3

1.3K 101 0
                                    

Rumah yang asri, itu adalah pikiran pertama yang terlintas dalam otak Dunk. Bagaimana tidak? Pohon rindang di depannya nyaris menutup atap rumah. Bahkan, dedaunan mulai penuh memenuhi halaman berukuran lumayan besar itu.

“Woahh... Baru seminggu, rumahnya sudah sekotor ini”

“Harus kerja bakti lagi yah?”

Wanita paruh baya itu mengangguki ucapan sang suami, lantas dengan cara apa lagi membuat suasana rumah mereka terlihat nyaman?

“Ibu.. besok saja”

“Benar, kita kelelahan selama perjalanan dari bangkok, huhuhu” ayah Joong berpura-pura sedih membuka pintu rumah, lelaki itu menghilang tak muncul lagi

Dan Joong mengikuti jejak ayahnya, dia mengabaikan sang ibu yang tak berhenti meneriaki mereka “Dunk?”

“Iya bibi...”

“Aww.. kenapa masih disini?, Cepat masuk beristirahat, nanti Joong akan menunjukkan kamarmu”

Terbilang anak baru di rumah ini, tentu saja Dunk menurut. Dia memasuki pintu rumah berukuran cukup besar dengan arsitektur indah pada kenopnya, pertama kali yang dicarinya tentu saja sebuah kamar.

“Dunk..”

“Hum?, Kata ibumu kau akan menunjukkan kamarku”

Jari telunjuk lelaki tegap mengarah pada sebuah pintu di dekat ruang tengah, sembari minum Joong tak terlalu peduli saat Dunk meninggalkannya disana seraya tangannya asik menyuapkan cemilan ke mulut, dia hanya menatap Dunk sampai menghilang di balik pintu kamar.

Lelaki manis dengan wajah putih susu menggemaskan, Joong menggigit es batu sangat semangat mengunyahnya. Mata setajam elang itu tak beralih dari pintu kamar Dunk, entah apa yang menjadi pemikat.

Yang Joong tau, saudara angkatnya itu sangat polos dan naif, baguslah... Dia bisa jadi lebih akrab dan mengenalkan Dunk berbagai macam hal menarik di kota ini. Kapan-kapan mereka harus keluar menikmati siluet indah matahari terbenam di pantai terkenal Hua Hin.

“Dimana Dunk?”

“Dia sudah masuk di kamarnya”

Joong meletakkan gelas di atas counter table, derap langkahnya menuju ke arah sofa. Hanya untuk melepas lelah, dia menyandarkan tubuh dengan nyaman.

“Joong, beberapa hari ini kan kamu libur”

“Humm...”

“Ajaklah Dunk berkeliling kota besok, dia kan baru tiba. Seharusnya dia mengenal daerah-daerah sini agar tak tersesat jika keluar rumah”

“Tenang saja, ibu bisa percayakan ini padaku”

“Ini serius Joong, besok ayah dan ibu berencana survei lokasi tempat kami akan membangun pabrik di pinggiran kota”

“Yah iya, silahkan...”

Yang dikhawatirkan oleh sang ibu, lelaki ini hanya akan sibuk dengan aktivitas bermain game nya sampai melupakan Dunk, kasihan sekali jika lelaki manis itu kesepian.

“Kesannya tentang Hua Hin tak akan baik jika kau membuatnya sendiri terus, jangan bermain game sepanjang hari”

Joong membuka matanya yang sejak tadi sudah meredup, tak minat lagi mendengar ocehan. Dia melangkahkan kakinya meninggalkan ruang tengah menuju kamarnya, jika tinggal lebih lama telinganya akan meledak.

“Joong.. dengar tidak sih?”

Ibunya masih teriak, dia membanting pintunya pelan-pelan. “iya ibu.. ya ampun.”

Cruel Temptation [Joongdunk]18+[END]Where stories live. Discover now