Bab 3

1.3K 44 0
                                    

Arhan membawa Elina masuk ke kamar mereka tepatnya di depan cermin besar pada meja rias.

"Kamu berkaca," ucap Arhan.

Elina mengerutkan keningnya.
"Maksud kamu apa mas?" tanya Elina.

"Ya kamu ngaca. Lihat diri kamu!" ucap Arhan sedikit membentak.

Deg!

Elina benar-benar terkejut. Arhan membentak dirinya untuk yang pertama kalinya.

"Ka-kamu bentak aku?" tanya Elina.

"Kenapa? Kamu gak suka? Bukankah dulu kamu juga sering membentak ibuku?" balas Arhan.

"Tapi itu kan dulu mas. Aku sudah berubah dan aku juga sudah meminta maaf pada ibu," ucap Elina dengan mata yang berkaca-kaca.

"Lalu apakah salah jika aku membentak kamu?" tanya Arhan.

"Aku salah apa sih mas sama kamu? Kenapa sekarang kamu berubah?" tanya Elina menangis.

"Kesalahan kamu sudah terlalu banyak, Elina! Kesalahan pertama yang kamu lakukan adalah karena dulu kamu tidak pernah bisa menghargai ibuku!" ucap Arhan.

"Lho, bukannya dulu kamu juga fine aja? Kamu bahkan melindungi aku di saat semua keluarga kamu menyerang aku karena aku gak sengaja bentak ibu kamu!" ucap Elina.

"Tapi itu dulu. Saat aku masih sangat mencintai kamu. Aku menjadi buta dan berani melawan ibuku sendiri demi kamu. Dan sekarang, tidak lagi. Aku baru sadar jika ibuku jauh lebih penting daripada kamu! Surga aku ada pada dirinya bukan kamu!" ucap Arhan.

"Aku sudah menyesali semuanya, mas. Aku kan sudah minta maaf sama ibu dan memperbaiki semuanya. Itu sudah lama sekali mas. Jauh sebelum Adit lahir," ucap Elina.

"Tapi aku masih mengingatnya dengan sangat jelas," ucap Arhan.

"Kenapa mas? Kenapa baru sekarang?" tanya Elina.

"Ya karena aku baru sadar sekarang," ucap Arhan.

"Cukup mas cukup! Kamu benar-benar berubah! Kamu bukan mas Arhan yang aku kenal dahulu. Lalu apa maksud kamu meminta aku untuk berkaca tadi?" tanya Elina.

"Coba lihat diri kamu. Kamu itu berubah Elina. Kamu sudah tidak secantik yang dulu. Padahal anak kita baru saja dua. Tapi lihat tubuh kamu sudah melar seperti ini," ucap Arhan.

Elina terdiam meratapi dirinya sendiri.

"Kucel banget. Mandi juga lima menit selesai. Udah jarang cuci rambut. Gak pernah pakai skincare. Gak pernah lagi merawat diri. Kamu sadar gak sih? Di umur kamu yang masih segini kamu sudah terlihat seperti wanita berkepala empat!" ucap Arhan.

Deg!

Sakit. Sakit Sekali hati Elina saat ini. Harga dirinya benar-benar diinjak-injak oleh Arhan. Air matanya terus mengalir dengan deras membuat Elina tak mampu lagi untuk berkata-kata.

Tanpa mengatakan apa pun lagi, Elina langsung pergi dari kamar tersebut meninggalkan Arhan seorang diri di sana.

Elina pergi ke kamar putrinya untuk menenangkan dirinya di sana. Ia mengunci pintu agar Arhan atau siapa pun tidak bisa masuk ke dalam kamar tersebut.

Elina duduk di sudut kamar dengan memeluk kedua lututnya dan menangis di sana.

"Hiks sakit ya Allah. Sakit sekali hati aku dihina seperti ini oleh suamiku sendiri," lirih Elina.

Elina menjambak rambutnya dengan tangan yang gemetar. Pikirannya mengingat momen kebersamaan dirinya dengan Arhan yang penuh dengan kebahagiaan.

#Flashback On

Elina dan Arhan saat ini sedang jalan-jalan ke mall. Saat itu usia pernikahan mereka masih sangat baru. Arhan begitu memanjakan Elina dan sering membawa Elina untuk pergi jalan-jalan.

"Mas, aku mau ice cream coklat. Boleh ya mas?" ucap Elina dengan manja ke Arhan.

Arhan tersenyum lalu mengangguk.
"Ayo kita beli," ucap Arhan.

Elina pun tersenyum bahagia karena Arhan selalu memenuhi semua keinginannya.

........

Saat awal menikah, mereka belum memiliki toko pakaian tersebut melainkan Arhan yang masih bekerja sebagai karyawan swasta di sebuah pabrik. Namun Arhan selalu berusaha untuk membahagiakan Elina dengan semua yang ia miliki.

Mereka juga masih tinggal dengan ibu Arhan. Namun sejak Elina hamil, Arhan mulai menyisihkan gajinya untuk ditabung mengingat kebutuhan mereka yang semakin lama semakin banyak.

Arhan dan Elina saat ini sedang berdua di kamar.
"Bulan ini dan seterusnya kita sedikit mengurangi pengeluaran ya sayang. Aku sisihkan uangnya untuk tabungan kita. Kamu gak apa-apa kan?" tanya Arhan.

Elina pun mengangguk.
"Iya gak apa-apa mas. Aku juga ingin punya rumah sendiri mas," ucap Elina.

Arhan pun mengangguk.
"Iya sayang. Do'ain rezeki aku lancar ya supaya kita bisa segera punya rumah sendiri," ucap Arhan.

Elina pun mengangguk.
"Iya mas," ucap Elina.

Arhan lalu memeluk Elina dan mengecup puncak kepala Elina.

"I love you," ucap Arhan.

Elina tersenyum.
"I love you more suamiku," balas Elina.

#Flashback Off

Elina mengusap wajahnya. Ia masih saja terisak mengingat ucapan Arhan tadi pada dirinya.

"Kenapa kamu berubah mas? Kenapa? Apa ada wanita lain di hati kamu saat ini makanya kamu berubah sama aku?" lirih Elina.

Elina juga masih mengingat ucapan para pelanggannya di toko tadi bersama dirinya.

"Apa ucapan ibu-ibu pelanggan benar ya mengenai mas Arhan? Dia berubah karena dia selingkuh?" gumam Elina bertanya-tanya pada dirinya sendiri.

"Mas Arhan kan juga mengatakan bahwa aku sudah tak secantik yang dulu. Apa jangan-jangan dia selingkuh dengan wanita lain karena aku sudah tidak secantik yang dulu?" gumam Elina menebak.

..........

Sementara itu di tempat yang berbeda, seorang wanita saat ini sedang tersenyum puas karena ia merasa menang.

"Sebentar lagi kamu akan hancur, Elina! Kebahagiaan kamu akan berpindah ke aku! Arhan akan menjadi milikku seutuhnya. Hahahah."

Wanita tersebut lalu meraih benda pipih yang berada di atas nakasnya. Ia lalu mencari kontak seseorang dengan tersenyum miring.

"Aku akan benar-benar membuat kamu hancur, Elina."

Ia lalu menghubungi nomor tersebut.

"Saya mau dia semakin tergila-gila sama saya dan tidak bisa jauh dari saya," ucapnya pada seseorang di seberang telepon.

"........"

"Dan buat dia membenci istrinya lalu mengabaikan anak-anaknya. Saya akan mengirimkan foto keluarganya. Saya mau yang ada di dalam pikiran dia hanyalah saya saja. Buat dia tunduk pada saya."

"........"

"Bagus. Saya akan transfer DPnya dan jika semua sudah terlaksana dengan baik, saya akan mengirimkan sisanya."

"........"

Tut
Sambungan telepon pun terputus.

Wanita tersebut segera mengirimkan sebuah foto yang ia maksud ke nomor yang baru saja ia hubungi lalu mentransfer sejumlah uang.

Ia kembali tersenyum miring.
"Hancur kamu Elina! Hancur! Hahahah."

Tawa wanita tersebut memenuhi seisi ruangan tersebut.

"Suami yang sangat mencintai kamu akan benar-benar membenci kamu selamanya! Kamu akan merasakan bagaimana rasanya dibenci oleh orang yang pernah begitu mencintai kamu. Aku benar-benar sudah tidak sabar menunggu hari esok," gumam wanita tersebut dengan smirk.

Ia lalu meletakkan kembali ponselnya di atas nakas dan merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur.

"Sampai jumpa hari yang lebih baik."

..............

Serpihan LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang