6. Tentangnya (4)

6.7K 248 0
                                    

Daniel pergi ke kantin untuk membeli minum, di kantin ia bertemu dengan beberapa temannya yang lain dan mereka mengobrol sebentar tentang beberapa hal.

Setelah menghabiskan waktu beberapa lama, Daniel memutuskan untuk kembali ke kelas. Dan dalam perjalanannya itu ia ditabrak oleh seseorang. Tentu saja dengan tubuhnya yang tinggi dan besar ini ia tak mudah goyah, Daniel sangat rajin olahraga saat dirumah sehingga tubuhnya keras dan kuat.

Mata Daniel langsung tertuju pada seseorang yang menabraknya itu. Seorang siswi yang tingginya hanya sedadanya, tubuhnya terlempar ke dinding hingga kepalanya terkantuk. Tetapi bukannya merasa kesakitan ia malah buru-buru minta maaf.

"Aduh, maaf-maaf. Kamu gak papa?" Bibirnya seakan secara otomatis mengatakan kata maaf meskipun ia bahkan belum tahu siapa yang telah ia tabrak.

Daniel menatapi gadis didepannya ini dengan intens. Dipertemuan sebelum-sebelumnya mereka tidak pernah sedekat ini, sekarang Daniel bisa lihat jelas bagaimana wajahnya hingga akhirnya mata mereka berdua bertemu.

Mata gadis itu terlihat sangat cantik dan berbinar jikalau dilihat dari dekat. Dalam posisi ini ada banyak sekali hal yang Daniel perhatikan, tetapi bibir yang cantik itu benar-benar mengambil perhatian paling banyak.

"Aku gapapa kok. Kamu gapapa? Tadi sampai kena dinding." Daniel dengan khawatir berkata demikian. Rasanya Daniel ingin mengecek sendiri kepala bagian belakang gadis itu dan membantu mengusapnya supaya rasa sakitnya sedikit menghilang.

"Aku gapapa juga. Maaf ya untuk yang barusan, permisi." Tak terlalu mengindahkan kekhawatiran Daniel, gadis itu seolah tak ingin berlama-lama bicara dengannya. Ia mengangguk kecil dan melanjutkan perjalanannya, seolah urusan mereka sudah selesai hanya dengan beberapa kata maaf yang sudah dilontarkan.

Daniel sama sekali belum beranjak dari tempatnya berdiri, ia terus memandangi gadis yang belum ia ketahui namanya itu dari belakang yang kemudian menghilang di persimpangan. Hanya satu informasi yang Daniel ketahui tentang gadis itu, yaitu dia anak IPA.

Segera, Daniel melangkahkan kakinya menuju ke kelas. Disana Ganda duduk dengan beberapa teman yang lain, sedang fokus pada ponsel yang menampakkan sebuah aplikasi game.

"Habis darimana bro? Sini mabar." Ajak Ganda seolah tak terjadi apa-apa sebelumnya. Daniel tak ambil pusing, mungkin benar Ganda tidak ambil hati dengan perkataannya sebelumnya jadi ia segera mengambil duduk dikursi ya sendiri.

"Gan, gue mau tanya." Ganda yang mendengar hal itu segera menaruh ponselnya dan mengalihkan seluruh perhatiannya pada Daniel. Ganda tampak excited karena baru kali ini Daniel mau bertanya padanya.

"Apa? Lo mau tanya apa?"

Daniel mengerutkan kening melihat tingkah Ganda yang makin hari makin aneh menurutnya, tapi hal itu tidak membuat Daniel mengurungkan niat untuk bertanya. "Kelas yang diatas depan itu kelas IPA kan?"

"Yang didepan kelas kita atau didepan TU?" Tanya Ganda meminta lebih spesifik tentang pertanyaan Daniel.

"Didepan ini." Tunjuk Daniel ke arah bangunan yang ia maksud.

"Oh bangunan baru ya? Kelas anak IPA itu kelas sebelas." Jelas Ganda. "Ada apa sama kelas itu?"

"Yang paling ujung kiri kelas sebelas IPA berapa?" Bukannya menjawab pertanyaan Ganda, Daniel malah bertanya lagi.

"Sebelas IPA satu." Meskipun Ganda bertanya-tanya, ia tetap menjawab pertanyaan Daniel. "Kenapa? Ada yang lo taksir disana?"

Daniel bingung bagaimana menjawab pertanyaan Ganda, ia sendiri bahkan tak tahu apa kah benar ia naksir dengan gadis itu?

"Bener ya? Siapa? Marisa? Hanum? Dewi? Rani?" Daniel tidak tahu nama gadis itu siapa.

"Lo kenal sama anak-anak kelas itu?" Lagi-lagi Daniel bertanya.

"Ya gak kenal langsung sih, cuma tahu nama. Dan, lo belom jawab pertanyaan gue ya. Kenapa lo tanya-tanya? Beneran ada yang lo taksir disana?"

"Gue gatau." Balas Daniel seadanya, karena ia benar-benar tidak tahu.

"Kalo ada yang lo suka, gue bantu. Jaringan pertemanan gue tuh banyak. Jangan sampe teman sebangku gue yang paling ganteng satu sekolah gak punya pacar." Ujar Ganda.

"Lo juga gak punya pacar Gan." Telak Daniel yang berhasil membuat Ganda bungkam.

"Ini gue lagi usaha Dan."

"Siapa? Cewek-cewek itu?" Tanya Daniel merujuk pada gadis-gadis yang Daniel hindari.

"Bukan, enak aja. Anak sekolah lain, tetangga gue." Ungkap Ganda. "Lo jangan beneran berpikir gue suka sama Dhea dan kawan-kawannya ya karena bela mereka terus. Walaupun semok aduhai juga jujur aja gue kurang suka dengan sikap mereka."

"Itu lo juga gak suka. Kenapa segala sodor ke gue?" Sinis Daniel. Sedang Ganda hanya cengengesan.

"Ya kali kali lo mau coba pacaran sama mereka, gue kan belom tau tipe lo yang gimana. Ternyata nyantol ke anak pinter diujung." Celetuk Ganda. "Oh iya, seinget gue kelas mereka ada Instagram deh. Wait, gua tanya temen gue dulu."

Tak berapa lama Ganda langsung mendapatkan keinginannya. "Nah ini dia Instagram kelas mereka Dan. Rajin banget mereka posting sampe sebanyak ini."

Daniel merampas ponsel Ganda dan menggulir layar seolah itu miliknya, tak peduli pada Ganda yang terkejut dengan sikap Daniel tersebut. Mata Daniel fokus melihat foto-foto yang ada di akun tersebut, hingga ia menemukan seseorang yang ia cari.

"Yang ini Hanum, kalo yang dua ini gue gak tau." Tiba-tiba saja Ganda berucap. Daniel mengetuk sekali foto tersebut tetapi tidak ada tag sama sekali yang menautkan ke akun pribadi.

"Yang ini." Tunjuk Daniel pada gadis yang ia maksud.

"Gue gak kenal, tapi kayaknya dia anak OSIS deh. Coba lo scroll lagi ke foto-foto dibawah." Mengikuti perkataan Ganda, Daniel terus menggulir layar hingga kebawah yang mana ada foto pribadi berikut nama dan fun fact setiap anggota kelas.

"Anjani Putri. Oh iya, Anja. Gue sering banget denger orang-orang panggil nama ini. Jadi lo naksir dia? Begini toh tipe nya seorang Daniel. Lo suka cewek gemoy begini ternyata." Ganda menggelengkan kepala tak habis pikir.

"Gemoy?" Bahasa itu terasa asing sekali dengan Daniel. Tapi terdengar lucu dan menggemaskan entah mengapa membuat Daniel ingat bagaimana gadis bernama Anjani ini saat dikantin waktu itu, rasanya cocok sekali untuknya.

"Imut lucu gitu loh, dia kan badannya gak terlalu tinggi terus berisi gitu. Gemoy itu namanya. Dan lo gak perlu khawatir, gue bakal bantu lo deket sama dia. Serahkan semuanya sama gue sobat sejati lo ini. Paling cepat dalam beberapa hari lo udah dapet nomornya dia, oke?" Daniel tidak mengiyakan juga tidak menolak perkataan Ganda yang panjang lebar, ia mengembalikan ponsel Ganda dan mengambil ponselnya sendiri dari kantong celananya.

Kembali membuka sosial media melalui ponselnya sendiri, dan mencari sesuatu disana.

Vote and Comment Guys!!!

I'm Your LoverWhere stories live. Discover now