Enam

5.1K 978 228
                                    

Author POV

Jennie itu sensitif. Mudah sekali untuk membangkitkan emosinya.

Dan jika Jennie sudah marah luar biasa, maka ia bukanlah tipe orang yang akan mendiamkan lawan bicaranya. Tetapi justru sebaliknya. Apa saja yang dilakukan oleh orang itu, ia pasti akan selalu terlihat salah di mata Jennie.

Seperti yang sedang dilakukan oleh Lisa di sore hari ini.

Lisa tetap berusaha terus tersenyum. Hanya berani melihat Jennie yang sedang memetik tanaman buah anggur miliknya, berada di belakang halaman rumah.

Kenapa hanya melihat saja? Karena Lisa tadi sudah kena semprot habis-habisan saat berniat ingin membantunya. 

"Ga usah liatin aku kaya gitu, pulang sana. Aku pelit, jangan berharap aku bakal ngasih buah ini ke kamu."

Kan, lagi-lagi Jennie sinis padanya.

"Maaf sayang, aku mah ga bermaksud mau ninggalin kamu pas di kelas tadi, emang akunya udah keburu takut aja." Lisa sedikit merengek, sambil sesekali ia menambahkan langkah kakinya agar lebih dekat kepada Jennie.

"Badan doang gede tapi takut hantu."

"Kaya kamu ngga aja."

Balasan itu sontak membuat mata Jennie langsung mendelik tajam. Satu buah anggur yang sudah dipetiknya lalu kemudian sengaja Jennie lemparkan ke arah Lisa.

"Aku benci banget sama kamu Lisa tai kucing." Ketus Jennie lagi.

Raut wajahnya kini total memerah karena sudah benar-benar sangat marah.

Namun entah mengapa, hal itu malahan membuat Lisa gemas. Jennie terlihat seperti hanyalah seorang anak kecil yang sedang merajuk padanya.

"Sayang."

"Berisik."

"Anggur kamu pasti bakal kalah manis deh sama yang metik."

"Nyenyenye, ngomong sama pantat."

"Sini mana pantat kamunya, aku ngomong sini."

"Dih? Mesum."

"Halo semok." Dengan iseng Lisa tiba-tiba mencolek pantat Jennie.

Sedangkan sang empunya langsung menggeram kesal. Jennie ingin menendang kaki Lisa, tetapi cepat-cepat gadis tinggi itu juga menghindar darinya.

Lisa lalu tekikik geli.

Padahal belum ada sehari ia dan Jennie menjalin hubungan, namun mereka malah sudah bertengkar sampai segemas ini.

"Sayang sayang."

"Ga usah manggil-manggil, aku ga bisa denger suara tai kucing."

"Tapi itu kamu nyaut, berarti kamu bisa dong denger suara tai kucing."

"Anjing ya kamu."

"Iya sayang, aku juga cinta banget sama kamu."

"Ga ada yang bilang cinta, dodol! Udah ga pengertian, penakut, terus budek lagi, jauh-jauh sana."

"Heleh, nanti giliran aku jauh-jauh beneran kamu malah kangen lagi kaya tadi."

"Dih? Pede banget. Ngapain aku ngangenin orang nyebelin kaya kamu."

"Katanya orang yang nyebelin itu malah jauh lebih ngangenin."

"Ya terus?"

"Berarti ntar kamu bakalan kangen banget dong sama aku kalo aku beneran lagi jauh dari kamu."

ASMARALOKA - JENLISA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang