24: Yang Belum Selesai

289 53 2
                                    

Kebahagiaan masih terasa hingga esok paginya setelah kemarin sore mereka memastikan diri memasuki babak perempat final.

Haris masuk kelas bersama dengan Jeje seperti hari-hari biasa. Tapi, kali ini ia disambut suka cita oleh yang lain.

"HARIS I LOVE YOU PAKE BANGET!" kata Jihan dari bangkunya.

Haris meringis mendengar ungkapan cinta dadakan dari Jihan. Meskipun tahu tidak serius, Haris tetap menanggapinya dengan melempar love sign kecil pada Jihan.

"Gila, lagak lu udah kayak artis papan atas aja," olok Bella dari meja guru. Ia baru saja menata taplak meja yang baru saja dicucinya kemarin.

"Lo gak mau bilang I love you juga, Bel?" goda Jeje sambil berjalan ke kursi duduknya.

Bella hanya membuang napas ke samping hingga rambutnya sedikit terbang. "I love you, Ricky," ucapnya.

Ricky yang sedang menumpu kepalanya dengan lengan kirinya di meja pun membalas, "Love you too, Bel. Jangan lupa contekin tugas kimia, ya?"

Mendengar hal itu, Bella lantas misuh-misuh tak jelas. Padahal ia sendiri tahu bahwa Ricky bisa saja meminta guru lesnya untuk mengerjakan tugasnya. Tapi, ujung-ujungnya tetap saja sultan itu menyuruh Bella menjadi babunya.

Ricky memang tidak semena-mena menyuruh Bella. Ia akan memberikan semua yang Bella inginkan di kantin ataupun di koperasi, bahkan Bella sesekali dibawakan makanan dari dapur mewahnya.

Kedekatan keduanya sungguh hanya sebatas teman yang saling menguntungkan. Friends with benefit, tapi dalam kasus ini, benefitnya dalam hal positif ... (Mungkin).

Haris mengalihkan pandangannya tak minat. Ia lebih memilih melihat ke luar jendela, yang memperlihatkan awan cerah. Mulutnya tak sengaja menggerutu saat dalam hatinya menyebut awan.

Ia lalu mengalihkan kembali perhatiannya ke layar ponselnya. Mobile data-nya mati karena ia tak memiliki sisa paket data. Sedangkan ia malas menyambung pada WiFi kelas yang sering lemot karena digunakan orang banyak. Belum lagi jika ada yang membawa laptop.

Ingin mengikuti Ricky, Haris beranjak menidurkan kepalanya di meja bertepatan dengan Viona yang berdiri di samping mejanya.

Didongakkan kepalanya, melihat gadis dengan rambut digerai dan jepit cherry yang menambah kesan manis. Ia lalu merogoh sakunya dan mengeluarkan ponselnya.

Setelah berkali-kali ia menggeser layar ponsel dengan casing pink pastel itu, ia tunjukkan layarnya kepada Haris.

"Belum baca, ya?"

Haris membaca dengan seksama sebuah pdf yang mengumumkan mengenai ketentuan seleksi kedua yang akan diadakan sembilan hari lagi. Juga, pesan terakhir yang meminta para peserta berkumpul di aula untuk briefing.

"Iya, gue gak ada kuota. Thanks ya, Vi. Nanti bareng gimana?"

Viona menganggukkan kepalanya. Belum sempat ia pamit untuk kembali ke bangkunya, muncul Bella yang juga mendatangi bangku Haris.

"Ris, pulang sekolah sibuk gak?" tanya gadis itu to the point.

Merasa akan mengganggu privasi keduanya, Viona pun pamit kembali ke bangkunya meskipun sempat ditahan Bella.

"Ada apa, Bel?"

Mengingat ini kali pertama Bella berbicara dengan Haris tanpa perantara orang lain setelah insiden donat kapan hari.

"Ada yang perlu gue omongin."

"Soal?" tanya Haris lagi.

"Gue rasa gue gak betah kayak gini terus. Gue pengen ngobrol lagi sama lo. Biar semuanya clear, Ris."

Haris tak tahu apa yang ada dalam pikiran Bella. Ia kira perempuan itu tak lagi memperdulikan tentang apa yang terjadi di antara mereka mengingat ia semakin gencar mendekati Awan.

Apalagi Haris sudah tak seusil dan sewot seperti dulu. Bella hanya berpikir ... Ia ingin meluruskan semuanya setelah ia memutuskan hubungannya dengan Haris secara abu-abu.

-to be continued-

Hi guisee! Aku kembali setelah rangkaian UAS ku (AKHIRNYA) selesai. Maaf kalo 2 minggu ini nggak update cz JUJUR AJA NIH aku 2 minggu ini gumoh-gumoh baca jurnal sampe gak sempet nyentuh wattpad. Tmi banget wakwkawkw

PUTIH ABU-ABU [✓]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن