Issue 24 : Narcissa and her son

687 105 7
                                    

Tangan Harry berpegangan pada handrail di sisi kanan-kiri, memegang erat pipa besi itu sekuat yang ia bisa. Perlahan, ia mengayunkan kaki. Keringat membanjiri tubuh Harry, membuat wajahnya merah padam. Nix menjaganya dari belakang, memastikan Harry aman. Bila saat, kedua tungkai kaki pria itu tak sanggup lagi menahan beban tubuhnya sendiri, Nix bisa dengan mudah menangkapnya.

Sudah satu jam sejak Harry berlatih keras, kini kedua tangannya mulai gemetar dan napasnya tersengal. Melihat itu, Nix segera mengambil alih tubuh Harry. Memapahnya dengan berhati-hati menuju kursi roda.

Seorang wanita cantik menghampiri mereka, berjongkok di depan Harry yang sedang berusaha menstabilkan ritme pernapasannya yang kacau. Wanita itu menyeka keringat di wajah dan leher Harry menggunakan handuk perlahan, "tolong tegakkan tubuhnya, Nyonya." Pinta Nix.

Narcissa meletakan handuk di hand rest kursi roda, melakukan apa yang di instruksikan Nix. Hati-hati, Nix membuka mulut Harry. Memasukkan inhaler untuk mengurangi sesak napas pria itu, Narcissa menatap Nix khawatir. "Apa Harry baik-baik saja?"

Tak lama, ritme pernapasan Harry kembali normal lagi. Nix mengulas senyum menenangkan, "ya... Dia baik-baik saja, sedikit kelelahan karena terlalu keras berlatih. Kita bisa membawanya kembali ke kamar, setelah minum obat Harry bisa beristirahat."

Narcissa mengusap penuh sayang helaian rambut raven Harry. Anak ini memiliki sepasang intan yang mengingatkannya pada mendiang Lily, ahh... Betapa ia merindukan wanita itu. Sudah sangat lama sejak Lily datang mengantarkan kue kering buatannya ke rumah, dan minum teh bersama. Sebelum akhirnya dia menghilang tanpa kabar bersama suami dan anaknya.

Tangan kurus Harry terulur menggamit pergelangan Narcissa membuatnya berhenti mengelus rambut pendek Harry. Pria itu tersenyum lembut, "terima kasih." Ucapnya, Narcissa tersenyum lembut.

"Untuk apa?" Harry menggeleng pelan.

"Aku tidak tahu." Menjawab dengan suara serak, Narcissa tersenyum singkat.

Narcissa melihat masa dimana Harry masihlah seorang bayi merah dalam boks bayi di sebuah rumah sakit. James dan Lily nampak bahagia akan kehadiran bayi mungil itu seolah kebahagiaan keduanya hanya berpusat pada Harry kecil, kenyataannya memang begitu.

Sepasang kelam malam Narcissa memperhatikan Nix yang mendorong kursi roda Harry, dia akan membawa kembali pria itu ke kamar inapnya. Perkembangan kesehatan Harry dari waktu ke waktu cukup baik, setidaknya begitu yang di katakan oleh Nix.

Setelah mengganti pakaian dan minum obat, Harry tertidur. Narcissa duduk di samping ranjang, memandang lekat pria yang sangat di perjuangkan putranya.

"Kenapa Mom melihat Harry seperti itu?" Narcissa menolehkan pandangannya pada seorang lelaki berambut pirang klimis. Lihatlah sekarang, Draco Malfoy kembali ke setelan pabriknya. Tampak necis dan luar biasa. Narcissa memberikan putranya senyum hangat.

"Dari mana?" Tanya Narcissa tidak menjawab pertanyaan Draco, dia berjalan mendekati ranjang. Pertama, ia mencium ibunya kemudian mencium Harry cukup lama.

"Pulang kantor." Jawab Draco singkat, "apa Harry baru tidur?"

"Ya, dia baru tidur setelah menyelesaikan rehabilitasi dan minum obat."

"Bagaimana rehabilitasinya?" Draco mengelus pipi Harry yang mulai berisi, rona merah kembali menghiasi pipi itu. Harry terlihat lebih hidup dari sebelumnya.

"Harry belum cukup kuat untuk berjalan lebih lama. Tapi, kata Nix itu sudah perkembangan yang baik."

Kembali mencium Harry, putra tunggal Malfoy itu menghela napas lega. "Aku senang mendengarnya."

Mille Fleur | DrarryWhere stories live. Discover now