Pagi hari Delia bangun lebih awal. Meski perasaanya belum baik-baik saja tapi ia tetap harus bangun dan memasak karena ia merasa lapar. Semalaman ia tak nafsu makan, ia hanya ingin menagis dan sekarng ia hanya ingin makan. Berharap setelah makan kenyang, perasaanya jauh lebih baik.
"Kmau mau kemana?" Delia melihat Zier. Ya, mungkin itu nama pria itu. Ia tak begitu mendengarnya semalam saat ada yang memberitahunya karena pikirannya kalut.
"Melihat kampus baru."
"Kamu dosen?"
Zier menggelengkan kepalanya, "aku calon mahasiswa baru. Aku baru lulus sekolah menengah atas tahun ini."
"Jadi? berapa usiamu?"
"Tahun ini masih tujuh belas tahun?"
"Hah, serius?!"
Delia terkejut, ia pikir Zier hanya selisih beberapa tahun darinya. Ternya dia sangat muda, selisih tujuh tahun darinya.
"Iya." Zier mengeluarkan KTP miliknya dan memperlihatkannya pada Delia. "Aku baru mendapatkannya belum lama ini."
"Ya Tuhan." Delia merasa seperti tante-tante gila berondong. Namun, penampilan Zier semalam terlihat sangat dewasa dan berkarisma. Tak akan ada yang menyangka jika sebenarnya Zier masih sangat muda. "Kenapa kamu mau menikah dengan usia kamu yang masih sangat muda?"
"Jika aku memiliki pilihan, aku tentu tidak ingin menikah muda."
Delia mengangguk paham, Zier benar. Jika ia memiliki pilihan, ia juga tidak akan mungkin melanjutkan pernikahan ini.
"Tunggu sebentar, aku akan memasak untuk sarapan."
"Masaklah untukmu sendiri, aku buru-buru."
Zier langsung pergi, ia tak memiliki banyak waktu karena ia sudah memiliki janji untuk mencari kampus baru. Meski ia masih berharap bisa sekolah di luar negri seperti impiannya tapi ayahnya meminta ia untuk kuliah di sini supaya tidak jauh-jauh dari Delia.
Meski Delia kesal karena di tolak oleh Zier tapi ia mencoba untuk mengerti. Mungkin anak itu benar-benar sibuk karena harus mengurus ini dan itu.
Delia tahu Dimas memiliki adik laki-laki tapi ia tak pernah tahu seperti apa wujudnya. Apalagi Zier sekolah di luar negri. Ia cuma pernah lihat sekilas di foto keluarga saat ia main ke rumah Dimas, disana Zier masih sangat kecil. Belum seperti sekarang ini.
🌼🌼🌼
Delia duduk termenung di ruang tengah. Ia merasa sangat sedih dan kesepian. Meski ia seharian tadi berusaha menyibukkan diri tapi semua itu terasa sia-sia. Ia masih terluka sekaligus merindukan Dimas.
Berkali-kali Delia melihat ponselnya. Ia berharap Dimas mengirimkan pesan dan menjelaskan alasan kepergiannya tapi ponsel miliknya tak bergeming. Tak ada satupun pesan masuk dari Dimas ataupun teman-temannya. Mungkin mereka sengaja tidak menghubungi dirinya karena kasian atau takut mengganggu acara honeymoon yang tak akan mungkin terjadi.
Delia tidak ingin ada pria yang menyentuh dirinya selain Dimas. Ia ingin memberikan sesuatu berharga yang ia miliki hanya untuk Dimas.
"Aku pulang."
Delia tersadar dari lamunannya. Ia menatap Zier yang sudah berdiri di depannya kemudian beralih ke jam dinding warna hitam yang terpasang di dinding atas rak televisi.
"Kamu tidak punya jam tangan?"
"Punya." Zier menunjukan jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya.
"Kamu lupa? Kalau saat ini kamu sudah punya istri?" Delia bangkit dari tempat duduknya dan berkacak pinggang sambil mendongakkan kepalanya untuk menatap wajah Zier.
"Tidak." Zier yang merasa lelah seharian mengurus berkas untuk masuk perguruan tinggi, ia memilih untuk duduk di sofa dan menyandarkan kepalanya.
Delia tidak suka dengan sikap Zier yang terlihat cuek. "Kamu menyebalkan!"
Delia mengambil bantal kursi dan memukulkannya berulang kali ke arah Zier sambil marah-marah tak jelas.
Entah ini benar-benar karena marah pada Zier yang cuek atau Delia hanya melampiaskan kemarahan dan kekecewaannya pada Dimas yang tega meninggalkan dirinya.
"Cukup! Apa yang kamu lakukan?!" Zier menutup wajahnya menggunakan tangan sebagai tameng dari amukan bantal Delia.
"Aku membencimu!" Delia berteriak cukup keras kemudian melemparkan bantal yang ia pegang, secara asal. Setelah itu ia berlari ke kamar dan menutup pintunya cukup keras hingga berbunyi nyaring.
Zier hanya terdiam. Ia tak tahu harus bagaimana. Mengejar dan menjelaskan pada Delia juga bukan sesuatu yang mudah. Saat ini, ia hanya bisa bersabar sampai Dimas ditemukan.
🌼🌼🌼
230723

YOU ARE READING
Menikahi Calon Kakak Ipar
RomanceZier terjebak dalam situasi yang sulit. Dia tak bisa menolak ataupun menerima dengan mudah keputusan keluarga besarnya untuk menikahkan dia dengan Delia yang seharusnya menjadi calon kakak iparnya. Zier tak mencintai Delia, begitu juga sebaliknya. M...