[10] Keluarga Wijaya

24 5 1
                                    

"Hidup akan menjadi ringan dan indah saat kita memiliki kesukaan."
- Ayana Laurencia

****

Saat ini, waktu belum memasuki magrib. Ada empat orang yang masih berdiri di taman ini, baik Ayana, Gibran, Harlan dan juga Caca. Sebenarnya, Ayana memiliki rasa penasaran yang penuh terhadap orang-orang yang temui tanpa sengaja di taman komplek ini. Ia sangat heran, ini terlalu lucu untuk disebut kebetulan. Masa bisa terjadi berkali-kali? Kebetulan macam apa itu?

Seperti Gibran, ia muncul sore ini sebagai sosok yang paling serba tau. Apalagi tentang Dokter Wildan, darimana ia mengetahui tentang Dokter Wildan tersebut? Sekarang Harlan dengan Caca juga muncul di waktu yang sama dan di tempat yang sama.

Ayana tersenyum pada Caca lalu beralih kepada Harlan dengan tatapan penuh penasaran, meskipun sosok yang dituju enggan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaannyam

"Kak Harlan kok bisa disini?" tanya Ayana heran.

"Nanti lo tau sendiri," jawabnya singkat dan dingin.

"Dasar kating tiang dingin, eumm harusnya aku ga nanya deh tadi. Paling jawabannya gitu atau engga nanya balik." timpalnya, tatapan Ayana kini tampak kesal.

Gibran turut menyaksikan dan mendengarkan percakapan ini dengan seksama. Bahkan sebenarnya, Gibran lah yang lebih penasaran dengan keberadaan Ketua OSIS mereka disini. "Kok bisaa? Gue tau dunia itu sempit, tapi engga sesempit ini juga kan?" batin Gibran.

"Kating tiang dingin?" ulang Caca heran, matanya mengedip berkali-kali.

"Eumm, maksudnya ice skating Caa. Soalnya dingin kan." ujar Ayana cepat dan takut Caca berpikir aneh-aneh tentang panggilan darinya ke Harlan, ia pun tersenyum pada Caca.

"Kakak disini ngapain?"

"Makan es krim dan ini dikasih coklat sama temen kakak," jawab Ayana sembari melihat ke arah Gibran.

"Waahh coklattt!" sahut Caca riang.

Mendengar hal itu, Ayana mengode Gibran, ia mau memberikan coklat untuk Caca. Tak menunggu waktu lama, Gibran pun langsung mengiyakan dan tersenyum melihat reaksi Ayana dengan Caca. Sebenarnya bukan hanya Gibran yang tersenyum melihat Ayana tapi seorang Harlan Wijaya juga. Ia pun turut tersenyum melihat Ayana tanpa disadarinya, selang beberapa detik senyumnya pun usai saat melihat Gibran berbicara pada Ayana melalui kodean. Mereka terlihat sangat akrab.

Sekiranya begini percakapan kodean mereka, "Bran, aku kasih ini ke Caca boleh ga?"

"Boleeh, terserah lo Naa."

"Gapapa?"

Gibran mengangguk lembut seraya tersenyum, "Gue kasih buat lo dan terserah lo mau dimakan atau mau dikasih ke siapapun."

"Thanks Gibran!"

"Yoii." balas Gibran sambil mengacungkan jempol tangannya.

Kemudian Ayana mendekati Caca, "Caca mauu?" tanyanya.

"Wahh boleh kak?"

"Boleh dong, apa yang engga buat Caca." Ayana pun mengeluarkan satu coklat melalui paper bag-nya kemudian memberikannya pada Caca.

"Makasihh banyak kak Yanaaa! Ngomong-ngomong kak, kami kesini  berencana mau beli es krim disitu." tunjuk Caca ke arah es krim tempat Ayana pergi beli bersama kakaknya tadi.

Ayana pun ber oh ria, "sami-sami Cacaa. Ooo gituu, kakakk tadi beli disana juga. Emang enakk sih."

Gibran sepertinya suka dengan anak kecil juga, ia mudah akrab dengan Caca, kini ia mengajak Caca mengobrol ringan mulai dari coklat, es krim, taman ini dan sebagainya.

DIFFELO (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang