Haechan sudah tidak memiliki orang tua, dan ia diharuskan untuk hidup bersama dengan sahabat kedua orang tuanya, namun ada kedua anak yang tidak suka dengan kehadiran haechan disana.
Haechan mampu tetap bertahan atau bahkan mengalah dan memilih hid...
Di pagi ini haechan sudah terbangun dan mulai menyiapkan sarapan untuk kedua kakaknya, haechan sendiri sudah makan sarapannya tadi karena tidak ingin mengganggu sarapan mark dan Jeno, mungkin haechan tetap duduk disana untuk menuangkan atau mengambilkan lauk untuk kedua kakaknya makan.
Tidak lama setelah itu mark dan Jeno turun kebawah dan duduk di kursi itu.
"Sarapan dulu ya kak" ucap haechan mempersilahkan kedua kakaknya.
"Enak ngga nih, masakan lo" ucapan mark membuat haechan tersenyum.
"Dicoba dulu, aku emang belum pinter banget masaknya, semoga kak mark dan kak Jeno suka" mark dan Jeno mulai memakan sarapannya.
Haechan memandang kedua kakaknya yang makan dengan lahap hingga membuatnya tersenyum manis.
"Enak ngga kak" pertanyaan haechan menginterupsi kegiatan mark dan Jeno.
"Biasa aja" jawab Jeno ketus.
"Emm berarti aku harus banyak belajar lagi" ucap haechan.
"Ngga perlu, lagian siapa juga yang mau makan masakan lo, ini mah terpaksa aja karena ngga ada bubu dirumah" ucap Jeno galak.
"Yayaya terserah kalian lah" ucap haechan lalu menyuci piring bekas kedua kakaknya.
"Hari ini karena lo ngga ada kelas, lo ikut gue" haechan menoleh kearah Jeno.
"Ikut kemana" tanya haechan singkat.
"Gue ada latihan basket" jawab Jeno cuek.
"Ngga bisa kak, aku harus kerja" ucap haechan sambil melanjutkan kegiatan menyuci piringnya.
"Kerja kan nanti sore, lagian gue latihan basket ngga sampe sore, lo masih bisa kerja" jawab Jeno menggampangkan.
Haechan hanya tersenyum pasrah karena tidak ada lagi pilihannya untuk menolak.
"Yaudah gue cabut dulu ya bang" Jeno berpamitan dengan mark.
"Jangan ngebut bawa motornya, gue juga mau kekampus" ucap mark sambil menenteng tasnya.
Jeno membawa motor begitu kencang hingga membuat haechan mau tak mau memeluk erat perut Jeno, haechan itu jarang sekali bahkan hampir tidak pernah dibonceng naik motor apalagi kakaknya itu membawa motor dengan kecepatan yang membuat tubuh haechan rasanya akan terbang.
Sesampainya diparkiran tempat latihan basket haechan masih terus memeluk erat perut Jeno dan memejamkan matanya, Jeno menepuk sedikit kasar kepala haechan yang masih menyender itu.
"Aww" haechan meringis karena pukulan kakaknya cukup sakit.
"Cemen banget lo gitu doang takut" ucap Jeno lalu turun dari motornya.
Jeno masuk kedalam lapangan indoor didalam gedung itu dan haechan membuntuti nya.
Disana sudah ada jisung yang sedang duduk sambil memainkan ponsel.
"Loh jen, katanya lo ngga kenal ni bocah, kok lo kesini bareng sama dia" ucap jisung heran.
"Emang ngga kenal, gue sewa dia buat jadi asisten gue" jawab Jeno cuek.
"Gaya lo latihan basket doang pake bawa asisten" Jeno tertawa kencang.
"Heh! Gue latihan 2 jam, dan dalam satu jam kedepan gue bakalan istirahat, lo beliin gue sama temen temen gue minum" ucapan Jeno yang membuat haechan mengangguk mengerti.
Sudah satu jam lamanya Jeno bersama teman temannya latihan basket, dan kini sedang istirahat di kursi samping lapangan, haechan juga sudah membelikan minum untuk Jeno dan juga temannya.
Haechan membukakan air untuk Jeno dan Jeno langsung menerimanya dan meminum air itu hingga habis.
Sedang asyik minum ada satu lagi teman Jeno yang mendekat kearah mereka.
"Weitss siapa ini cakep amat" ucap sungchan yaitu teman Jeno nyangka lain saat melihat ada haechan disana.
"Dih lo ngga lihat jen, pipinya gembul, matanya sayu, hidungnya mancung tapi kecil, bibirnya bentuk hati dan dia kalo senyum manis banget bro, apalagi badannya yang kecil tetapi tinggi, wah wah beneran tipe gue banget" jawab sungchan panjang lebar membuat Jeno berdecak.
"Mata lo rusak kali" ucap Jeno kasar.
"Lo tuh yang matanya rusak, adek cantik boleh ngga kakak minta nomornya" ucap sungchan mendekati haechan namun tangannya ditarik oleh Jeno sedikit kasar.
"Ngga ada acara minta nomor segala, besok gue anter lo kedokter mata, mata lo udah rabun kayaknya" ucapan Jeno hanya membuat haechan semakin menunduk malu.
"Sirik aja lo jen" jawab sungchan cuek.
"Ayo latihan lagi" ucap jeno lalu pergi ke tengah lapangan sambil membawa bola.
Latihan untuk hari ini Jeno rasa sudah cukup untuk tubuhnya, Jeno segera mengajak haechan pulang setelahnya.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.