23. Salah paham

853 52 0
                                    

"Mas, kemarin udah ketemu kan sama mantan saya?"

Dia mengangguk acuh dengan gawai di tangannya. Kakinya yang tadinya berselonjor ia tarik dilipatnya bersila. Gawainya dipindahkan ke paha dan berkata, "saya lebih penasaran dengan Tyok. Konser kemarin, tugas kamu, dan kedekatan kamu sama dia."

Perkataannya tepat sasaran. Kalau saja ia tak meledek Haekal di depan gue sebelumnya kalau dia lebih unggul dari Haekal, gue enggak bakal bahas mantan.

Mantan kamu enggak ada apa-apanya sama saya.

Dia cuma masalalumu, dan saya pemenang sesungguhnya.


***

Sesuai kesepakatan, gue bertugas mencari bahan makanan di dekat rumah. Di sini ada pasar sayur segar dan gue bisa menempuhnya dengan jalan kaki. Pedagangnya hanya beberapa dan pasarnya bersih dengan jaminan sayur segar.

Tugas Pak Johnny yakni memasak, itu pun nanti gue yang bakal beresin karena dia kurang bersih. Dan, gue juga bakal menyetrika baju setelah makan. Menunggu Pak Johnny memasak mungkin bakal membosankan, gue bakal merapihkan seisi rumah nantinya dan Pak Johnny bakal mengepel lantai sesudah makan. Pembagian tugas rumah tangga yang terdengar adil bagi kita.

Kalaupun gue enggak sejago Pak Johnny soal masak dan kecerdasannya, setidaknya gue punya kelebihan dengan kebersihan.

Pulang dari pasar, gue dikejutkan dengan kehadiran dua orang yang sangat gue kenal.

"Kok di sini?" tanya gue heran padahal gue baru masuk ke rumah.

"Pengin main, udah lama gue enggak main ke tempat lo," kata Melisa yang sudah berdandan rapih.

Biasanya dulu kita sering mampir ke kost gue karena paling dekat dengan kampus, tapi kalau jalan kaki lumayan. Berhubung gue kurang berani naik sepeda motor, jadi kalau kepepet gue langsung naik ojek. Sedangkan, Mas Tyok tak pernah terlewatkan menawarkan tumpangan setiap saat.

"Sekalian mau pamit pulang kampung," imbuh Jamal.

Libur panjang segera tiba dan gue juga harus menyiapkan proposal skripsi. Dosen pembimbing sudah ditentukan oleh kampus, jadi gue harus siap-siap jika mendapat dosen killer.

"Gue bawa ini ke dalam dulu ya, sekalian buatin minum," kata gue menunjuk tas belanja.

"Loh, udah dibuatin." Gue berpapasan dengan Pak Johnny yang membawa nampan berisi minuman dingin dan cemilan ala kadarnya.

Gue mencuci sayur dan meniriskannya biar Pak Johnny siap masak. Soal bumbu, gue enggak tahu bumbu dapur yang akan Pak Johnny pakai.

"Sana temuin teman-teman kamu saja. Biar saya masak, sekaligus ajak makan siang teman-teman kamu nanti." Rupayanya dia sudah tiba dan berdiri di belakang gue.

Dia membubuhi gue kecupan di pucuk kepala dan melepas gue ke ruang tamu.

Ada berita bahagia yang gue dengar dari Jamal dan Melisa. Iya, kekasih Melisa bakal sidang skripsi lusa. Gue masih bisa menyiapkan hadiah untuknya. Rencananya, kami bakal ke kampus bareng-bareng untuk memberi selamat.

Akh! Gue jadi mikir apa yang gue lakukan setelah lulus nanti dengan otak gue yang pas-pasan.

Jutaan wisudawan di Indonesia yang tercipta tak sebanding dengan lowongan pekerjaan yang hanya ribuan saja. Gue apa kabar nanti setelah lulus?

Our MerriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang