37. Red Thread

448 45 12
                                    

Jean tengah menunggu digerbang sekolahnya. Ia sudah menunggu sekitar 15 menit, namun El tak kunjung datang. Sesuai dengan pesan dari El, Jean lantas melangkah masuk kembali ke sekolahnya untuk menemui gurunya agar membantunya menghubungi nomor yang El berikan pagi tadi.

Baru beberapa langkah, Jean mendengar seseorang memanggilnya.

"Jean !!", panggil orang itu, Jean yang merasa di panggil pun menoleh.

"Papa ?", gumamnya.

"Ayo pulang sama papa", ajak Chandra. Namun Jean malah beringsut mundur menjauh darinya.

"Gamau, Jean gamau sama papa. Jean mau nunggu om El aja", tolaknya pada Chandra.

"Loh gamau? Kemaren aja minta ketemu, ayo pulang sama papa", ajak Chandra lagi.

"Gamau, Jean gamau sama papa !! Papa jahat sama Jean, Jean mau sama om El aja", hati Chandra merasa sakit mendengar itu. Jean nampaknya enggan pergi dengannya.

"Jean, om El nya lagi sibuk, sama papa yuk? Papa minta maaf karena kemarin bentak Jean, ayo papa anterin pulang", ajaknya lagi. Setelah mendapat pengertian dan bujukan dari Chandra, Jean akhirnya mau diantar pulang oleh Chandra.

"Jean mau mam dulu ngga? Mau mam kemana?", tawar Chandra. Dan Jean hanya menggeleng.

"Mau es krim ga?", tawar Chandra lagi.

"Gamau, Jean maunya sama om El. Gamau sama papa", Chandra menyerah. Jean nampaknya benar-benar tak mau lagi dengannya.

Tak lama mereka sampai di rumah lamanya. Rumah itu nampak sepi, tak seperti rumahnya sekarang yang nampak hangat dan lebih ramai.

"Jean sendiri dirumah?", tanya Chandra yang diangguki oleh Jean.

"Papa temenin ya?", tawar Chandra yang nampak diabaikan oleh Jean. Jean sudah biasa dirumah sendiri. Biasanya ia akan tidur hingga Jenan pulang, atau pergi ke rumah Arin sesuai dengan pesan Jenan.

"Jean", panggil Chandra sambil menyejajarkan tubuhnya dengan Jean.

"Jean marah ya sama papa?", tanya Chandra. Jean masih tak menjawab, namun matanya kini berkaca-kaca.

Ia masih belum tau dan belum paham permasalahan keluarganya. Namun mendapat perlakuan yang kurang baik dari papanya membuatnya sedikit takut dan kecewa pada papanya. Walaupun masih kecil, tentu ia tau rasanya kecewa saat orang yang selama ini amat ia tunggu, malah mengusirnya.

"Maafin papa ya? Janji ngga bakal bentak Jean lagi, papa juga janji ga bakal nolak kalau Jean minta anter. Jean maafin papa kan?", ucap Chandra pada Jean. Melihat sikap Jean yang berubah dari saat terakhir kali ia bertemu, membuatnya merasa sakit hati.

Jean masih tak menjawab papanya, namun kini ia tengah menangis. Rasa takut yang ia punya sebelumnya luruh saat Chandra berbicara lembut dengannya.

"Papa jahat sama Jean, Jean gamau sama papa. Papa tukang bohong. Papa juga ga sayang lagi sama Jean sama abang. Jean gasuka sama papa", ucapnya sambil menangis.

Hati Chandra teriris mendengar penuturan Jean, detik berikutnya ia merengkuh Jean untuk berada di pelukannya. Ia baru sadar, tindakannya selama ini keterlaluan. Ego dalam dirinya telah membutakan hati dan matanya.

Chandra menggendong Jean tanpa melepas pelukannya. Diusapnya surai anak yang selama 3 bulan ini sempat ia lupakan dan abaikan. Ia pikir dengan mengirim mereka uang setiap bulannya cukup untuk menghidupi mereka. Ternyata mereka butuh hal lain selain itu.

Ia masih terus menggendong Jean, dan Jean pun tidak berontak. Ia masih menangis di gendongan Chandra. Tak lama terdengar dengkuran halus dari Jean, ternyata anak itu kini tengah terlelap sambil sesekali ia sesenggukan karena menangis terlalau lama.

Our Emergency Calls Donde viven las historias. Descúbrelo ahora