Chapter 30

2 1 0
                                    

“Achan, kau tahu tidak? Sejak kecil, aku tidak pernah memiliki seorang ibu sepertimu.”

Kepalaku langsung mendongak. Menoleh menatap Manato. Pemuda itu sedang menunduk dengan senyum tipis di wajahnya. Senyuman itu nampak sendu.

Lama aku terdiam. Mencoba merasakan apa yang sedang dipikirkan pemuda itu. Lalu kugerakkan lengan meraih tangannya yang sedang mengepal. Perlahan kubuka kepalan tangannya itu. Kugenggam dengan erat.

“Aku selalu merindukan keluarga yang lengkap. Jika itu ada, suasana di rumah ini pasti akan hangat dan menyenangkan,” lanjut Manato yang kemudian mendongakkan lagi kepalanya.

“Lebih baik memiliki keluarga yang tak lengkap namun selalu damai,” kataku sambil teringat potret bahagia di foto yang terselip di buku itu. “Dibandingkan memiliki keluarga yang lengkap, tapi tidak pernah merasa bahagia..”

Kali ini, Manato yang mengeratkan genggamannya di tanganku. “Achan, memangnya kehidupan keluargamu seperti apa?” tanyanya pelan.

Aku kembali menunduk. Seketika semua kejadian yang pernah kualami bersama keluargaku menyeruak keluar. Semuanya tak pernah bisa kulupakan. Mulai dari yang menyenangkan, hingga yang sangat menyakitkan. Namun setahuku, semuanya didominasi oleh kejadian yang tak menyenangkan.

“Ketika aku masih kecil, semuanya terasa baik-baik saja. Namun sampai akhirnya aku mengerti, jelas sekali Okaa-san dan Otou-san bukanlah sepasang suami-istri yang akur. Bahkan keduanya jarang terlihat saling menyapa..”

Bodoh sekali. Ayaka Hirose, kenapa kau malah menangis?

***

“Wah, ini benar-benar lezat!” teriakku sambil mengunyah kare  buatan ayah Manato itu. “Anda benar-benar ayah yang hebat!”

“Makanya, jangan mau dikalahkan oleh laki-laki. Masakanmu selalu saja tidak sempurna,” ejek Manato yang langsung menghilangkan senyum di wajahku. Langsung berganti dengan tatapan sebal.

“Kau menghinaku seperti kau sendiri bisa masak saja!” teriakku marah.
Melihat pertengkaran kami itu, ayah Manato yang bernama Isami Matsuzaka itu pun tertawa. Tangannya langsung menyendokkan lagi kare ke atas piringku. Menambah porsi makanku, hihi.

“Arigatou, Matsuzaka-sama!” teriakku girang sambil kembali menyuap nasi kare itu. Lezat. Sedetik kemudian, aku mendelik sebal lagi ke arah Manato. Yang langsung dibalas oleh pemuda itu dengan tawa renyah.

“Kalian nampak akrab sekali. Aku sangat senang melihatnya!” seru Matsuzaka-sama sambil tersenyum hangat padaku. “Aku jadi teringat dengan masa lalu bersama ibumu..”

Rasanya ada sesuatu yang menarik di masa lalu mereka. Baiklah. Apa salahnya jika aku mengetahui sedikit penggalan kisah masa lalu Okaa-san? Mungkin beliau dulunya seorang gadis yang manis!

“Wah, pasti Anda sangat dekat dengan Okaa-san kan? Bisa ceritakan padaku? Sedikiiiit saja!” kataku antusias.

“Tentu saja aku bisa ceritakan banyak hal padamu,” jawab Matsuzaka-sama sambil mengangguk.

“Wah, aku jadi penasaran dengan bagaimana Okaa-san selagi muda!” pekikku sambil meletakkan sendok ke atas piring. Saking tak sabarnya, tak sadar tanganku sudah menepuk-nepuk meja dengan pelan.

Manato pun langsung mendelik malas ke arahku. Kemudian ia mencubit tanganku pelan. Lantas aku pun langsung mengaduh kesakitan.

“Achan, aku dan Keiko sudah berteman sejak kecil karena rumah kami bersebelahan. Setiap hari kami selalu bersama, dan berhasil masuk ke sekolah yang sama..”

Bukan awal cerita yang buruk. Tapi entah kenapa mirip sekali dengan cerita antara aku dan Shoji? Ah, menyebalkan.

“Matsuzaka-sama, apakah kau dan ibuku selalu satu kelas?” potongku.
“Tidak. Bahkan kami jarang masuk ke kelas yang sama, karena ibumu jauh lebih pintar dariku,” jawab Matsuzaka-sama yang langsung membuatku tersenyum lebar.

“Nah, Keiko itu sangat populer waktu SMU. Sampai suatu hari aku mengenal seseorang yang sangat pintar, Toshizo Hirose, teman sekelasnya. Ayah pemuda itu adalah bos di perusahaan tempat kakekmu bekerja. Dan akhirnya di antara mereka terjadi sebuah perjodohan..”

Aku mengangguk tanda mengerti. Meski aku merasa, sepertinya ada sesuatu yang aneh di dalam cerita itu. “Matsuzaka-sama, kau bilang baik Okaa-san dan Otou-san adalah murid yang pintar. Lalu kenapa aku malah terlahir sebagai murid yang bodoh?” tanyaku bingung.

Lantas ayah dan anak itu langsung tertawa terpingkal-pingkal. Baiklah, seharusnya aku tidak melemparkan pertanyaan bodoh itu. Aku menyesal.

“Achan, ayah dan ibumu adalah pasangan sempurna yang telah direncanakan sejak lama, namun baru dipertemukan ketika keduanya sudah dewasa. Ini mengenai suatu alasan yang ada di antara kedua kakekmu, yang kudengar adalah masalah hutang-budi..”

Aku menunduk. Di pikiranku mulai banyak rangkaian kata menari-nari. Ya, seharusnya mereka adalah pasangan yang sempurna. Seharusnya. Tapi akhirnya semua itu tidak pernah terjadi sampai Otou-san meninggal. Seharusnya kedua kakekku itu mengerti kalau perasaan hati seseorang tidak bisa dipaksakan, dengan alasan hutang-budi. Terlalu sakit, membangun keluarga yang hanya melelahkan hati.

“Matsuzaka-sama, Anda sendiri bagaimana?”

“Maksudmu? Bagaimana apanya?”

Akhirnya, dengan hati-hati aku harus mencari tahu kebenaran. Bagaimanapun, semua orang baik bisa saja berbalik menjadi musuh bagi kita. Aku percaya akan hal itu karena sudah pernah merasakannya. Seperti yang dilakukan Sakura-chan terhadapku.

“Okaa-san adalah gadis yang cantik dan juga pintar. Lalu perasaan Anda kepada beliau bagaimana?”

Aku bisa membaca ekspresi kaget di wajah Matsuzaka-sama. Rasa penasaranku semakin kuat. Ayo, katakanlah yang sebenarnya! Katakan apa yang kau sembunyikan dariku!
Tapi, mengapa laki-laki itu malah tersenyum?

“Achan, kami adalah teman dekat. Mungkin saja perasaan yang istimewa ada di antara kami, tapi teman tetaplah teman. Lagipula, apa yang harus kulakukan kalau gadis yang kucintai telah dijodohkan dengan orang lain?”

Rasanya tidak mungkin. Aku tidak bisa mempercayai kata-katanya itu. Namun mengapa ia bisa menyampaikannya dengan sangat tenang? Lalu bagaimana dengan kenyataan yang terjadi? Siapa laki-laki yang menjadi penyebab pertengkaran orangtuaku di malam terakhir Otou-san berada di rumah dulu?

“Ah, ayo kita makan lagi. Tidak enak kalau kare-nya nanti dingin!” pekik Manato yang kembali menyuap kare-nya.

“Ya, benar. Tidak baik mendiamkan makanan seperti ini!”

***

Bersambung ke Chapter 31

Hai finito le parti pubblicate.

⏰ Ultimo aggiornamento: May 11 ⏰

Aggiungi questa storia alla tua Biblioteca per ricevere una notifica quando verrà pubblicata la prossima parte!

Sayonara, SkyDove le storie prendono vita. Scoprilo ora