29. reasons behind the reason

450 69 51
                                    

Mau double update hari ini atau hari Jumat?

· · • • • 𓏸 • • • · ·

"I love him, Jade."

"You said you love Yoongi."

"I love him. Yes, it is. It's Yoongi."

Jade menghela nafasnya bersama asap rokok yang keluar dari mulut. Mereka lagi duduk di gazebo kecil pinggir pantai, berdua saja, tanpa para orang tua, atau pria yang pasti bukan Yoongi karena dia sudah pergi bahkan tanpa menghabiskan makan malamnya bersama-sama. Namjoon menghubungi, katanya ada masalah di agensi dan dirinya disuruh cepat datang. Itu adalah trik yang sempurna untuk kabur dari acara makan malam yang membosankan, apalagi melihat orang yang kau cintai memperkenalkan seseorang yang dicintai.

Tapi yang Yoongi tidak ketahui adalah, "Jadi kenapa kau berakhir bersama Nolan?"

Elle ikut menyalakan rokoknya. Mendramatis malam di Jeju seperti keesokan harinya adalah hari paling romantis, misalnya, pernikahan. "Ini cuma sebuah hubungan," katanya lalu tertawa kecil. "Kau bilang jika aku satu-satunya orang jahat karena membuat Nolan dan Yoongi bersama-sama... menyukaiku, fuck, mengatakannya saja aku ingin muntah."

Jade tertawa. "Well, I'm sorry, it's not your fault either made them falling love with you. I said—"

"Aku paham, Jade. Maka disinilah aku menerima karmaku sendiri."

"Karmamu adalah berpacaran dengan Nolan? Membuat Nolan mengira kau mencintainya padahal tidak? Oke, pria itu bisa kubilang buruk dalam menilai suasana."

"I give them what they wanted to see, and feel." Elle membuang tatapannya ke ombak yang menggulung temaram di lautan, tapi suaranya tetap keras, angin-angin yang mengembus, pemandangan yang sama seperti terakhir kalinya liburan ke Jeju bersama Jade, Flynn, dan Nolan. "Untuk Nolan karena dia memintaku menjadi kekasihnya; untuk Yoongi..." Gadis itu menjeda sebentar, "dia tak membiarkanku merasakan bagaimana perasaanku yang sebenarnya terhadapnya. Dia memutuskan sendiri semuanya, mengatakan aku akan sangat cocok dengan Nolan. Maka kuperlihatkan padanya, seberapa cocok diriku bersama pria yang bukan dirinya, di depan matanya langsung."

Jade menaikkan alisnya. "Tapi kau memang tidak menjawab ketika beberapa kali dia bertanya padamu bagaimana perasaanmu padanya, bukan? Tentu saja dia tidak tahu. Pria itu sangat buruk dalam perasaan, kepekaan, empati—contoh nyata, Nolan. Bahkan Yoongi sendiri menyerahkan sukarela betapa bodohnya dia menyimpulkan sesuatu."

Elleanor terkekeh sambil menyetujui beberapa ucapan Jade, selain pertanyaannya di awal, karena dia punya alasan atau ...pembelaan diri. "Dia yang membuatku ragu di awal. Bagaimana kau bisa percaya pada pria yang menghilang hampir seminggu bersama mantan kekasihnya? Lalu datang malam-malam untuk menyampaikan perasaan di tengah rasa percayaku yang mulai hilang? Ketika tumbuh lagi, jatuh lagi, dia mengatakan jika perasaanku sebenarnya itu palsu, tipuan hasrat, nafsu, gairah—apalah yang pria itu katakan." Kepalanya menggeleng mengingat beberapa malam yang membuatnya pusing. "Aku tidak dalam fase denial, tapi dia yang membuatku begitu. Dia mengontrol perasaanku. Dia di balik alasan aku merasa nyaman bersama Nolan dalam beberapa hal, bertanya-tanya apa yang sebenarnya kurasakan saat bersama dirinya dan apakah itu memang bukan cinta, dan menipu diriku sendiri pada akhirnya."

Jade membuka mulutnya untuk menyanggah, "Right." Tidak ada sanggahan.

"Right." Elle terkekeh. "So it's my karma, right?"

Jade mengedikkan bahunya. "Kau memainkannya dengan sangat baik. Nolan sangat menyayangimu dan bersyukur."

"Aku tahu ini tidak akan bertahan lama. Setidaknya, Nolan betulan orang baik. Nolan menceritakan bagaimana hubungan yang diinginkannya, tentu saja bukan hubungan jarak jauh, well, me neither. Melihat hubunganku denganmu selama kita terpisah, kau pasti orang pertama yang setuju dan mengatakan, ya, itu buruk sekali, bahkan kata 'buruk' tak ada apa-apanya dari ini, kan, Jade?" Gadis itu membiarkan tembakaunya diisap malam.

"Ya, kau bukan ahlinya melakukan hubungan jarak jauh. Entah berapa kali pria malang itu akan dibohongi terus olehmu."

"Dia tahu ini tidak akan bertahan lama juga," Elle bicara dengan tatapannya yang kosong, menatap abu rokoknya yang perlahan jatuh dan hilang. "Dia bilang dia ingin mencoba, setidaknya satu bulan untuk membuatku bahagia; so I said yes." Perlahan suaranya menghilang. "Aku tidak bisa membayangkan jika yang menawarkan adalah Yoongi; a month is not a joy but a disaster; cause I love him, ...and I want him forever."

Jade mematikan rokoknya yang sisa seujung. "Right."

Dia rasakan butiran air itu mulai jatuh menjejaki pipinya yang beku. "...and we just different. He lives here with his family, his passion, work, the busyness, preoccupied, priorities that is not me, Mapple, Gloss, music and everything; and I should come back to Los Angeles with mine too, with you too, Jade, because that's where I live." Awalnya cuma tetesan air mata, tapi kini deras mengalir dari kedua netranya ketika Jade memeluk. "Right?"

—to be last chapter °•*.

Jadi mau ending hari ini atau Jumat? ^^ kalau double update sekarang aku publish malam atau besok ya :*

trans:
"...dan kita berbeda. Dia hidup/tinggal disini dengan keluarganya, passion, pekerjaan, kesibukan, prioritas-prioritas yang bukan aku, Mapple, Gloss, musik dan semuanya; dan aku harus kembali ke Los Angeles bersama semua milikku juga, bersamamu juga, Jade, karena itu adalah tempat dimana aku hidup/tinggal...

—kan?"

Escape [M] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang