TE | Chapter 12

234 29 0
                                    

"Om, Tante, izin bawa anaknya sebentar,"

"Iya, hati-hati, ya,"

"Siap, Om."

Erlangga menyalami punggung tangan Adijaya dan Zeline~Bunda Viola. Melihat tingkah sopan Erlangga kepada kedua orangtuanya itu, Viola terenyuh hatinya. Erlangga dan Viola sama-sama melangkah keluar rumah. Saat sudah berada dihalaman depan rumah Viola, Erlangga Berujar.

"Viola, Er mau protes!"

Viola mengerutkan dahinya bingung dengan ucapan Erlangga. "Protes?"

"Kenapa cantik banget, sih, 'kan Er cuman mau ajak jalan-jalan, bukan nikah,"

Blush

Pipi Viola bersemu merah. Erlangga benar-benar bisa memporak-porandakan hatinya. Dengan kedutan dibibirnya yang tak mampu ia tahan lagi, Viola mencubit lengan Erlangga. Cowok itu meringis kecil diiringi kekehan merdunya.

"Aws, sakit Vi," adunya pada Viola.

"Bodo!"

Erlangga menghampiri mobilnya yang terparkir dibagasi. Sejenak Viola terkejut, sebab tak biasanya Viola melihat Erlangga mengendarai mobil.

"Pake mobil?"

"Hem, karna kita mau jalan-jalan seharian, gue takut kalo lo nanti kepanasan, makanya gue bawa mobil." Jelas Erlangga menjawab kebingungan Viola.

"Kenapa?" Erlangga mengernyitkan dahinya melihat wajah Viola yang tak lepas dari keterkejutan.

"Nggak." Viola menggelengkan kepalanya.

Erlangga membuka pintu mobilnya dan mempersilahkan Viola masuk duduk di samping kursi kemudi. Perlakuan kecil dari Erlangga lagi-lagi berhasil membuahkan senyuman manis yang  merekah indah pada wajah Viola. Erlangga menutup kembali pintu mobilnya. Cowok itu berjalan melewati depan mobil dan menuju ke arah kursi kemudi. Erlangga memasuki mobil yang tadi pagi sempat ia pinjam pada Papa-nya meski harus melewati banyak drama.

***

"Papa, Er mau pinjem satu mobilnya, boleh nggak?"

Celetukan dari Erlangga berhasil menyita perhatian dari kedua saudaranya serta Mama dan Papanya. Erlangga kini menjadi pusat perhatian.

"Kenapa liatin Er-nya kayak gitu?" Bingung Erlangga menatap setiap pasang mata yang melihat ke arahnya.

"Sejak kapan Abang berani nyetir mobil?" Heran Aza memiringkan kepalanya.

"Lo yakin, Er?" Tanya Gisell memastikan.

"Beneran mau pinjem mobil Papa?" Kali ini Raja bertanya heran.

"Beneran lah, emang kenapa liatnya gitu banget," Erlangga mengangkat satu alisnya bingung dengan reaksi setiap keluarganya.

"Nggak, soalnya setiap kali kamu make mobil Papa, mobilnya selalu kamu rusakin, atau nggak ya nabrak pohon. Dan terakhir kali kamu pake mobil Papa, mobilnya kamu masukin jurang, itu sekitar 3 tahun lalu, terus kamu trauma dan gak mau nyetir mobil lagi."

Raja, Gisell, dan Aza mengangguk menyetujui penjelasan Elena. Okey, sampai sini Erlangga paham alasan yang menjadi reaksi setiap Keluarganya. Penjelasan dari Elena itu tentu saja membuat Erlangga sedikit terkejut.

Sepayah itukah Erlangga kalo nyetir mobil? Batin Erlangga pada dirinya sendiri.

"Er yakin kok Pa, Ma. Boleh 'kan, ya?" Pinta Erlangga mencoba membujuk Papa dan Mamanya lagi.

"Emang kamu mau kemana, sih, Er? Sampe harus bawa mobil segala, biasanya juga senengan pake motor," cetus Elena.

"Paling juga mau jalan-jalan sama cewek, Ma," Gisell menyeletuk.

Transmigrasi ErlanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang