"

"Ah..pulang sekolah, mbak mau latihan memanah daddy" ulang Moza

Mark mengangguk, "Do you enjoy taking archery classes?"

"Yes, i got a lot of courage while learning archery"

"Oh yeah? Thats cool, must be brave"

"Iya, tapi daddy ini sakit" Moza menunjuk telunjuk dan jari tengahnya

Mark terkekeh mengelus jemari Moza

"Itu satu langkah menjadi kuat"

Tok!! Tok!!

Pintu studio tersebut dibuka menampilkan Chanisa dengan Matthew digendongannya

"Excuseme, time to dinner my loves"

Mark beranjak dari duduknya lalu mendekati Chanisa, mengambil Matthew dari gendongan wanita itu dan keluar

Chanisa mendekati Moza yang terlihat diam, gadis kecilnya itu terlihat fokus memandang buku persegi diatas piano

"Something wrong sweety?" Tanya Chanisa menyawakan tingginya dengan Moza

Gadis kecil itu memandang sang ibu

"Mamih, did you think...daddy love me?"

Chanisa mengernyitkan dahinya, "Of course, he love you more than anything"

"But...why- why is he always mad at me?" Suara Moza memelan

"No, itu bukan marah nak. Daddy wataknya emang kayak gitu, keliatannya marah tapi sebenernya enggak, kenapa mbak mikir daddy selalu marah sama mbak?"

"Pay attention to your speaking ethics mamih, if people ask questions in English don't answer in another language, and vice versa"

Moza meninggalkan ruangan itu, meninggalkan Chanisa yang menganga mendengar ucapan si sulung

"Shit, I have two Mark of different genders, this is dangerous"

....

"Kamu tau apa yang diucapin Moza ke aku?"

Leter M (HAM Sequel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang