2

108 13 2
                                    

Jangan lupa vote dan komen!

.

.

.

"Berhenti tertawa! Ayah tidak bercanda, Ayah dan Ibu memang pemimpin dari negeri ini dan kau yang akan meneruskan kepemimpinan kami suatu hari nanti."

Jaemin dan Haechan saling pandang saat puas tertawa mendengar penjelasan dari ayah Jaemin.

"Hanya kalian berdua yang berani menertawakan seorang Raja." Raja Pleiades mendengus kesal melihat putra dan keponakannya yang menganggap perkataannya hanyalah lelucon. Sedangkan sang permaisuri hanya tersenyum lembut memaklumi.

Memangnya siapa yang tidak akan menganggap semua ini lelucon? Dari anak sekolah berandalan biasa saja, dalam sekejap menjadi anak Raja di dimensi lain.

"Sebenarnya jika itu fakta, aku tidak masalah. Bukankah menyenangkan menjadi seorang pangeran? Aku bisa mendapatkan dan menyuruh orang-orang sesuka hatiku," ucap Jaemin santai. Ia hanya melirik buah di sudut ruangan, beberapa wanita yang merupakan pelayanan segera mendekat untuk memberikan apa yang ia inginkan.

Kedua sepupu itu lagi-lagi saling pandang, sebelum akhirnya tersenyum licik.

"Aku mau susu coklat, sandwich, kimchi, dan daging poenix, bisa kau buatkan itu untukku?"

Pelayan itu hanya tersenyum mengiyakan permintaan Haechan. Tidak begitu sulit, walaupun harus berburu burung poenix lagi di negeri Matahari. Hanya saja yang menjadi pertanyaan, apakah pemuda itu benar-benar sanggup memakan burung poenix?

Tak mau kalah dari Haechan, Jaemin segera berseru, "Aku juga! Aku mau lidah megalodon saus kecap."

Kali ini para pelayan itu hanya bisa menatap sang Raja untuk meminta jawaban atas permintaan Putra Mahkota mereka yang benar-benar di luar nalar mahluk normal.

"Anak-anakku yang konyol, kalian mungkin perlu bertemu anak dari penasehat kerajaan. Dia bisa menjawab semua pertanyaan kalian tanpa kalian bertanya terlebih dahulu. Ayok cepat pergi, ayah dan ibu masih memiliki urusan di ranjang."

Jaemin mencibir. Tidak habis pikir kenapa ayahnya mau menikahi manusia seperti ibunya.

Keduanya berjalan dituntun beberapa pengawal ke arah selatan istana, tepatnya di perpustakaan khusus bangsawan dari Pleiades.

Sepanjang perjalanan menuju perpustakaan, pilar-pilar menjulang tinggi berwarna putih berdiri kokoh. Ditambah bunga warna-warni menjalar di pilar tersebut menambah kesan mewah sekaligus indah.

Sekarang Jaemin bisa menyimpulkan jika Negeri Pleiades identik dengan warna putih. Di seluruh kerajaan dan penjuru kota gedung-gedungnya berwarna putih, bahkan seluruh manusianya memakai jubah putih. Hanya saja pada bendera Pleiades terdapat simbol Snowflake biru.

Jika melihat simbol itu, Jaemin yakin manusia-manusia ini memiliki kaitan dengan es.

"Kita sampai, Yang Mulia."

Tanpa membuang waktu, keduanya segera memasuki ruangan mewah itu. Hal pertama yang menyambut mereka adalah sebuah pohon tumbuh subur dan menjulang tinggi di dalam ruangan. Ratusan, ah bahkan ribuan buku tertata rapi di rak berbentuk tangga yang mengintari pohon.

"Tempat macam apa ini? Aku alergi pada buku," ucap Haechan.

"Ada yang bisa aku bantu?"

Keduanya terperanjat saat sosok manusia berjubah putih tiba-tiba muncul di belakang mereka.

PLEIADES ACADEMY || NOMINWhere stories live. Discover now