54. Hari ke-26: Kucuk kucuk

1.3K 239 29
                                    


.
.
.
.
.
Tingkah Harsa seharian kemarin benar-benar membuat seisi rumah heran, bagaimana tidak jika anak yang biasanya sangat diam tiba-tiba menjadi sangat manja. Tapi hal itu juga membuat yang lain senang, karena mereka bisa melihat dan mendengar tawa Harsa.

Bahkan Harsa juga menempeli sepupunya bergantian, ya meskipun kemarin Harsa sempat menolak untuk berdekatan dengan Saga, hari ini si mungil itu sudah kembali mendekap lengan Saga saat tidur. Supaya Saga tidak lari katanya, lagi pula siapa yang akan lari yang menempeli adalah makhluk seperti Harsa.

Cklek

"Saga, ayo bagun sahur dulu." Agni yang masuk ke kamar Harsa seketika tersenyum saat melihat dua anak yang dulu nya sering di tidurkan bersebelahan itu, kini terlelap bersama.

"Saga, mas ayo bangun dulu." Agni mengulas senyum saat melihat putra tunggalnya itu membuka mata.

"Jam berapa mi?" Saga mencoba menarik tangannya, tapi Harsa justru semakin mengeratkan dekapannya.

"Jam setengah tiga, bangunin juga Harsa nya. Tawarin mau makan apa." Saga mengangguk paham.

"Iya mi." Setelah mendengar jawaban Saga, Agni beranjak keluar dari kamar Harsa. Agni tidak langsung pergi melainkan tetap berdiri di depan kamar Harsa.

"Anak kamu makin mirip sama kamu dek, tingkah nya bahkan sifat nya."

Sedangkan di dalam kamar Saga tengah sibuk menepuk pelan lengan atas Harsa atau memainkan daun telinga sepupu mungilnya itu.

"Eungh..mas Saga~" Saga menahan tawa nya saat mendengar Harsa merengek.

"Bangun dek, ayo sahur. Mau di buatin apa?" Harsa membuka mata nya sebentar kemudian kembali meringkuk.

"Gak mau makan, gak laper." Saga menghela nafas panjang saat mendengar jawaban Harsa.

"Heh gak ada, ayo makan. Atau aku ceritain semuanya ke eyang, om Tara sama papi." Harsa membuka mata nya saat mendengar ucapan Saga.

"Tapi aku gak laper mas, nanti aja kalau aku laper." Saga kembali menghela nafas dan menarik tangan Harsa agar sepupunya itu bangun.

"Dek, dengerin ya. Disini kamu bebas makan dan minum apapun, gak akan ada yang ngelarang kamu kayak di rumah bapak mu itu. Disini gak ada ibuk tiri kamu itu, gak akan ada yang teriak dan maki-maki kamu kalau pun kamu makan disini." Harsa menunduk saat Saga mengatakan itu, rasanya dia ingin berteriak di hadapan Saga jika ada yang tidak suka dengan tingkah nya disini.

"Jadi mau makan apa?" Saga melihat Harsa memainkan jemarinya.

"Aku mau mie instan aja mas." Saga sebenarnya ingin menolak, tapi nanti Harsa batal makan. Jadi Saga akhirnya mengangguk.

"Dua sama telur ya?" Harsa langsung menggeleng, menolak saran Saga.

"Satu aja, aku bikin sendiri." Saga menggeleng.

"Aku yang bikinin atau gak usah makan mie." Harsa merengut.

"Iya iya."
.
.
.
.
.
Harsa tidak tau kesalahan apa yang dia lakukan saat ini, tapi melihat tatapan tajam dari tamu eyang Juna yang datang ke rumah saat ini benar-benar membuat Harsa takut.

"Silakan duduk dulu pak, buk, eyang masih di kebun mungkin sebentar lagi pulang." Sepasang suami istri yang terlihat seusia eyang Juna itu langsung duduk di ruang tamu tanpa melepas tatapan tajam pada Harsa.

"Kenapa kamu bisa disini?" Harsa langsung menatap bingung pada tamu itu.

"Maaf?" Harsa bisa mendengar decihan tidak suka dari istri sang tamu.

"Ya kamu kenapa ada disini? Kenapa gak ikut mati aja?" Harsa mengepalkan tangannya saat mendengar hal itu.

"Buk udah lah." Sang tamu pria itu mengelus pundak sang istri yang tetap menatap tajam pada Harsa.

Bratadikara's houseWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu