Sebenarnya update besok pas Agustus, cuman karena Eunwoo update di IG jadinya aku ikutan 😇👍🏻
Aku mau update ngebut, biar cepet ke part 'Liberty' kemarin. Maka dari itu bantu ramaikan ಥ‿ಥ
***
"Makasih, Mbak."
Shea menerima kembalian usai melakukan pembayaran. Nampan hitam yang berada di depannya, langsung gadis itu angkut untuk diberikan kepada sang pemilik. Belajar dari kejadian lima belas menit lalu, sekarang Shea berjalan lebih hati-hati. Tidak boleh ceroboh lagi, atau lelaki yang berstatus sebagai majikannya di sana akan mendampratnya lagi.
"Dimsum sama jus jeruknya," ucap Shea sembari meletakkan pesanan di atas meja, tak lupa menyodorkan sisa-sisa uang pecahan. "Sepuluh ribu, lima ribu, dua ribu. Pas. Kembaliannya tujuh belas ribu. Diitung lagi aja, Tuan."
Xabiru melirik gadis itu. "Kenapa nggak lo simpen aja kembaliannya?"
"Emang boleh gitu?" tanya Shea, ia melirik uang recehan tersebut. "Ya, udah kalau maksa." Akan gadis itu anggap ini sebagai ongkir, berjalan kaki untuk memesan juga pakai tenaga. "Alhamdulillah, selasa berkah."
Shea masih berdiri patuh di samping meja yang ditempati Xabiru, hal yang membuat lelaki itu menautkan alis. "Lo nggak mau duduk? Berdiri terus kayak manequin daster pasar."
"Kan belum lo suruh," sungut Shea. Paham tabiat lelaki satu ini, membuat Shea memilih tidak banyak tingkah saja. "Bukan apa apa nih, ya, tapi lo jadi Tuan kadang agak laen. Kemarin aja lo ngespam chat, nyuruh gue nyusul ke lantai dua cuman buat ngegeser pot bunga sejarak dua sentiiii. Menyesatkan emang!"
"Sesat-sesat gini, tetap aja lo datengin." Xabiru memasukkan potongan dimsumnya ke dalam mulut. "Sekarang boleh duduk."
"Di kursi depan lo?" tanya Shea memastikan.
Xabiru menghela napas. Itu pertanyaan yang tidak perlu jawaban. "Ya, di kursi Sheytonirojim. Masa mau duduk dipangku kayak tadi?"
"Anjwing," Shea mengumpat rendah. Rasanya amat memalukan untuk dibahas. "Gue udah minta maaf! Kenapa masih aja lo bahas, Ru?! Lagian, kalau mikirnya gue kesenengan duduk di situ, enggak ya! Gue tadi nggak sengaja, Sat!" sembur gadis itu. Berselang dentuman empat detik, gadis itu langsung menutup mulutnya sendiri. "Eh, ya, ampun. Astaghfirullah ...."
Shea pasti sudah sinting! Dia baru saja membentak cucu majikan dari tempat Ayahnya bekerja. Sebagai putri dari supir pribadi keluarga Cakrawangsa, harusnya Shea tidak boleh seperti itu. Xabiru juga atasannya.
"Maaf ... maaf. Nggak maksud ngegas. Bukan gue tuh yang ngomong, Ru. Maklum lah, jin qorin gue ada sebelas jadi suka lepas kandang satu," tutur Shea. Buru-buru gadis itu menarik kursi. "Izinkan cungpretmu duduk, Tuan."
KAMU SEDANG MEMBACA
ENIGMA : Last Flower
Teen FictionMadava Fanegar itu pria sakit jiwa. Hidupnya berjalan tanpa akal sehat dan perasaan manusiawi. Madava Fanegar itu seorang psikopat keji. Namanya dikenal sebagai kutukan setan. Ia habis disumpah serapahi, bahkan hingga akhir kematiannya. Awalnya semu...