BAB 5. Tunangan

45 10 0
                                    

Niana Legi adalah perempuan yang sudah satu tahun ini menjalin kasih dengan Djatmiko. Perempuan yang menjadi saksi bisu Djatmiko Wardoyo pernah berada di titik terendah disaat perempuan yang selalu untuknya justru tidak dapat menemaninya.

Djatmiko hanya bisa bertemu dengan Niana pada hari minggu saja dan sisanya dia habiskan di bengkel miliknya yang laki-laki itu bangun bersama teman-teman semasa SMK dulu.

“Kamu kenapa akhir-akhir ini ngelamun? Ada masalah?” tanya Niana lembut. Mampu membuat Djatmiko tersenyum tipis.

“Nggak. Aku cuman kecapekan aja,” balas Djatmiko dengan diiringi senyum tipis.

Menggandeng tangan Niana dengan lembut sembari menelusuri Rita supermall yang sering mereka kunjungi sebagai tempat kencan.

“Kamu kapan ngenalin aku ke orang tua kamu?” tanya Djatmiko kepada perempuan dengan rambut hitam sebahu itu.

Sudah hampir satu tahun ini menjalin kasih dengan perempuan itu, dia belum pernah ke rumah Niana. Ada saja alasan yang membuat Niana menolak untuk mempertemukan Djatmiko dengan Ibu dan Ayahnya itu.

“Kan, kamu tahu sendiri kalau Ibu aku sangat selektif soal mantu. Aku takutnya ... maaf.”

“Kamu takut kalau aku tidak diterima? Alasan apa yang membuat Ibumu menolakku?” Djatmiko tidak habis pikir dengan jalan pikir Niana.

“Jangan bahas ini lagi, ya? Nanti ujung-ujungnya berdebat,” sahut Niana. Lalu dia menoleh ke arah Djatmiko yang raut mukanya sedang tidak baik-baik saja.

“Miko, temenin aku ke Gramedia mau? Aku lagi butuh beberapa novel untuk bahan referensi untuk menulis,” ucap Niana dan Djatmiko hanya mengangguk untuk menanggapi perempuan itu.

Setelah mereka masuk ke dalam Gramedia, Djatmiko tanpa sengaja menangkap siluet perempuan yang selama ini dia hapal di luar kepalanya. Perempuan itu sedang bersama laki-laki yang Djatmiko perkirakan umurnya lebih tua dari Djatmiko dan perempuan itu.

Rasa penasaran yang kini timbul tanpa sadar membuat Djatmiko harus mendekat ke arah perempuan itu yang kini tengah asik berbincang dengan laki-laki asing. Djatmiko belum pernah melihatnya, namun langkahnya perlahan pelan saat dia tanpa sadar mencuri dengar obrolan diantara mereka.

“A Dimas, kenapa sekalinya bikin kejutan malah bikin aku jantungan sih! Percuma dong aku nangis-nangis gak jelas kemarin setelah mendengar kata putus dari kamu.”

“Itu ide Binar, sayang. Awalnya aku kurang setuju tapi, kata Binar kamu itu sekali-kali butuh kejutan dari aku. Maaf, ya. Yang penting aku udah di sini kan buat nyusul kamu?”

Djatmiko mengerutkan keningnya. “Itu pacar si pendek?”

Niat Djatmiko ingin mendekat ke arah perempuan itu untuk memastikan sesuatu, namun lengan kanannya lebih dulu di tahan oleh seseorang dan saat dia menoleh ternyata yang menahannya adalah Niana, membuat Djatmiko sadar bahwa ia kemari untuk menemani kekasihnya itu.

“Kamu mau kemana? Dari tadi aku nyariin kamu tahu,” sahut Niana sedikit kesal.

Djatmiko tertegun. Lalu dia menjawab, “Aku tadi nyariin kamu. Kamu udah nyari bukunya?”

“Udah. Ayo kita pulang.”

🍪

Setelah mengantarkan Niana pulang, Djatmiko bergegas untuk pulang. Dia ingin cepat-cepat pulang karena seharian ini rasanya sangat melelahkan. Begitu banyak yang sedang dia pikirkan.

Tentang hubungannya dengan Niana.

Dan sosok laki-laki yang bersama Syua membuat Djatmiko penasaran. Dari dulu Djatmiko belum pernah melihat perempuan itu bersama laki-laki lain selain Ubay dan dirinya.

Jatukrama Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang