Bab 29. Perseteruan di jalan

173 27 0
                                    


Hari ini, adalah jadwal Yona mengantar kakeknya untuk cuci darah di rumah sakit.

Berjalan sambil mendorong kursi roda yang pak Salim duduki, sesekali dia  tersenyum pada perawat yang tak sengaja berpapasan dengannya saat keluar. Menandakan Yona dan para perawat itu, sudah saling akrab dan mengenal.

"Kek," panggilnya.

"Kenapa, Cu?" jawab pak Samin. Menoleh sedikit menengadah ke belakang.

"Kita mampir ke supermarket dulu, ya. Yona pengen beli buah buat Kakek."

"Iya, terserah kamu aja."

Mereka keluar dari rumah sakit, menghampiri supir taksi yang menunggu mereka di samping mobilnya.

Pak Samin di bantu naik ke dalam mobil oleh supir taksi tersebut, Yona melipat kursi roda dan menyimpannya di bagasi taksi.
Setelah itu, ia menyusul masuk dan duduk di samping pak Samin.

Mobil melaju, meninggalkan daerah rumah sakit itu. Yona dan kakeknya akan kembali ke sana di minggu depan, dan minggu berikutnya. Seterusnya seperti itu. Secara rutin dan tidak boleh telat.

"Pak, tolong mampir ke supermarket itu dulu, ya!" ucap Yona sedikit tarik pada Si supir.

"Baik!"

Mobil menepi sebentar, di samping jalan gedung yang besar dan lebar, tidak bertingkat.

"Kek, Yona keluar dulu yah, Kakek tunggu di sini," pesannya, lalu pandangannya beralih pada supir taksi yang sedang duduk di kursi kemudi. "Pak, saya titip Kakek saya dulu, ya."

Supir taksi menoleh, dan tersenyum ramah. "Baik, Non."

Yona berjalan masuk ke toko serba ada itu, ketika kakinya menginjak teras depan pintu.
Pintu itu terbuka secara otomatis, menyambutnya.

Tanpa berlama-lama, dia masuk dan menuju tempat buah-buahan.
Dia tidak mau repot-repot memilih sendiri, jadi ia menghampiri salah satu karyawan di sana.

"Mas," panggilnya, pada cowok berseragam yang tengah mengangkat kardus sabun cuci piring. Setelah menoleh, pria itu menjawab.
"Iya, Kak?"

"Tolong, saya pilihin jeruk yang manis sama buah naga. Masing-masing 1 kg, ya ... bisa, nggak?"

Kardus penuh sabun cuci piring masih berada di depan tubuhnya, dengan kedua tangan yang menyangga.
"Bisa, Kak. Mohon tunggu sebentar, ya."

Yona tersenyum, ia merapikan rambutnya dan menyelipkan ke belakang daun telinga.

Karyawan cowok itu pergi, dan langsung memenuhi keinginan Yona.
Sambil menunggu, ia berdiri dan mengedarkan pandang. Melihat-lihat pelanggan yang ramai.

"Eh! Jatuh!"

Yona sedikit tercengang, saat melihat sebuah dot susu jatuh tepat di depan kakinya.

Reflek, ia mengambil botol itu. Dan terlihat gadis dengan rambut sebahu, wajahnya manis, sedang menggendong bayi di hadapan Yona.

"Mba, ini dotnya," kata Yona memberikan botol itu pada gadis tersebut.

"Makasih, Mba. Maaf, ngrepotin," balasnya mengambil dot susunya dari tangan Yona.

"Enggak kok," jawab Yona tersenyum.

Yona tidak tahu, jika gadis yang berada di hadapannya sekarang adalah Jihan. Dan bayi yang sedang Jihan gendong adalah anak Azkar, cowok yang beberapa saat ini menganggu pikirannya.

"Saya duluan ya, Mba?" pamit Jihan, Yona mengangguk sembari tersenyum.

"Kak, ini udah." Saat sedang asik, memandangi kepergian Jihan. Pandangannya teralihkan karena karyawan toko yang ia mintai memilih buah, sudah selesai.

HKKP (Hamil Karena Kutukan Pacar)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang