Twelve

699 55 15
                                    

Hai Gaes.... 

Yeah... yeaah... I'm still alive. 

Don't worry hahaha

Update dikit aja ya..

Selamat membaca~


***

.

.


"TOLOOOONGG!!! RAMPOOOOOKK!!!", teriak Terre sekencang-kencangnya dengan mata tertutup. 

"Hus! Rampok apaan, Re! Ini Mama!", seru seorang perempuan paruh baya seraya menarik Terre kepelukannya. 

Terre langsung membuka mata, menengadah menatap wajah mamanya yang sudah beberapa bulan ini tidak bisa ia lihat secara langsung. Tampak dari belakang wanita itu muncul sosok seorang pria berbadan tinggi tegap dengan setelan jas yang pas membungkus tubuhnya. 

"Papa...", ucap Terre pelan. 

"Kamu masih sakit, nak?", tanya papanya seraya mendekat, bergantian memeluk Terre. 

Rita, mama Terre, hanya terdiam memandang anak gadisnya yang tampak lesu dalam pelukan mantan suaminya itu. Tadi pagi ia di telpon oleh anak bungsunya, Tarrez, meminta mamanya pulang ke rumah. Rita sempat sedikit bingung karena jarang sekali anak-anaknya memintanya pulang ke rumah lama mereka, namun Tarrez mengatakan bahwa Terre sedang sakit. Iapun kemudian menelpon mantan suaminya dan meminta untuk ikut pulang ke rumah lama mereka dan segera di-iya-kan oleh Amir. 

Alhasil mereka sudah berada di rumah lama mereka sekitar pukul 5 sore. Mereka berdua mencoba memanggil-manggil Terre sebab pintu rumah terkunci, baik Rita ataupun Amir tidak membawa kunci cadangan mereka. Namun tidak ada jawaban dari dalam rumah. Syukurnya Davina kemudian datang dan bertemu dengan mereka. 

"Mama kira kamu pingsan. Dari tadi kami panggil ga ada jawaban. Untung tadi ketemu Davina", ucap Rita sambil menunjukkan kunci rumah mereka dan bungkusan plastik berwarna putih, yang sepertinya berisi makanan. Rita kemudian berjalan masuk menuju dapur.

"Kenapa kuncinya bisa ada di dia?", Tanya Terre yang sudah berjalan pelan menuju meja makan di pegangi Papanya. Terre duduk di kursi meja makan, disusul Amir yang duduk di sebelahnya. Sejenak Terre merasa sendu, membayangkan dulu mereka selalu duduk bersama menikmati makan malam dengan seluruh anggota keluarga yang masih lengkap. 

"Katanya di titipin sama Tarrez, kalau ada apa-apa sama kamu", jawab Amir. 

Terre berdegus. Tampak raut wajah Terre berubah masam. 

"Kenapa? Berantem ama Davina?", tanya Rita yang telah selesai menyiapkan makanan dalam bungkusan putih tadi dan menyajikannya di atas meja makan. 

"Gak sih Ma. Emang anaknya nyebelin, kan?", jawab Terre. 

Rita dan Amir saling berpandangan sambil mengulum senyum.

"Nyebelin gimana, anaknya baik. Bawain kamu makanan juga", ucap Amir. 

Terre manyun sambil memandangi sepiring makanan di hadapannya. 

Rita dan Amir, mereka berdua tau benar bagaimana Davina datang dengan bungkusan putih di tangannya. Saat Davina melihat Rita dan Amir di depan pintu rumah mereka, Davina tampak terkejut, namun dengan sopan menyalami kedua orang yang jauh lebih tua darinya itu serta menanyakan kabar mereka. 

Saat itu Davina ingin membawakan makanan untuk Terre, namun lebih memilih menitipkan makanan tersebut kepada orang tua Terre dan juga menyerahkan kunci titipan dari Tarrez yang datang ke rumahnya pagi-pagi sekali. 

.

.

***

.

.


Davina sedang berbaring di kasur miliknya sambil membuka room chatnya dengan Terre di WhatsApp. Tidak ada satupun chat balasan dari Terre, semuanya hanya centang dua biru tanda chat sudah dibaca. Ia kesal karena Terre mengabaikannya, benar-benar mengabaikannya, namun ia juga cemas karena ia tidak tau bagaimana keadaan Terre saat ini. Apakah ia sudah baikan atau bagaimana. 

Jam di layar handphone Davina menunjukkan pukul 22.15. Tiba-tiba terdengar suara ketukan dari luar pintu kamar Davina disusul suara Bi Dinar memanggil namanya. Iapun beranjak membuka pintu kamarnya dan mendapati Bi Dinar berdiri di depannya. 

"Kenapa Bi?", tanya Davina.

"Ada tamu non, katanya mau ketemu non Davina", jawab Bi Dinar.

Davina berpikir sejenak. Siapa yang datang malam-malam bertamu kerumahnya?

"Siapa Bi?", tanya Davina lagi

"Katanya orang tua non Terre."

Tanpa ba-bi bu, Davina dengan sangat cepat langsung melangkah menuju tangga. Di ruang tamu, tampak Rita tengah duduk menunggu.

"Tante," sapa Davina setelah berjalan mendekati Rita. 

"Davina, maaf tante datang malam-malam", ucap Rita.

"Ga apa tante. Kenapa ya, Tan?", tanya Davina kemudian duduk berhadapan dengan Rita. 

"Tante bisa minta bantuan?", ucap Rita dengan senyum merekah di wajahnya.

"Bantuan apa tante?", 

"Menginap di rumah tante, tolong jagain Terre malam ini."


***

.

.

Makasih banget buat yang udah vote dan komen 

Thank you so muuuuch gaes 




Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 23, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

UntitledTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang