KISAH SATU

541 44 10
                                    

Semesta, aku harap tidak ada lagi tragedi yang membuatku enggan untuk membuka hati.

_Alaca karanlik_
Seyara17
*

*
*
*

Selamat menikmati
Diam dan Bacalah menggunakan hati.......

Rentetan masalah silih berganti berdatangan, entah itu mampu dihadapi atau berserah diri pada sang ilahi.
Ketika suatu hal sudah hilang bukankah akan terasa hampa, lalu bagaimana dengan dirinya yang telah kehilangan sang nahkoda hingga kapalnya menjadi hilang arah ditengah luasnya samudra lepas dan kapal masih terus berjalan tanpa sang nahkoda yang mengendalikan.

Dan takdir yang selalu mempunyai kejutan disetiap part yang telah ditentukan. Terkadang hal terkecil yang sering kita terima bisa menjadi hal yang membuat kita trauma. Entah itu sikap, perkataan dan perbuatan. Memiliki opsi tersendiri untuk berubah menjadi sebuah trauma bagi sang penikmat luka.

Ana menatap nyalang pada senja yang sedang dirinya tatap, mengingat hal yang menyakitkan membuatnya semakin membenci senja yang menurut sudut pandangnya, senja akan membawanya pada luka sejarahnya. Sebenarnya, tidak ada yang seharusnya di salahkan Ana, akan tetapi Ana masih saja belum terima atas apa yang telah terjadi pada dirinya di bulan Januari lalu. Sesuatu hal yang merubah seluruh hidupnya, Ana menyukai dan membenci atas apa yang telah terjadi, sering sekali dirinya menyalahkan sang pencipta atas apa yang telah terjadi....

***

Di sudut salah satu cafe yang sedang hits dikalangan remaja dan tentu saja pendatangnya bukanlah dari kalangan remaja saja, yang datang untuk mencari tempat entah itu hanya untuk sekedar berbincang bersama teman satu sercel-nya atau memadu kasih dengan sang kekasih dan lain sebagainya. Nampaknya, keramaian yang ada disekelilingnya tak membuat Ana sedikitpun terusik, dari aktifitas yang sedang ia lakukan, menyelesaikan tulisan-tulisannya yang ia rencanakan akan ia terbitkan di penerbit buku yang menawarkanya kesempatan beberapa bulan lalu. Sebentar lagi, Ana akan menyelesaikan tulisanya itu, Ana hanya ingin tulisannya itu cepat selesai agar ia bisa menutup serangkaian kenangan yang cukup mengusik dirinya. Handphone yang Ana letakkan di atas meja yang berada di hadapannya, berbunyi mengalunkan salah satu lagu dari musik yang Ana sukai apalah cinta, karya Ayu Ting Ting dan keremcem yang membuatnya jatuh cinta seketika, sa'at pertama kali dirinya mendengarkan lagu tersebut dan berakhir menjadi notifikasi panggilan favoritnya yang ia sematkan.

Terpampang jelas di layar benda berbentuk persegi panjang tipis yang Ana genggam, nama si pemanggil tersebut.

"......"

"Waalaikumussalam"

"......."

"Aku ada di caffe tempat biasa, sebentar lagi aku pulang."

"......."

"Ya sudah, aku tutup ya, Assalamualaikum"

"......."

Panggilan pun seketika terputus, sekilas Ana melirik jam tangan kecil yang bertengger manis di pergelangan tangan kirinya, pantas saja dirinya sudah di telepon untuk segera pulang rupa-rupanya jam sudah menunjukkan pukul 17.30, itu artinya dirinya lebih 30 menit dari janji yang telah di berikan pada sang penelepon untuk pulang tidak lebih dari pukul jam 17.00 sore, Ana sedikit meregangkan otot-otot yang sudah mulai mengencang, melihat meja caffe yang di tempati sedikit berantakan, cappucino yang sudah habis entah sejak kapan dan buku beserta alat tulis yang berantakan, seraya terus memandangi meja yang berantakan. Astaga, seharusnya ia segera membereskan barang-barang yang ia bawa dan memasukan kedalam tasnya. Ia harus segera pulang.

AKU MENYUKAI LUKA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang