BAB 2 : Hilang

95.3K 6.3K 2.3K
                                    

Q : "Kak, kok baru satu bab? Kemarin udah lima puluh bab lebih?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Q : "Kak, kok baru satu bab? Kemarin udah lima puluh bab lebih?"

A : "IYAAA INI TUH DIROMBAK 😭👊🏻 Alurnya dibedain dikit, meskipun intinya sama. Tetep baca ulang! Nanti nggak paham kedepannya kalau nggak dibaca ulang. Dirombak ya, DI-ROM-BAK! Udeh nggak usah nanya lagi." 😭

Komennya dong. Double up nih 😗

***

"Lo baik, Shey. Tapi gue nggak bahagia, kalau sama Alea mungkin bisa."

Kata orang-orang, menjalani hari after break up adalah fase yang paling tidak menyenangkan ternyata benar adanya. Menekan memori tidak segampang itu. Butuh usaha, waktu dan nyali yang dalam juga agar bisa meredam nyeri.

Sulit menerima jika Zayyan bisa mengatakan itu, setelah menghabiskan ratusan hari bersamanya. Shea menunduk, menyentuh gelang emas putih pemberian lelaki itu di hari aniversary mereka yang pertama. Jogja malam itu, ditemani gegap gempita yang tercipta di acara festival melepas 1001 lampion ke langit. Indahnya asmaraloka pertama Shea, hanya diperkenalkan oleh Zayyan Arlen. Dia yang jika tersenyum, matanya pasti ikut melengkung.

Shea mengusap ujung matanya yang basah. Padahal bersama Zayyan, gadis itu dipertemukan dengan keluarga yang begitu baik menerimanya. Sekalipun Valerian diperhitungkan sebagai keluarga menara yang tinggi, tetapi sambutan hangat Bunda, Ayah dan adik-adik Zayyan selalu terbuka luas untuknya.

Shea seperti memiliki keluarga kedua, bisa merasakan perhatian seorang ibu untuk dirinya yang ditinggal meninggal oleh Mama dari umur satu tahun—dan Haira masih bayi kala itu.

"Enggak perlu nangisin cowok yang udah nggak mau sama lo, Kak. Itu buang waktu," celetuk seseorang saat memasuki toilet sekolah.

Shea melirik lewat kaca wastafel. Sial. Si perusak hubungan orang datang menemuinya dengan percaya diri. Alea Lovatta—adik kelas sekaligus tetangga dekatnya yang masih duduk di bangku kelas 11, teman sebangku Haira.

"Cewek perebut emang nggak tau malu gini, ya? Bisa-bisanya masih punya muka. Gue jadi lo bakal ngubur diri, sih. Rendah banget mau jadi simpenan," ucap Shea tidak basa-basi langsung menembakkan kalimat penyerangan. Emosinya tidak bisa diatur dengan baik.

Alih-alih tersinggung, justru Alea menoleh dengan roman lurus. "Enggak terlalu ngerebut juga, sih, Kak. Orang Zayyan sendiri yang ngejar. Mantan kakak yang ngedeketin gue."

"Nggak ada bedanya. Sama-sama sampah," balas Shea.

"Oh, ya?" Gadis itu tersenyum ala anak lugu. Alea memiliki badan kecil yang ramping, rambut panjangnya selalu dibiarkan terurai. Boneka hidup jika kata murid Starlight. "Kalau sampah, kenapa sempet-sempetnya tadi pagi ngajak Zayyan balikan? Harusnya dibuang, jangan dipungut lagi," tutur gadis itu. "Ah, Kak Shea agak munafik juga ternyata. Ngehina, tapi pengen juga."

ENIGMA : Last FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang