23- Menjaga dan Dijaga

116 4 5
                                    

Langkahnya memelan disusul oleh dengusan napas lelah dari Zeano

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Langkahnya memelan disusul oleh dengusan napas lelah dari Zeano. Ia menumpukan kedua tangannya pada lutut, memberi sedikit celah pada dirinya untuk bernapas lega setelah berjalan dari sekolah ke rumah.

Rintik hujan tak lagi menemani langkah-langkahnya. Bahkan kecerahannya di angkasa saat ini terlihat, tak lagi menunjukkan mendungnya siang menjelang sore ini.

Ia berhenti sejenak pada halte yang kebetulan sepi. Mengistirahatkan tubuhnya yang terasa lelah berjalan dicampur berlari karena dirinya tak sengaja melihat seekor anjing orang yang terlepas dari rumahnya.

"Huh, anjing sialan. Segala make lepas, badan gue capek 'kan."

Baru saja akan berteriak bahwa ia lelah berlari, ia malah dikejutkan dengan langkah orang yang mendekatinya dengan senyum yang terkembang manis di wajahnya.

"Adik, boleh saya numpang duduk disini?" tanyanya sambil menunjuk tempat kosong di samping Zeano. Orang asing di hadapan Zeano ini tetap saja tersenyum menunggu izin dari Zeano apakah ia bisa duduk apa tidak.

Zeano mengangguk, terlalu capek untuk berkata-kata. Napasnya masih belum beraturan jadi ia akan coba diam untuk menetralkan napasnya. "Terima kasih, Adik." ucapnya sambil duduk.

"Oh iya, adik ini jomlo?"

Zeano yang baru saja akan menutup matanya setelah merasa menemukan posisi ternyaman untuk tidur sejenak malah dibuat terkejut dengan pertanyaannya.

"Saya ulang, ya. Adik ini jomlo? Maksud saya, kenapa adik tidak bersama pacar? Ini habis hujan, biasanya anak sekolahan seperti adik ini akan bermesra-mesraan di halte sembari menunggu hujan reda."

Zeano malah dibuat tersenyum canggung saja. Ada-ada saja orang asing disampingnya ini, pikirnya. "Saya belum punya--"

"Ya Tuhan, adik. Kamu belum punya pacar? Kenapa belum? Cepat-cepat cari pacar, biar masa sekolahnya terasa indah."

Zeano masih tetap mempertahankan senyum canggungnya pada orang asing di sampingnya. Tunggu, apa tadi katanya? Cepat mencari pacar agar masa sekolah terasa indah? Halah omong kosong.

Masa sekolah indah tidak semuanya bersumber dari orang terkasih bukan? Mungkin yang paling berkesan adalah dukungan keluarga, keharmonisan keluarga setelah kumpul asik bersama teman.

Lalu bagaimana dengan Zeano yang gagal dalam keduanya? Ah, maksudnya tidak seberuntung mereka yang merasakan.

"Ehm, saya masih belum ada niatan untuk pacaran. Lagipula, jika ingin merasakan masa sekolah indah cukup belajar, kumpul dan bercanda ria masa sekolah saja sudah menjadi salah satu alasan masa sekolah kita indah."

"Aduh, adik, sekarang itu jamannya remaja kayak kamu mencari pacar. Masa pubertas itu si cowok mencari pacar di masa SMA nya."

Lama-lama muak juga Zeano sama pernyataan orang asing ini.

Zeano dan Mimpinya [END]Where stories live. Discover now