•On the Ground

654 90 31
                                    

Taehyung melihat istrinya terdiam di taman sendirian saat dirinya baru pulang bekerja. Perginya sudah sangat siang dan pulang sebelum malam tiba. Istrinya melamun lagi dan sudah seminggu seperti ini terus.

"Sudah mau malam. Tidak baik melamun di luar, sayang. Ayo, masuk. Aku akan mandi dan kita makan malam bersama." Tzuyu bisa merasakan bahunya yang tiba-tiba tertutup jas suaminya dengan sapuaan ciuman menyapu puncak kepala dan bahunya.

"Sayang..." Taehyung duduk di sisi Tzuyu yang tidak mau bergerak sedikitpun. Semakin lama semakin parah saja istrinya, banyak melamun dan tidak pernah tersenyum lagi. Sesekali dia ingin dipeluk suaminya, tapi belakangan Tzuyu sama sekali tidak menggubris apapun.

"Tzuyu-aku tahu aku sudah satu juta kali mengatakan ini padamu. Tapi aku percaya pada keajaiban bahwa kau akan hamil lagi nanti. Sekarang yang harus kita lakukan adalah mengobati luka hatimu istriku, saling menghibur dan pelan-pelan mengikhlaskan adik. Jika begini terus kau akan menutup kebahagiaan lain yang mungkin akan kau dapatkan."

Tzuyu tidak mendengarkan Taehyung, wanita itu sibuk berdiri dengan wajah linglung dan perasaan kehancuran seorang ibu. Dengan gugup dan kebingungan yang tiba-tiba dia menjatuhkan jas Taehyung, berjalan mondar-mandir sembari memelintir jemarinya.

"A-aku mau pulang ke apartemenku. Taehyung... Aku pergi dulu, aku meninggalkan banyak baju adik disana, anakku nanti kedinginan, bayiku nanti kedinginan. Aku mau kesana, ambil baju hangatnya dulu." Tzuyu seperti terburu-buru, tapi sejak tadi hanya mondar-mandir dengan wajah ya... Taehyung menghembuskan nafas pedih saat mengetahui bahwa istrinya depresi. Ibu mana yang terima saat buah hati yang dia tunggu-tunggu direnggut paksa darinya oleh kematian.

Pria Kim berdiri dan mendekati istrinya dengan hati-hati, ditariknya lembut sang istri untuk jatuh ke dalam pelukannya dan benar, Tzuyunya bergetar.

"Taehyung... Mana adik? Mana anakmu?"

"Sayang, adik sudah tidak ada. Kau harus belajar untuk ikhlas."

Tubuh Tzuyu menegang sempurna dalam pelukan bersama isakan yang semakin tidak terelakkan. Lututnya hampir jatuh kasar ke tanah, namun Taehyung dengan sigap memeluk sehingga mereka  jatuh bertumpu diatas rumput. Dipeluknya erat istrinya, oh dia masih bergetar.

“Adik... Cheonsa... ARGHH...” teriakan menggema lagi, Tzuyu kembali seperti ini dan hampir memukuli dirinya sendiri lagi. Taehyung tidak tahan jika istrinya sudah begini, hampir tiap hari dan Tzuyu tidak pernah sama seperti masih ada anak dalam perutnya. Dada Tzuyu pasti terasa sangat sesak terlihat dari tarikan nafasnya yang berulangkali dan isakan-isakan yang timbul.

“Tzuyu, aku akan memberikanmu apa saja. Aku akan memberikanmu semua yang kau inginkan sayangku, tapi aku mohon ikhlas lah kali ini. Cheonsa-mu adalah Cheonsa-ku juga, aku juga kehilangan anak, sayang. Aku kehilangan sama sepertimu. Tapi kumohon jangan menyakiti aku dengan cara seperti ini.”

“Pergi! Pergi sana! Pergi! Kau juga pasti akan meninggalkan aku! Pergi! Kau mau bercerai kan, Taehyung? Kau mau bercerai? Ya sudah ayo bercerai, aku mau membesarkan anakku sendiri di apartemen. Kalau kau tidak mau menerima Cheonsa sebagai anakmu, kita bercerai saja. Ayo bercerai.”

Taehyung menahan perasaannya. Oh Tuhan, darimana lagi pemikiran ini. Hal terakhir yang dia inginkan di dunia ini adalah berpisah dengan wanita ini. Ditariknya Tzuyu dan dipangkunya.

“Saat aku waras saja, kau tidak mencintai aku, saat aku mengandung anakmu, kau juga tidak mencintai aku. Kau tidak mau tinggal dengan aku dan adik di apartemen. Kau suka di rumah ini, rumahmu yang besar dan mewah. Apalagi saat aku sudah kehilangan anakmu, kau akan menceraikan aku sebentar lagi, kan? Tapi aku bersumpah tidak mencelakai anakmu, aku menjaganya dengan baik. Belakangan kata dokter dia memang lemah, tapi aku berusaha sekuat tenaga menjaga dia agar tetap kuat. Aku menghubungimu untuk mengatakan keadaan adik, tapi kau tidak angkat. Kau tidak membalas semua pesanku.”

༄ᵗᵃᵉᵗᶻᵘ; 𝗘𝘁𝗵𝗲𝗿𝗲𝗮𝗹 🔐Where stories live. Discover now