11. Struggle (2)

6.2K 194 2
                                    

"For your information Anjani, aku sedang tidak dekat dengan siapapun selain kamu yang sedang aku usahakan. Dan aku juga tidak peduli dengan kesalahpahaman dari mereka, malah bagus kalau mereka berpikir kita dalam sebuah hubungan karena akan mempermudah aku. Satu hal lagi yang perlu kamu ingat An, selama kamu ada dipengawasan mataku gak akan aku biarkan ada yang mengusik kamu. Benarkan Ganda?" Tiba-tiba saja Ganda diajak masuk dalam pembicaraan mereka.

"Betul boss, gak akan ada yang akan berani macam-macam sama Anjani."

"Dengarkan An? atau disini kamu yang gak mau ada seseorang salahpaham?" Tatapan Anjani yang sebelumnya beralih pada Ganda, kini kembali pada Daniel. Pemuda di depannya itu tidak hanya menatapnya saja, tetapi tangannya mengambil sejumput rambut Anjani untuk dirapihkan.

Anjani perhatikan sedari kantin tadi, Daniel ini suka sekali bertindak seperti ini. Sikap pemuda itu yang terus mengambil kesempatan dalam menyentuh Anjani sungguh membuat Anjani merasa tidak biasa. Ia tidak pernah diperlakukan seperti itu sebelumnya bahkan dari para mantan kekasihnya, nyatanya kisah percintaan Anjani memang sekering itu. Anjani bahkan tidak pernah punya foto berdua dengan mantan-mantannya.

Anjani hanya punya dua mantan dan keduanya tidak memberikan kesan mendalam pada Anjani, setelah dipikirkan lagi apakah hubungannya yang kemarin-kemarin itu bisa disebut berpacaran? Keduanya adalah teman Anjani sewaktu sekolah menengah pertama. Yang satu adalah tetangga Anjani yang baru satu sekolah dengannya waktu itu dan lainnya adalah teman sekelas Anjani. Waktu itu mereka bertemu hanya jika ada perkumpulan teman-teman disekitar rumahnya dan kerja kelompok. Dan keduanya Anjani yang memutuskannya, tingkah kedua orang itu cukup membuat Anjani pusing dan membuatnya memiliki masalah yang sebenarnya tidak penting. Jadilah Anjani tidak punya pacar lagi sejak itu.

"Jadi benar ya, ada seseorang yang kamu takuti salahpaham dengan kita?" Dagu Anjani kini ditumpu oleh jari -jari besar hingga matanya bertemu dengan Daniel yang menatapnya tajam bukan lagi tatapan lembut dan berbinar seperti sebelumnya. Apakah bisa perubahan tatapan seseorang terjadi secepat itu?

Karena Anjani sebelumnya sibuk pada pikirannya sendiri, ia tidak menjawab pertanyaan Daniel. Pemuda didepannya itu tampak tidak puas dan ingin kejelasan darinya. Anjani melengoskan wajahnya hingga ia tak lagi berada dibawah kuasa Daniel.

"Aku gak ada, tapi kamu. Aku dengar kamu sedang dekat dengan Dhea kan? Jadi jangan seperti ini." Anjani langsung saja sebut nama seseorang supaya Daniel tidak mengelak lagi. Tak mau mendengarkan apapun lagi, Anjani melanjutkan langkahnya menuju ke kelasnya. Tapi sebelum ia mengambil langkah lebih jauh, Daniel sudah meraih pergelangan tangannya.

"Anjani disini kamu yang salahpaham. Aku tidak pernah dengan orang itu, kenal pun dari Ganda dan hanya sekedar itu. Tidak ada oranglain selain kamu yang memenuhi isi kepalaku dan buat hatiku cemas seperti ini." Saat berkata demikian, Anjani menatap mata Daniel yang sudah kembali melemparkan tatapan lembut untuknya. "Jadi beri aku kesempatan An, beri kita peluang."

Anjani tak tahu harus berkata apalagi untuk membalas Daniel, ia merasa butuh waktu untuk mencerna semua hal yang tidak masuk akal ini.

"Aku tidak akan memaksa kamu sekarang, ayo aku antar ke kelas." Daniel yang sedari tadi masih memegang pergelangan tangan Anjani tak melepasnya juga sampai mereka akhirnya berada didepan kelas Anjani.

Dari sejak di kantin kemudian perjalanan menuju kelas Anjani, mereka sudah mendapatkan perhatian lebih. Pasalnya baru kali ini mereka melihat Daniel bersikap seperti itu kepada seseorang. Dan sekarang didepan kelas Anjani, semua temannya berkumpul seolah keduanya adalah tontonan gratis.

Anjani yang sudah malas bicara untuk minta dilepaskan yang ia duga akan sia-sia seperti sebelumnya memilih untuk diam saja.

"Kamu pulang dengan siapa nanti?"

"Dengan temanku." Jawab Anjani cepat.

"Teman kamu laki-laki atau perempuan?"

"Aku pulang dengan Arumi. Dari namanya kamu tahu kan kalau dia perempuan? Sebentar lagi waktu istirahat selesai" Ucapan ketus Anjani diakhir itu sepertinya pengusiran secara tidak langsung untuk Daniel.

"Kalau besok?" Tanya pemuda itu penuh harap kalau besok Anjani bisa pulang bersamanya.

"Dengan Arumi juga. Tiap hari pulang dengan Arumi." Anjani kembali menjawab cepat. Padahal dirinya dan Arumi jarang sekali pulang bersama, Anjani biasa berangkat dan pulang sekolah naik angkutan umum. Tetapi untuk hari ini, Anjani dan Arumi memang punya janji pulang bersama karena Arumi minta ditemankan untuk mencari kado ulangtahun untuk Tito pacar Arumi saat ini.

"Hmm begitu." Daniel menganggukkan kepalanya seolah mengerti. "Kalau berangkat sekolah kamu-" belum selesai Daniel melanjutkan kalimatnya, bel pertanda istirahat usai terdengar.

"Daniel lebih baik kamu kembali ke kelas sekarang." Anjani langsung masuk kedalam kelasnya dan meninggalkan Daniel begitu saja didepan kelasnya tanpa mau mendengar lagi apa yang pemuda itu katakan.

Energi Anjani rasanya sudah tidak ada lagi, hari ini sangat merepotkan sekali. Menghadapi Daniel ternyata membutuhkan energi ekstra, tentu saja energi Anjani yang pas-pasan ini tidak bisa mengimbangi. Nyatanya Anjani belum selesai dengan hari ini karena teman-teman kelasnya terutama Arumi menatapi dirinya seolah menyuruhnya untuk memberitahu apa yang sebenarnya terjadi meskipun Arumi yakin seribu persen para teman-temannya itu sudah tahu garis besarnya.

Anjani menghela nafasnya dan terduduk dengan lemas dikursinya sendiri, tak peduli dengan tatapan penuh ingin tahu dari sumbernya langsung dari teman-temannya ini.

"Selamat siang semuanya." Suara penuh semangat dari pintu kelas mengalihkan tatapan semua orang, mengetahui siapa yang berdiri di pintu tentu saja semua orang segera kembali ke habitatnya masing-masing. "Hari ini kita akan adakan kuis seperti yang saya janjikan minggu sebelumnya."

Lagi-lagi Anjani menghela nafas tidak semangat. Anjani sangat lelah sekali apalagi hari ini. Dalam hati ia berharap sekali hal seperti ini cukup terjadi sehari ini saja. Tidak terbayangkan bagi Anjani jika ia akan melalui hari melelahkan seperti ini dalam waktu yang lama.

Anjani benar-benar hanya membutuhkan hari yang tenang tanpa gangguan apapun.

"Silahkan untuk yang duduknya disebelah kiri untuk menunggu didepan kelas." Instruksi guru didepan membuat sebagian para penghuni kelas untuk keluar. Termasuk Arumi teman sebangku Anjani yang memang duduk dibagian sebelah kiri.

"An, jangan amnesia kamu ada janji untuk jelasin semuanya sama aku." Ucap Arumi dengan wajah garang sebelum keluar meninggalkan kelas mengikuti yang lain.

Anjani kembali menghela nafasnya panjang. Anjani yakin sekali teman-teman kelasnya akan mati-matian mengulik informasi dari Anjani secara langsung nanti. Membayangkannya saja Anjani tidak sanggup, seperti ia benar-benar butuh asupan energi yang besar. Hidupnya tidak akan tenang seperti sebelumnya.

Vote and Comment Guys!!!

I'm Your LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang