00. PUTUS [ REVISI ]

444 96 103
                                    

00. PUTUS [ REVISI ]

__________________________________✦ ୨୧

"Putus, Ya?"

Sial. Apa ini? mulut nya bergerak begitu saja ketika Lara menyebut namannya. Gadis yang berada di depan nya ini terdiam. Terdiam menatap wajah Zean yang terlihat pasrah dengan keadaan. Mereka sama sama membisu tanpa suara, lebih tepatnya Lara yang masih tidak bisa mencerna keadaan. Dingin dari hujan di SMA Ganesha membuat tulang rusuk Lara remuk. Ditambah lagi satu perkataan yang membuat Lara kaku terdiam membisu.

Rasa sesak di dada nya mulai muncul. Pusing, pipi yang memanas, dan hati yang seolah olah di remas untuk hancur itu menjadi satu. Benarkah, ini adalah hari dimana perpisahan akan terjadi? mereka berdua hanyalah mahakarya tuhan yang semesta satukan dalam satu skenario kehidupan. Namun kenapa bisa sampai sesakit ini, ya tuhan?

Lara mencoba menggerakan mulutnya, namun nihil. Gadis itu kesusahan untuk mengeluarkan suara nya. "Kenapa?" pada akhirnya, hanya satu kata itu saja yang berhasil ia lontarkan.

Zean menunduk. Mata nya menahan semua air mata yang akan menurun deras dari netra monoloid yang sering kali Lara puji karna seperti memiliki magnet untuk nya. Lara menatap penuh harapan ke arah Zean, berharap jika jika mimpi buruk nya berakhir karna sudah terlalu menyakitkan.

"Bercanda? Gak lucu." singkah Lara.

"Apa alasan nya?"

"Kenapa? Kenapa, Zean?" nada bicara Lara berubah menjadi memaksa. Dada nya sakit, diri nya hancur, dan yang lebih parahnya, dunia nya harus ikut hancur juga ketika Zean bilang hal demikian. Satu tetes air mata Lara berhasil lolos dari sang netra. Gemetar, dan takut bercampur aduk. Ia sudah tak lagi merasa aman. Justru sumber ketakutan nya sekarang adalah, Zean. Si makhluk bumi yang memiliki banyak cerita. Katanya.

Mata Zean berkaca kaca. Melukai satu perempuan yang memiliki banyak luka bukankan suatu hal yang jahat? Ya, merasa dirinya jahat dan salah karna telah membuat Lara menangis. Padahal dulu, Zean tak pernah rela melihat Lara menangis bukan? lalu mengapa sekarang Zean yang menjadi sumber tangisan nya?

"Ra, setiap pertemuan pasti ada perpisahan. Aku rasa kita memang gak cocok." ucapan Zean barusan membuat Lara lemas. Ingin rasanya ia jatuh saat ini juga. Mata nya sudah benar benar tak kuasa menahan apa yang menjadi pertahanan nya saat ini.

Hari menyebalkan itu benar benar terjadi. Dan Lara benci hari itu.

"Terus setelah ini, Gue mau pulang kemana? Rumah gue kan cuma satu, dan gak bisa gue jadiin rumah ternyaman gue. Kalo gue mau ngadu tentang Ayah gue gimana? Gue harus pulang kemana?" pertanyaan menyedihkan itu membuat nada suara yang sedikit berteriak. Bohong jika Lara bilang ia tak menangis. Sampai saat ini saja, ia masih berharap kalau semuanya hanyalah prank belaka.

"Terus kenapa? gue ada salah ya sampai lo mau putus dari gue? Kita perbaiki sama sama lagi, Ya?"

Zean menggeleng, "Lo gak salah. Gue yang terlalu jahat buat manusia baik kaya lo. Anak baik kaya lo harus bahagia, Ra. Harus bahagia dan gak boleh sedih." sial, lagi dan lagi Lara membutuhkan pasokan oksigen nya yang lama lama mulai menipis. Sakit sekali.

"Terus kenapa? kenapa, Zean?"

Zean menunduk. Mereka berdua sama sama terluka hari rabu itu. Ditemani oleh hujan dan langitnya, Lara dan Zean benar benar sudah menjadi dua remaja yang tak akan pernah bersama lagi mulai dari detik ini. Padahal di salah satu dari mereka, masih membutuhkan nya. Dan itu hanyalah Lara. Hanya Lara yang membutuhkan Zean. Sedangkan cowok itu memang tak membutuhkan Lara.

Perasaan nya semakin tak bisa di atur. Nafas Lara hampir saja habis karna nya. Semua perkataan Zean di saat saat masih bersama rupanya hal yang palsu? dan benarkan kalau satu satu nya obat untuk Zean hanya Kayla? sang masa lalu yang tentu akan selalu menang.

Lara menghela nafas nya panjang. Ia mencoba menetralkan semua perasaan sakit nya detik itu. Dengan beberapa menit yang semesta beri untuk menenangkan Lara, gadis cantik itu mengusap semua air mata yang keluar dari arah mata. Menatap sisi lain yang menampilkan bahwa hujan mereda begitu juga dengan tangisan Lara yang mulai mereda.

"Iya. Kita bisa putus." kini Zean yang dibuat sakit. Dibuat sakit dengan permintaan nya sendiri, dan dibuat sakit oleh persetujuan dari seorang Lara.

"Terimakasih untuk semua nya. Kalau bukan karna lo, mungkin gue gak bisa ngerasain punya rumah. Terimakasih banyak untuk hari hari dan kenangan nya. Lo benar benar cerita di 2022 yang gak akan pernah terlupakan."

Ucapan terimakasih yang panjang dari Lara itu tentu membuat Zean juga menangis. Senyuman yang mengembang dari wajah Lara terlihat sangat manis. Gadis itu tersenyum dengan tulus untuk yang terakhir kali nya. Dan itu semakin membuat Zean merasa bersalah.

"Terimakasih kembali untuk semua nya, Lara. Seperti yang gue bilang. Paracetamoll sama cutter itu gak selamanya baik untuk lo. Tolong denger apa nasehat terakhir gue ya? lo harus bahagia." ucap Zean dengan tulus.

Lara mengangguk, "Gue pamit ya. Maaf kalo selama ini lo gak nyaman sama gue. Terimakasih sudah mau menjadi rumah."

Zean juga mengangguk, "Sama sama. Maaf kalo Zean nyakitin hati Lara, ya."

Setelah itu, Lara berjalan meninggalkan Zean disana. Dan Zean, mulai berjalan meninggalkan belakang sekolah yang menjadi saksi kecil dari hari perpisahan mereka. Mereka berdua pulang dengan luka yang sama. Namun dengan porsi yang berbeda.

Selamat menjalani hari hari yang sendirian, Ayara anatasya dan Ayzean Xavier.


❥ _________________________________ ୨୧

TBC.

SELAMAT DATANG DI CERITA NONFIKSI AMERTA, SELAMAT BERSUKA CITA DENGAN LARA DAN ZEAN. SEMOGA DARI CERITA INI, BANYAK DARI KALIAN YANG TERHIBUR DENGAN KISAH PERTAMA AKU, YA.


***************************

COPYRIGHT (?)
all right reserved
@alyaamecka
ON INSTAGRAM!

TERIMAKASIH❤

❥ _________________________________ ୨୧

AMERTA.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang