22. Malam peresmian

858 51 6
                                    

Yeorobun, Terima kasih sudah baca.

_________________



Mas Tyok lulus sidang dan kami akan merayakannya dengan menonton konser. Tahukah kalian? Salah satu dosen penguji Mas Tyok adalah Pak Johnny. Dan gue hadir atas persutujuan Pak Johnny. Gua sudah pernah bilang bukan, soal Pak Johnny tahu sedikit tentang Mas Tyok.

Hanya berselang dua hari-an, malam konser tiba.

Satu yang harus tahu. Pak Johnny enggak tahu kalau Mas Tyok ikut gabung dan sebaliknya. Gue bakal jelasin nanti malam kalau sudah di tempat acara.

Tiket konser untuk sogokan sudah gue dapat. Tentu dengan price lebih mahal dan gue rela beli demi mereka. Meskipun, enggak bikin dompet Pak Johnny kering, tapi dengan membeli tiga tiket dengan harga segitu bisa bikin gue nyengir karena uang di dompet gue melayang secara cuma-cuma.

Jamal kaya, tapi soal gratisan dia juga masih doyan.

"Jangan pake kemeja panjang dong, Mas," protes gue. "mau nonton konser atau mau ngajar sih."

Gue sudah menyiapkan kaos yang adem buat dia dan celana pendek yang masih menutupi lutut. Namun, ia protes katanya tidak nyaman dilihat oleh teman-teman gue nantinya.

Malam ini, gue mau jujur ke Mas Tyok dengan segala pertimbangan. Gue mau menunjukkan jika gue sudah punya pasangan hidup. Gue enggak mau Mas Tyok mengharap yang mustahil sampai jauh. Ceileh, kepedean sekali gue.

"Saya malu Avin, kalau pakai celana pendek di depan teman-teman kamu," protesnya.

"Yang penting outfit-nya bukan buat ke kampus."

"Ribet banget jadi bujangan," keluhnya lirih masih bisa gue dengar.

"Bujang apaan. Sehari kaya minum obat, minta jatahnya," protes gue meninggalkan dia.

*****
.

"Aviiin," teriak Melisa heboh dengan kedatangan gue.

Di sisi kanan kiri Melisa sudah ada Regal, Jamal, dan Mas Tyok. Tunggu! Kenapa ada Haekal juga.

Sebagai warga yang baik dan benar, gue harus memberi 3S untuk mereka—senyum, sapa, dan salam enggak perlu.

Senyum Mas Tyok enggak kalah menarik dari gue. Mungkin, efek terbebas dari beban skripsi, dia hari ini sangat berbeda. Ia terlihat fresh dan gaya rambutnya rapih. Enggak jauh beda sama Mas Tyok, Haekal juga lebih rapih dan menawan dibanding biasanya. Katanya, mantan lebih menawan aias menggoda.

"Maaf, tadi saya cari tempat parkir."

Suara itulah yang bikin semua atensi bersatu.

Ini malam termenabjubkan yang gue ciptakan. Dengan keberanian diri dan atas persetujuan Pak Johnny juga, gue memperkenalkan secara resmi ke mereka—tanpa sengaja Haekal.

Gue menggamit tangan Pak Johnny. Gue harap Mas Tyok bisa mengerti kenapa gue membawa lelaki bangkot ini. Mengharap ke sesama manusia adalah bunuh diri, jika tak sesuai ekspektasi sakitnya serasa dunia hancur. Dan, malam ini gue menghancurkan harapan Mas Tyok.

Maaf Mas, kalau gue terdengar jahat. Tapi, ini lebih baik sebelum lebih jauh kamu mengharap diri ini.

Jamal membuka pikiran gue dan membuktikannya saat sidang skripsi Mas Tyok. Gue menyadari semua perlakuan Mas Tyok yang menganggap gue lebih dari adiknya. Seperti persahabatan antara cewek dan cowok, sangat mustahil jika salah satunya tak menaruh hati. Mata Mas Tyok tak bisa dibohongi setiap kali menatap gue.

Our MerriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang