53. Panic attack

6 4 0
                                    

Amazing park land di hari biasa tidak terlalu banyak pengunjung.

Wei long menyuruh mereka masuk ke rumah hantu sendiri-sendiri.

Ciara tampak bersemangat masuk pertama lalu ana, selanjutnya li.

Langkah hongyi terhenti.
"Kenapa loe takut?"Tanya wei long.

"Gue benci sesuatu yang tidak terlihat"gumamnya akhirnya melangkah masuk.

Di dalam gelap dan satu-satunya cahaya remang-remang  berasal dari sebuah obor yang tertempel di dinding.

Terdengar teriakan, suara tangisan dan tawa menakutkan yang membuat bulu kuduk merinding.

Ini labirin kaca batin ana.
Ana terus berjalan hingga akhirnya jalannya berakhir dan di hadapannya ada tiga pintu yang harus di pilihnya.
Ana membuka salah satu pintu dan masuk.

Ana melihat ada lukisan yang gambarnya bisa bergerak sendiri.

Darah memenuhi dinding.
Ini cat batin ana.

Boneka menyeramkan di gantung di langit langit.

Kepala manusia terpenggal di atas meja.

Hawa mulai terasa dingin..

Apa gue teleport keluar aja ya batin ana.
Tapi kalau ada kamera tersembunyi gawat juga nanti bisa terekam.

Ana keluar ruangan lalu memilih pintu yang satu lagi.
Pintu tertutup otomatis..
Ruangan yang ini amat gelap tanpa cahaya sedikitpun dan tidak luas batin ana.
Walau gelap ana masih bisa melihat sedikit dan indera pendengarannya menjadi sangat peka.

Ana baru akan berjalan kembali ke arah pintu ketika mendengar suara nafas seseorang.

Ana mendekat dan melihat hongyi yang duduk meringkuk di sudut ruangan tepat di sebelah lemari.

"Loe kenapa?"Tanya ana mendekat berjongkok di dekatnya.

Hongyi tidak menjawab.
Tubuhnya gemetar, nafasnya terasa sesak dan pandangannya tidak fokus.

Ana menyadari kalau hongyi mengalami serangan panik.
Ana menyentuh pipi hongyi dengan tangan kanannya.
Membuat hongyi menyadari keberadaan ana di dekatnya.
"Siapa loe, apa loe ana?"Tanya hongyi mengerjapkan kedua matanya dalam gelap.

"Iya"Jawab ana.
Ana menggunakan kekuatan element api untuk menyalakan obor, ana mengarahkan jemari kirinya ke arah obor yang ada di dinding.

Rasanya nyaman di sentuh ana pikir hongyi.
Nafasnya mulai kembali teratur.

"Terima kasih"Ujar hongyi yang kini bisa melihat karena ruangan sudah agak terang.

Ana melepaskan pegangannya pada pipi hongyi.
"Loe punya phobia?"Tanya ana.

Hongyi mengangguk.
"Gue benci berada dalam ruang gelap yang tertutup dan sempit"Hongyi teringat waktu kecil pernah tidak sengaja terkunci di dalam lemari saat bermain petak umpet dengan linyi saat di taman kanak-kanak.

"Ayo kita keluar"Ajak ana berdiri.

Hongyi yang sudah tidak gemetar berdiri.
Hongyi meraih pergelangan tangan ana.

"Jangan katakan pada siapapun soal ini"pintanya.

"Ya"Jawab ana singkat.

Keduanya keluar dari ruangan itu lalu menuju satu-satunya pintu yang belum di masuki.
Ternyata itu pintu yang menuju arah keluar.

Ana bisa melihat cahaya.

"Itu jalan keluar"Ucap hongyi senang sambil menarik tangan ana.



Ana imagination loveWhere stories live. Discover now