22. TENTANG.

18 4 1
                                    

22. TENTANG.

"kita tidak bisa merubah orang lain, kalau mereka sendiri tidak mau berubah."

________________________________✦ ୨୧

Zean dan Lara melangkah melaju menuju jalan Sederhana. Tas berwarna tosca dan merah itu terlihat digendong oleh dua remaja dengan gantungan yang sama. Mereka, bergandengan tangan. Lara memakan permen milkita pemberian Zean seperti biasa. Kedua nya baru saja berbagi cerita tentang hari ini di sekolah. Tentang bagaimana pertemanan Zean, dan tentang masalah Lara yang ingin pindah ke Depok.

Raut wajah Zean berubah ketika mengetahui fakta menyakitkan itu.

"Sampai sekarang kamu sama Mama belum ada komunikasi lebih lanjut, untuk masalah ini?" tanya Zean dengan nada lembut. Suara yang selalu membuat Lara tenang dan yakin bahwa dunia akan baik baik saja karna ada Zean sebagai pelindung nya.

Lara menggeleng, "Aku males debat, mau sampe nangis darah pun kalo debat nya sama Mama gak bakal menang, Ze."

Zean menghela nafas nya. Kondisi hubungan antar ibu dan anak ini tidak pernah dikondisikan. Sebenarnya Zean tau bagaimana susah nya Lara untuk hidup lebih lama dengan seribu luka nya. Zean tau kalau Lara sangat membutuhkan seseorang sebagai tempat adu dari kejam nya dunia, dan Zean tau semua luka Lara. Susah sekali memang. Susah untuk dimengerti, Anggun selalu saja mampu membuat Lara terus terusan kalah.

Cowok disamping Lara ini mengusap pelan puncak kepala Lara, mencoba menyalurkan semua rasa semangat yang ia punya. "Nanti pulang sekolah, coba bilang ke Mama kalo di Depok gak se indah di Jakarta. Bilang nya baik baik yaa, api ketemu api itu gak baik." ucap Zean dengan nada lembut nya. Kali ini seukir senyuman tipis melengkapi wajah tampan nya itu.

"Kalo Mama masih kekeh gimana?"

Lara menatap lekat mata Zean, disana terdapat rasa ketakutan yang luar biasa.

"Dicoba. Kalo gagal, belajar ikhlas."

Setelah suara itu berakhir, Lara menundukan pandangan nya ke bawah. Rasa takut akan kehilangan semua yang ia punya disini semakin bertambah. Ia harus meninggalkan Jakarta, itu tanda nya ia harus jauh dari teman teman sekolah nya, jauh dari teman teman rumah nya, dan jauh dari semesta nya.

"Gapapa, Ra. Dunia itu bersikap adil walau kesan nya kamu terus yang jadi korban. Percaya aja deh, pasti akan berhasil." ucap Zean dengan penuh percaya.

Sebenarnya Zean hanya ingin Lara bersemangat kembali. Setelah rumor kalau ia akan pindah, kesehatan Lara sedikit menurun. Suhu tubuh nya sedikit panas dan wajah nya pucat. Terbukti kini, Zean menggandeng tangan Lara yang terasa seperti penghangat tubuh. Panas.

"Yang penting kamu jaga kesehatan. Kurang kurangin pikiran buruk nya, istirahat kalau cape,"

Lara menatap Zean dengan malas, "Istirahat kemana? rumah aku rusak." sahut Lara, yang membuat Zean merasa tersindir.

Ya, bagaimana tidak tersindir? sebaik baik nya Zean, ia juga pernah menjadi sumber luka untuk Lara. Bahkan Zean pernah menjadi rumah yang tak pantas untuk gadis cantik nya ini.

"Mulut nya." tegur Zean.

"Kenapa? bener kan? mau cerita ke siapa? kamu juga suka nya ngilang gatau kemana, udah mana sekarang kamu jarang banget posting aku di story."

AMERTA.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang