26. Alex Regi P. W.

6.1K 500 57
                                    

Happy reading

•••

Alex menghentikan gerakannya kala mendengar suara ketukan dari pintu kamarnya. Setelah mendengar instruksi dari Alex, orang itu berhenti mengetuk dan sebagai gantinya ia memasuki kamar dengan sopan.

"Ada apa?" Alex bertanya tanpa menoleh ke arah orang itu. Tangannya kembali sibuk mengelus bulu-bulu di tubuh Re.

"Tuan muda, Tuan besar dan Nyonya sudah kembali. Mereka menyuruh tuan muda untuk makan malam bersama." Duke menatap Alex dengan senyum gembira.

Ayah dan ibu Alex memang jarang berada di mansion ini, itu sebabnya Alex selalu merasa kesepian. Untungnya setelah Alex merawat Re, perhatian nya teralihkan oleh kucing manis itu. Setidaknya Alex tidak terlalu kesepian seperti sebelumnya. Duke melirik Re yang sekarang berada di pelukan Alex. Ia juga sedikit bertanya-tanya, mengapa kucing itu selalu ingin kabur, padahal tuan mudanya selalu memperlakukan Re dengan lembut.

Karena melamun, Duke tidak menyadari Alex sudah bangkit dan berjalan melewatinya. "Paman Duke kenapa melamun?"

Duke menggeleng sembari tersenyum kikuk. "Maaf tuan muda."

Akhirnya mereka turun ke bawah. Duke membawa Alex menuju ruangan yang disebut ruang makan, disana seorang pria dan wanita yang berusia sekitar 40 tahunan sedang duduk sambil bercerita dengan suara lembut. Mereka terlihat sangat cocok satu sama lain.

Saat menyadari kedatangan Alex, mereka berdua dengan serempak menoleh. "Alex, sayang.. Bunda sangat sangat merindukanmu." Saat mengatakan itu, wanita cantik itu berdiri dan memeluk Alex dengan erat.

Alex membalas dengan tak kalah erat. "Alex juga sangat merindukan bunda."

Zara melepaskan pelukannya dengan sedikit tak rela. Ia memandang Alex dengan menelisik, "Mengapa putra bunda bertambah kurus dari terakhir kali? Apakah Alex tidak makan dengan baik."

Gavin berdehem singkat untuk menginterupsi. Zara tersenyum lembut dan mengelus kepala Alex dengan sayang. "Sayang, ayo makan dulu. Nanti kita berbicara lebih banyak, bagaimana menurutmu?"

Alex tidak membantah, ia mengangguk dengan cepat. Setelah itu ia mengikuti Zara, dan mengambil tempat duduk di sebelah Gavin. Menoleh ke ayahnya, Alex menyapa dengan sopan, "Hai ayah."

Gavin tidak mengatakan apa-apa, ia hanya melirik singkat setelahnya membuang muka. Sejenak suasana di meja makan itu berubah menjadi canggung. Melihat suasananya tidak benar, Zara berkata kepada Gavin dengan sedikit merajuk. "Gavin, berhentilah bersikap seperti itu. Bukankah kau tadi mengatakan merindukan putramu? Kenapa setelah bertemu dengannya kamu acuh tak acuh?"

Mendengar tuduhan itu, Gavin menatap istrinya dengan sedikit bersalah. Ia lalu beralih menatap Alex, tangannya bergerak menepuk kepala anak remaja itu dengan lembut. "Maafkan ayah," bisiknya kaku.

Alex tersenyum mengerti. "Ayah tidak perlu meminta maaf. Alex yang salah.."

Akhirnya suasana sedikit mereda, mereka akhirnya makan malam dengan lancar. Alex menyunggingkan senyum tipis saat melirik kedua orangtuanya, Ia menginginkan pemandangan ini setiap hari. Tapi seberapa keras pun Alex berusaha, itu tidak akan pernah terwujud. Orangtuanya lebih sering berada diluar karena sibuk mengurus bisnis mereka. Jadi pemandangan ini sangat jarang terlihat.

Gavin Reganta Pangestu dan Zara Putri Widjaja. Mereka berdua adalah orangtua dari Alex. Gavin dan Zara menikah karena perjodohan bisnis yang di atur keluarga mereka. Dikarenakan usia mereka yang sudah matang dan cocok untuk menikah, mereka tidak punya pilihan lain. Awalnya mereka berdua menentang dan bahkan saling membenci satu sama lain, tetapi lama kelamaan, benih-benih cinta akhirnya tumbuh. Di tahun pernikahan mereka yang kedua, mereka berdua dikaruniai seorang putra yang sangat tampan.

REVANO || Transmigrasi Where stories live. Discover now