Octodecim • Victus est

367 70 12
                                        

Menurut jadwal, hari ini adalah saatnya mata pelajaran 'physical power' akhirnya! Aku sudah lama sekali menantikan momentum ini, sejak kuliah aku sudah jarang bertarung, ya memang aku memutuskan untuk masuk dalam ekskul anggar dan karate saat di B...

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Menurut jadwal, hari ini adalah saatnya mata pelajaran 'physical power' akhirnya! Aku sudah lama sekali menantikan momentum ini, sejak kuliah aku sudah jarang bertarung, ya memang aku memutuskan untuk masuk dalam ekskul anggar dan karate saat di Belanda dulu, dan hanya disana aku bisa salurkan hobiku dalam kegiatan sparing, seringnya hanya melatih, dan kadang terpilih mewakili kampus untuk turnamen, tidak sering, jadi aku tak merasa puas, bahkan saat semester akhir aku benar-benar vakum dalam bidang bela diri, dan hari ini...akhirnya bisa aku salurkan lagi.

"Kirei, tidakkah kau merasa ini masih terlalu pagi? Matahari bahkan belum terbit." tanya Pangeran Ian dengan suara parau, matanya bahkan belum melek sepenuhnya, tubuhnya masih terbalut selimut.

Aku yang baru saja menyelesaikan kunciran rambutku menoleh, "Memangnya kita kelas jam berapa?"

"jam 10...dan sekarang masih jam 5, guru kita mungkin bahkan belum bangun."

Oh, rupanya aku terlalu bersemangat

Aku sudah lengkap dengan setelan olahraga dan rambut yang kuikat rapi "karena sudah terlanjur kalau begitu aku akan jogging di sekitaran istana juga berlatih sedikit, mau ikut?"

Pangeran Ian membalikkan tubuhnya lalu menoleh "tidak, aku masih mengantuk."

"oh, kalau begitu aku duluan ya, dah!"

Kini aku berada di halaman belakang istana, benar saja hari masih gelap, suasananya juga sunyi sekali, udara terasa dingin namun itu semua tak menggangguku.

Baru saja aku akan berlari, mungkin baru beberapa langkah, tiba-tiba aku menyadari kalau aku tak sendirian di sini.
Aku berpapasan dengan Sambara di dekat air mancur yang juga sedang jogging dengan setelah olahraga abu-abu lengkap dengan jaket bertudung yang menutupi rambut pirangnya.

Suasana tiba-tiba terasa aneh, mengingat beberapa hari ini kami sedang dilanda kecanggungan tanpa alasan yang jelas, Ia juga sempat berhenti sejenak karena nampak terkejut dengan kehadiranku, tanpa sepatah kata dan kembali menatap lurus kedepan ia lanjutkan larinya melewatiku begitu saja.

Pikiranku berkecamuk, aku merasa kami tak seharusnya jadi asing begini, namun di sisi lain aku juga terlalu gengsi untuk sekadar memulai pembicaraan dengannya

Persetan.

Aku berbalik arah kemudian menyusulnya, saat ia sudah berada tepat di depanku, lidahku kelu, aku tetap tak ingin menjadi yang pertama membuka bicara. Aku juga tahu ia menyadari keberadaanku di belakangnya namun ia tetap diam.
Jadilah hingga satu putaran kami hanya dilanda hening.

Mungkin ia merasa lelah sendiri dengan argumen dalam kepalanya yang kulihat juga sedang awut-awutan hingga ia  berhenti sampai aku yang masih berlari nyaris menabrak dadanya saat ia tiba-tiba berbalik.
"Kenapa mengikutiku?"

"Kau bicara padaku?"

"memangnya ada orang lain di sini?"

Ya tidak ada sih, "aku tidak mengikutimu."
Alibiku yang mendapat respon ragu darinya

God's Diary • We're Levanters #1Where stories live. Discover now