12. Struggle (3)

5.7K 213 1
                                    

Daniel tersenyum formal saat memberikan uang kembali pada pelanggan didepannya ini.

Sudah terhitung hampir empat bulan lamanya Daniel menetap di kota kecil ini. Daniel sudah terbiasa dengan lingkungan disini dan hafal beberapa jalan, bahkan Daniel sudah tidak diantar pakai mobil untuk berangkat ke sekolah. Alasan utamanya adalah Daniel ingin menjemput dan mengantar Anjani tentu saja, alasan lainnya Daniel ingin lebih mandiri saja.

Selain sudah punya motor sendiri, Daniel juga sedang memiliki beberapa bisnis yang berjalan di kota ini. Salah satunya adalah cafe yang baru saja beroperasi selama satu bulan.

Dengan uang jajan yang Daniel miliki beserta tabungannya, Daniel berpikir lebih baik jika uang-uang itu ia jadikan usaha saja disini. Tentu saja hal itu tidak diketahui oleh siapapun bahkan para pekerja dirumahnya.

Pemikiran Daniel yang merencanakan bisnis seperti ini tentu saja didukung oleh teman-teman sekolahnya yang memang orang asli dan paling tahu jelas keadaan sekitar, sehingga untuk lokasi cafe dan beberapa stand yang Daniel miliki dibantu oleh informasi yang mereka miliki.

Dan terhitung sudah tiga bulan lebih beberapa hari sejak pernyataannya pada Anjani di kantin, perjuangan Daniel sampai saat ini belumlah usai. Dalam waktu itu, Daniel sudah mendapatkan beberapa informasi dan berhasil mengambil beberapa langkah kedepan.

Daniel sudah kenal semua teman-teman Anjani, ia juga sudah tahu hobi dan kesukaan gadis itu. Dan langkah terbesar Daniel adalah ia sudah mengenal orangtua Anjani juga beberapa anggota keluarganya. Semua itu bermula saat Daniel memberanikan diri datang kerumah Anjani dimalam minggu setelah beberapa kali berhasil mengantar Anjani pulang.

Daniel ingat betul bagaimana ekspresi Anjani yang terkejut dan kesal karena Daniel tidak bilang apa-apa pada gadis itu terkait kedatangannya. Mengikuti arahan Ganda, Daniel datang dengan membawa martabak dan buah.

"Gantian bro, biar gue yang jaga disini." Suara Ganda mengejutkan Daniel dari lamunannya.

Ganda dan beberapa teman Daniel memang bekerja di cafe miliknya ini. Sedangkan Daniel hanya sesekali membantu karena sebagai pemilik, Daniel lebih banyak mengecek laporan.

Karena cafe yang Daniel miliki ini berada ditempat yang strategis, membuat cafe yang dimilikinya ini selalu ramai pengunjung. Apalagi memang untuk ditempatnya ini belum ada cafe besar semacam ini, tentu saja hal itu menjadi angin segar untuk para muda-mudi yang tinggal disini.

"Oke." Tanpa berkata lain, Daniel memilih masuk ke ruangan pribadinya yang ada di cafe tersebut.

Ponsel disaku Daniel bergetar, membuatnya segera mengambil ponsel itu dan melihatnya. Ternyata balasan pesan dari Anjani. Padahal Daniel mengirimkan pesan sekitar setengah jam yang lalu, tapi baru dibalas sekarang.

Sekilas Daniel lihat jam dinding yang ada ruang kerjanya. Disana jam menunjukkan pukul lima sore, biasanya Anjani setelah pulang sekolah akan rebahan sambil membaca novel ataupun komik. Mencoba peruntungan, Daniel menghubungi Anjani dengan video call.

Dering ketiga panggilannya terjawab hingga muncullah wajah manis Anjani dilayar ponsel Daniel.

"Lagi apa cantik?"

"Kamu lagi di cafe ya?" Bukannya menjawab pertanyaan yang Daniel berikan, Anjani malah balik bertanya.

"Iya aku lagi di cafe. Kamu dimana? kok kayaknya bukan dikamar kamu." Daniel melihat latar belakang Anjani bukanlah warna cat kamar gadis itu.

"Aku lagi ditempat bukde, ada acara nanti malam." Jelasnya. Senangnya Daniel saat ini karena sedikit demi sedikit Anjani mulai terbuka padanya dan mau bercerita sesekali.

"Kenapa gak bilang? harusnya tadi aku antar kamu kesana bukannya ke rumah kamu."

"Kalo aku tahu juga pasti aku minta antar. Aku baru masuk rumah, orang-orang sudah siap-siap mau berangkat." Gerutu gadis itu, wajah kesal dan bibir cemberut yang memenuhi layar ponselnya membuat Daniel merasa gemas. Andai saja Anjani berada didepannya, sudah pasti Daniel akan cubit pipi gembulnya dan mengigit hidungnya gemas.

"Memang ada acara apa sampai dadakan begitu?" Tanya Daniel mau tahu.

Dilihatnya Anjani menghela nafas sebelum gadis itu makin mendekatkan layar pada wajahnya atau lebih tepatnya bibirnya ke arah speaker. "Cuma makan-makan."

"Sabar ya, makan-makan juga gak akan lama kok. Nanti sepulang dari sana mau aku jemput?"

"Iya, nanti kamu jemput ya jam 7. Daritadi aku disuruh nginap mulu, males banget." Anjani berkata demikian dengan memelas, Daniel paham sekali mengapa Anjani begitu. Anjani itu seorang introvert yang mudah lelah dikeramaian, ingat sekali Daniel saat pembukaan cafe barunya ini. Daniel mengundang Anjani untuk berpartisipasi dalam acara grand opening cafe miliknya, yang tentu saja sangat ramai sekali disana karena pada tanggal merah itu Daniel memberikan banyak diskon.

Hari itu Anjani tampak menikmati acaranya dan tersenyum juga mengobrol dengan beberapa orang bahkan setelah acara selesai pun gadis itu mau membantunya membereskan beberapa hal. Kemudian keesokan harinya Anjani hilang tidak ada kabar sama sekali bahkan data ponselnya tidak aktif, karena pada saat itu tanggal merah terjadi dua hari secara bersamaan maka sekolah diliburkan.

Dari setelah Daniel mengantarkan Anjani pulang malam itu sampai sore hari tidak ada kabar satupun yang Daniel terima. Jadilah dengan perasaan cemasnya itu Daniel datang kerumah Anjani, rumahnya tampak sepi dan tidak ada siapapun bahkan setelah Daniel memanggil nama Anjani beberapa kali. Daniel mendial nomor ponsel Anjani tetapi tidak ada jawaban juga.

Tak menyerah, Daniel terus memanggil nama Anjani berharap akan ada yang menyahuti dirinya. "An-" Saat hendak memanggil lagi, Daniel melihat pintu rumah terbuka dan memuculkan Anjani dengan piyama satinnya yang berwarna navy.

Dengan rambut yang tak tertata rapi dan wajah bantal belum lagi matanya yang belum terbuka sempurna, Anjani membuka pintu rumahnya. Melihat gadis didepannya ini, Daniel menghela nafas lega.

"Daniel kenapa berisik banget sih dirumah orang?" Gurutu gadisnya seraya menggosok matanya yang mungkin masih belum bisa meihat dengan jelas itu. Kemudian gadis itu masuk kedalam rumahnya membiarkan pintu terbuka seolah mengizinkan Daniel masuk.

"Kamu seharian tidur dirumah?" Bukannya menjawab pertanyaan Anjani terkait tujuannya datang, Daniel malah melemparkan pertanyaan lebih tepatnya memastikan keberadaan Anjani sebelumnya.

Sedangkan Anjani memejamkan matanya kembali tapi kali ini degan posisi duduk, gadis itu bergumam pelan menjawab pertanyaan Daniel. Sedangkan Daniel awalnya merasa tidak percaya, mana mungkin seseorang tidur selama itu. "Kamu gak keluar sama sekali hari ini."

Anjani berdecak kesal mendengar pertanyaan Daniel yang terdengar menuduh itu. "Aku gak ada tenaga untuk keluar. Lebih baik kamu pulang deh, aku mau lanjut hibernasi." Usir gadis itu kemudian. Pada saat itu datanglah ibu Anjani bersama dengan kakak ipar gadis itu masuk kedalam rumah. Tentu saja Daniel segera menyapa keduanya yang dibalas dengan ramah.

Tetapi kemudian calon ibu mertua Daniel itu malah mengamuk melihat anak perempuannya yang sudah tidur seharian bahkan saat ada Daniel datang tidak malu sekali muncul dengan wajah bantal seperti itu belum lagi piyama yang dipakainya. Sudah pasti selanjutnya Anjani makin kena amuk dan disuruh mandi oleh ibunya.

"Haduh maaf ya Nak Daniel, Anjani memang kebo banget anaknya kalau hari libur. Apalagi kalau habis dari tempat yang ramai dan interaksi berlebihan bisa langsung tepar anaknya kayak orang pingsan." Dari perkataan ibu Anjani juga memperhatikan Anjani secara langsung, Daniel langsung paham Anjani itu energi nya pas-pasan.

Vote and Comment Guys!!!

I'm Your LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang